Max Lucado Meminta Maaf kepada “Komunitas LGBTQ” Karena Tidak Berkhotbah Mendukung Pernikahan Sesama Jenis

(Berita Mingguan GITS 31 Juli 2021, sumber: www.wayoflife.org)

Max Lucado, gembala sidang dari sebuah gereja Church of Christ dan juga penulis buku yang terkenal, yang buku-bukunya banyak dipakai oleh orang-orang Baptis bahkan, menerbitkan sepucuk surat tanggal 11 Februari lalu (2021), meminta maaf untuk suatu khotbah yang dia sampaikan mengenai topik pernikahan sesama jenis tahun 2004 silam. Dia berkata: “Saya sekarang dapat melihat, dalam khotbah tersebut, saya tidak kasar dan tidak hormat. Saya melukai. Saya menyakiti orang-orang dengan cara yang buruk. Saya seharusnya bertindak lebih baik. Sungguh menyedihkan bagi saya bahwa kata-kata saya telah melukai atau dipakai untu melukai komunitas LGBTQ. Saya meminta maaf kepada kalian dan saya meminta ampun kepada Kristus. Orang-orang beriman bisa saling tidak setuju tentang apa yang Alkitab katakan mengenai homoseksualitas, tetapi kita setuju bahwa Firman Allah yang kudus tidak pernah boleh dipakai sebagai senjata untuk melukai orang lain. Untuk memperjelas, saya percaya pada pemahaman tradisional Alkitab mengenai pernikahan, tetapi saya juga percaya kepada Allah yangg memiliki kasih dan karunia yang tidak terbatas. Individu-individu dan keluarga-keluarga LGBTQ harus dihormati dan diperlakukan dengan kasih. Mereka adalah anak-anak Allah yang terkasih karena mereka dibuat dalam gambar dan rupa Allah” (Max Lucado).

Ini adalah kesesatan. Orang-orang yang tidak beriman tidak pernah disebut anak-anak Allah dalam Kitab Suci. Seseorang harus dilahirbarukan dulu melalui iman yang menyelamatkan dalam Yesus Kristus untuk menjadi seorang anak Allah. Mengkhotbahkan apa yang Firman Tuhan katakan tentang homoseksualitas atau dosa lain apapun, bukanlah tindakan yang tidak mengasihi atau merusak. Paulus bukan tidak mengasihi atau merusak ketika dia memberitakan kebenaran tentang kejahatan homoseksualitas dalam Roma 1, dan menggambarkannya sebagai “kecemaran,” “mencemarkan tubuh mereka,” “hawa nafsu yang memalukan,” “tak wajar,” menyala-nyala dalam berahi,” “kemesuman,” “pikiran-pikiran yang terkutuk,” dan “apa yang tidak pantas.” Walaupun Allah memiliki kasih dan karunia yang tak terbatas bagi orang-orang yang terhilang, Allah yang kasih itu juga Allah yang menghakimi, dan jika InjilNya ditolak, penghukuman pasti akan terlaksana. Tuhan Yesus Kristus dua kali memberi peringatan, “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (Luk. 13:3, 5). Kristus memperingatkan akan bahaya api neraka, sembilan kali dalam satu khotbah (Mark. 9:43-48). Dia menggambarkan neraka sebagai tempat “apinya tidak padam.” Kristus berkata, “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya” (Yoh. 3:36).

This entry was posted in LGBT. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *