(Berita Mingguan GITS 20 Maret 2021, sumber: www.wayoflife.org)
Pada tahun 1853, United Church of Christ menjadi denominasi pertama di AS yang menahbiskan seorang perempuan kepada posisi kepemimpinan dalam jemaat. Antoinette Brown Blackwell, seorang pejuang suffragette [hak voting bagi perempuan] yang terkenal, ditahbiskan menjadi gembala sidang dari Congregational Church di South Butler, New York. Seorang Rev. Luther Lee menyampaikan khotbah penahbisan dari perikop Galaia 3:28 – “tidak ada laki-laki atau perempuan … di dalam Kristus Yesus” (“Women’s History Month,” The Christian Post, 7 Mar. 2021). Dia melupakan perintah Allah yang jelas dalam 1 Timotius 2:12. Pada tahun 1875, Pauline Martindale ditahbiskan menjadi penatua di Methodist Protestant Church. Pada tahun 1888, Disciples of Christ menahbiskan Clara Babcock sebagai gembala sidang. Pada tahun 1889, Ella Niswonger menjadi perempuan pertama yang ditahbiskan oleh United Brethren Church. Assemblies of God (Sidang Jemaat Allah) menahbiskan perempuan mulai dari berdirinya mereka pada tahun 1914, dan pada tahun 2018 memilih Donna Barrett sebagai sekretaris jenderal perempuan yang pertama. Pada tahun 1956, Presbyterian Church USA menahbiskan “clergyperson” perempuan pertama mereka, yaitu Margaret Towner. United Methodist Church, yang dibentuk tahun 1968, memberikan “hak penuh kependetaan” kepada perempuan sejak berdirinya mereka. Pada tahun 1970, Association of Evangelical Lutheran Churches yang baru terbentuk mem-voting untuk mengizinkan penahbisan perempuan. Dua tahun sebelumnya, Church of the Advocate di Philadelphia, sebuah gereja Episkopal, telah menahbiskan 11 perempuan, bertentangan dengan aturan denominasi mereka. Charles Willie, yang berkhotbah dalam kebaktian tersebut, mendeklarasikan bahwa “adalah tugas kristiani untuk melanggar hukum yang tidak adil” (“11 Women Ordained,” New York Times, 30 Juli 1974). Dia salah. Adalah tugas kristiani untuk “mematuhi Allah lebih dari manusia” (Kis. 5:29), tetapi Allah menentang penahbisan perempuan. Rasul Paulus menyatakan, “Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri” (1 Tim. 2:12). Penahbisan perempuan adalah kesesatan akhir zaman.