Percakapan Jujur tentang Pacaran dan Seks

Oleh Lori Alexander (www.transformedwife.com)

Ditulis untuk perempuan, walaupun berguna juga untuk lelaki

Selama masa kanak-kanak, saya tumbuh besar sambil menonton berbagai kisah dongeng seperti Cinderella dan lainnya, yang penuh dengan romansa dan cinta. Saya memimpikan hal ini dan menginginkannya untuk diri saya sendiri suatu hari.

Pada musim panas 1974, ketika saya berumur 15 tahun, saya menghabiskan banyak waktu di pantai dengan seorang laki-laki yang tinggi dan tampan dari sekolah saya. Ibu saya memberitahu saya bahwa saya harus minimal 16 tahun baru boleh pacaran, jadi kami belum pergi pacaran. Saya memakai bikini yang kecil di pantai itu, tetapi saya tidak pernah merasa sangat nyaman memakainya. Saya bukan tipe yang pergi ke sana kemari mencari perhatian. Saya tidak pernah nyaman ketika pria-pria memandangi tubuh saya, tetapi kini saya tahu bahwa mereka toh melakukannya. Semakin banyak kulit yang saya tunjukkan, semakin sulit bagi mereka untuk tidak memandanginya.

Pada ulang tahun saya yang ke-16, saya akhirnya boleh berpacaran, jadi lelaki yang ganteng itu menjemput saya memakai mobil stationwagon milik keluarganya untuk date pertama saya. Dia mengantar saya ke sebuah bioskop tempat pemutaran film outdoor. Segera setelah film mulai, dia menimpa saya dan mencoba melepaskan pakaian saya. Saya menyuruh dia berhenti! Dia mengantar saya pulang seperti seorang gila dan hampir membuat kami kecelakaan. Dia tidak pernah berbicara lagi dengan saya setelah itu. Saya selama ini menggoda dia dalam pakaian bikini saya dengan sesuatu yang saya tidak rela berikan kepadanya.

Saya menginginkan romansa, bukan seks! Saya mau bunga, pelukan hangat, pegangan tangan, dan ciuman, BUKAN seks. Para lelaki mungkin mau memberikan romansa untuk mendapatkan seks. Para perempuan memberikan seks untuk mendapatkan romansa. Kita harus memahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan!

Pria berikutnya yang menjadi pacar saya, saya senang bersama dengan dia. Kami bisa bercakap-cakap dengan sangat baik. Dia juga menginginkan seks, tetapi minimal dia memberikan saya semacam romansa dan dia tidak pernah memaksakan dirinya kepada saya. Saya tidak memberikan dia seks, dan dia okay dengan itu. Dia mau menikahi saya, tetapi kami masih sangat muda. Suatu hari tanggal 14 Februari 1975, saya bangun pagi dan tidak menyukai dia lagi, padahal waktu itu hari Valentin! Saya menghancurkan hatinya. Saya tidak pernah punya rencana menikahi dia. Saya melihat berpacaran hanya sebagai aktivitas menyenangkan dan sesuatu yang dilakukan banyak orang semasa SMA.

Pria berikutnya yang saya pacari adalah quarterback tim football (ini football Amerika, dan quarterback adalah posisi paling penting) di sekolah. Ibu saya sangat senang sekali! Dia sangat tampan. Pada malam kami keluar date pertama, dia terlambat satu jam untuk menjemput saya. Ketika tiba, dia memencet klakson keras-keras, jadi saya pergi ke mobilnya. Dia mabuk total dan mengantarkan saya ke sebuah pesta yang sangat liar. Begitu sampai, dia membawa saya ke sebuah kamar tidur. Saya duduk di tepi tempat tidur itu dan menyuruh dia membawa saya pulang. Dia bawa saya pulang. Kami akhirnya berpacaran satu setengah tahun. Dia mau menikahi saya, tetapi saya tidak punya niat utnuk menikahi dia. Saya melihat berpacaran hanyalah senang-senang saja, tetapi mengilas balik, sebenarnya tidak menyenangkan untuk saya. (Oh, dia tidak pernah mabuk lagi selama kami pacaran dan TIDAK PERNAH menjemput saya sambil mabuk lagi! Sangat disayangkan waktu itu ibu saya tidak peduli jika kami pacaran dengan orang yang tidak percaya. Ini sesuatu yang TIDAK KAMI PERBOLEHKAN dengan anak-anak kami sekarang).

Ketika saya pergi kuliah, saya banyak berpacaran, tetapi pria-pria yang saya sukai, tidak menyukai saya, dan pria-pria yang menyukai saya, tidak saya sukai. (Saya rasa ini adalah perlindungan Tuhan bagi saya). Saya bertemu suami saya pada awal semester kedua tahun terakhir kami, tahun 1980. Dia benar-benar memberikan saya romansa! Dia menulis surat-surat cinta yang lucu dan menyelipkannya di bawah pintu saya.

Kami menikah Desember 1980. Pada malam bulan madu saya, yang saya dapat pikirkan adalah betapa bersyukurnya saya bahwa saya menyimpan seks untuk lelaki yang saya nikahi. Ini BUKAN sesuatu yang saya mau lakukan dengan siapapun. Ini adalah sesuatu yang sedemikian intim, personal, dan penuh privasi. Untuk banyak perempuan, seks tidak enak atau menyenangkan beberapa kali pertama. Rasanya sakit! Tidak seperti yang mereka tunjukkan dalam film-film Hollywood.

Melalui pengalaman saya berpacaran, saya melihat bahaya dan kerusakan dari berpacaran hanya untuk senang-senang dan mencari romansa. Ada TERLALU BANYAK godaan seksual, dan patah hati yang mengikuti setelah bermain-main dengan perasaan dan emosi hati orang lain. Tidak akan menyenangkan bermain-main dengan perasaan masing-masing ketika pernikahan tidak menjadi agendanya. Pacaran semestinya adalah untuk mencari tahu apakah orang yang kamu pacari ini memang akan kamu nikahi. Jika ya, maka pakai waktu untuk mengenal dia dan keluarganya.

Jangan melakukan seks sebelum nikah, karena hal itu akan membuat rasa bersalah yang besar dan bertentangan dengan kehendak Allah bagimu. Allah memerintahkan kita untuk lari dari percabulan, bukan main-main di sekitarnya. Itu bermain api namanya. Seks dimaksudkan untuk malam pernikahan. Melakukannya sebelum pernikahan bisa mengurangi kesempatan untuk menikah dan mempunyai pernikahan yang seumur hidup. SEMUA perintah Allah adalah untuk kebaikan kita.

Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri” (1 Kor. 6:18).

 

This entry was posted in Keluarga, Pemuda/Remaja, Wanita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *