C. T. dan Scilla Studd

Sumber: www.wayoflife.org

(Disadur dan dicuplik dari The History and Heritage of Fundamentalism and Fundamental Baptists)

The Cambridge Seven adalah julukan untuk tujuh orang mahasiswa Cambridge (salah satunya dari Royal Military Academy) yang diselamatkan selama tahun-tahun kuliah mereka dan secara sukarela pergi ke China bersama dengan China Inland Mission yang dipelopori J. Hudson Taylor. Mereka membuat komitmen ini pada waktu gerakan KKR Moody-Sankey 1883 di Cambridge.

Yang paling terkenal dari ketujuhnya adalah CHARLES THOMAS (C.T.) STUDD (1860-1931), seorang pemain kriket terkenal dan lulusan Eton dan Cambridge. Saudara-saudara laki-laki C.T. juga adalah bintang-bintang kriket. C.T. adalah kapten tim Cambridge Eleven yang terkenal pada tahun 1882. Ayah mereka, Edward, telah menghasilkan banyak uang di India dengan menanam nila dan berencana menghabiskan sisa hidupnya dengan bermain. Dia tinggal di sebuah rumah besar di sebuah perkebunan besar dan memiliki lapangan kriket sendiri. Dia berjudi dan memelihara kuda pacuan. Kudanya, Salamander, memenangkan Grand National pada tahun 1866, yang adalah balapan empat mil yang melelahkan dengan 30 lompatan. Perlombaan itu semacam rute halang rintang bagi kuda. Pada tahun 1877, pada usia 56, Edward menghadiri sebuah kebaktian D.L. Moody dan diselamatkan. Dia berhenti berjudi dan menjual kuda pacuannya dan mulai mengadakan pertemuan-pertemuan Injil di rumahnya yang besar. Kusirnya berkata, “Yang bisa saya katakan adalah bahwa meskipun kulitnya sama, ada seorang pria baru di dalamnya.” Salah satu putranya kemudian menulis, “Ayah tadinya penuh dengan hal yang lebih menguasai hati dan kepala seorang pria daripada apa pun, yaitu hasrat untuk pacuan kuda, tetapi pada malam hari itu dia menjadi pria yang berubah.” Itu adalah keselamatan melalui kelahiran baru yang sesungguhnya, dan tidak ada jenis keselamatan lain lagi. Edward hidup hanya dua tahun setelah dia diselamatkan, tetapi dikatakan bahwa dia melakukan lebih banyak untuk Kristus selama waktu itu daripada yang dilakukan kebanyakan orang seumur hidup mereka. C.T. dan saudara-saudaranya tidak menyukai perubahan ayah mereka pada awalnya, tetapi mereka bertobat pada tahun 1878 melalui seorang penginjil yang terkait dengan Moody. C.T. berkata, “Saya berlutut dan saya mengucapkan ‘terima kasih’ kepada Tuhan. Dan saat itu juga, sukacita dan kedamaian masuk ke dalam jiwaku. Saat itu saya tahu apa artinya ‘dilahirkan kembali,’ dan Alkitab yang sebelumnya kering kerontang bagi saya, menjadi segala-galanya.” Selama enam tahun berikutnya, melalui pengaruh perguruan tinggi dan olahraga sekuler, ia mengalami “kemunduran rohani yang tidak bahagia,” tetapi selama saudaranya sakit pada tahun 1884, C.T. menyerahkan hidupnya tanpa syarat kepada Kristus. Dia mmemalingkan diri dari kehidupan yang kaya, kesenangan, dan kesantaian dan melayani sebagai misionaris di Cina, India, dan Afrika sampai kematiannya. Dia menyadari bahwa kehidupan di luar kehendak Tuhan yang sempurna tidak ada artinya. Dia berkata, “Saya tahu bahwa kriket tidak akan bertahan lama, dan kehormatan tidak akan bertahan lama, dan tidak ada apa pun di dunia ini yang akan bertahan lama, tetapi adalah berharga untuk hidup bagi dunia yang akan datang.” Dia menulis puisi: “Hanya satu kehidupan, dan akan segera berlalu, hanya yang diperbuat bagi Kristus yang berlanjut terus.”

Studd menggambarkan perubahan tersebut seperti ini:

“Realita yang sebenarnya muncul di hadapan saya. … Perintah-perintah Kristus tidak hanya menjadi bacaan hari Minggu, tetapi panggilan pertempuran untuk dipatuhi, kecuali jika seseorang mau kehilangan harga diri dan kejantanannya. Persetujuan terhadap pengakuan iman dilahirkan kembali menjadi tindakan ketaatan yang tegas. Ortodoksi menjadi kenyataan. Alih-alih mengatakan ‘Tuhan, Tuhan’ dengan suara yang sangat hormat berkali-kali namun tetap tuli terhadap perintah-perintah yang paling sederhana, saya mulai memandang Tuhan sebagai benar-benar Bapa saya dan bersandar kepada-Nya sebagai Bapa sejati dan mempercayai-Nya seperti itu. Alih-alih hanya berbicara tentang persekutuan, saya menikmati persekutuan itu. … Saya berbicara tentang Tuhan dan Yesus Kristus sebagai Sahabat dan Keluarga yang Nyata, Hidup, dan Pribadi. Mereka tidak pernah menegur saya untuk sikap demikian itu. Jika seseorang bersedia untuk taat dan berkorban, ia akan segera belajar apa itu realita persekutuan dengan Putra Allah Yesus Kristus – hubungan yang akrab dan sosial.

Sebelum C.T. Studd pergi ke China sebagai misionaris, dia mendonasikan warisannya yang besar. Dia percaya kepada janji Yesus yang akan mengembalikan kepadanya seratus kali lipat (Mat. 19:29), dengan mengatakan, “Seratus kali lipat adalah persentase yang luar biasa; itu 10.000 persen.” Dia mengatakan Bank Surga lebih aman daripada Bank Inggris. Dia mendistribusikan uang untuk usaha penginjilan dan misionaris: Moody Bible Institute, panti asuhan George Müller, Bala Keselamatan, dan lain-lain. “Dengan kepastian dan kesengajaan seorang pebisnis yang berinvestasi dalam beberapa sekuritas pilihan ulung, karena diyakini aman dan menghasilkan bunga yang baik, demikianlah C.T. berinvestasi di Bank Surga. Ini bukan spekulasi seorang bodoh. Ini adalah kesaksian publiknya di hadapan Tuhan dan manusia bahwa dia percaya Firman Tuhan sebagai hal yang paling pasti di bumi, dan bahwa bunga seratus kali lipat yang telah Tuhan janjikan dalam kehidupan ini, belum lagi di kehidupan berikutnya, adalah realitas yang nyata bagi mereka yang percaya dan bertindak berdasarkan itu” (Norman Grubb, C.T. Studd Cricketer and Pioneer).

Di China, Studd menikah dengan seorang misionaris Irlandia bernama Priscilla Stewart, yang dipanggil “Scilla.” Scilla ini telah menyerahkan diri untuk pekerjaan misionaris setelah pertobatannya. Tapi sebelum dia dilahirkan kembali, Scilla adalah seorang gadis pesta. Dia berkata, “Saya seorang misionaris sekarang, tetapi saya tidak dibesarkan seperti itu. Seandainya Anda meminta saya untuk datang ke kebaktian sewaktu saya masih kecil, saya akan berkata, ‘Tidak, terima kasih, agamamu bukan untuk saya’; karena pemikiran saya tentang seseorang yang mencintai Tuhan adalah memiliki wajah sepanjang teko kopi.”

Sebelum pertunangan mereka, C.T. menulis kepada ibunya sebagai berikut, “Dia tidak terlalu besar, dan sehubungan dengan wajahnya, yah, dia memiliki keindahan Tuhan, Allahnya, yang lebih berharga daripada semua keindahan seluruh dunia. … dia juga bisa memainkan harmonium atau organ dan bernyanyi sedikit … dia tidak takut sedikitpun kepada laki-laki atau perempuan mana saja, saya percaya, dan siap menembaki semua orang yang dia temui dengan pertanyaan tentang jiwa mereka. Scilla adalah “gadis manis” Bala Keselamatan yang berpartisipasi dalam penginjilan jalanan.

Kemudian, C.T. berkata, “Aku tidak menikahinya karena wajahnya yang cantik; Saya menikahinya karena tindakannya yang baik terhadap Tuhan Yesus Kristus dan orang-orang kepada siapa Tuhan mengutusnya untuk menyelamatkan mereka. … Faktanya, sampai hari ini saya sangat percaya bahwa dari semua karunia baik Tuhan yang banyak itu, yang paling kecil nilainya adalah paras yang molek.”

Sebelum mereka menikah, C.T. memberi Scilla 3.400 poundsterling Inggris yang telah dia simpan dari warisannya. Ia menyimpan uang ini karena Firman Allah yang mengatakan, “Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman.” (1 Tim. 5:8) . Tetapi Scilla memutuskan untuk mendonasikan bahkan uang itu juga. “Dia, dengan tidak mau kalah, berkata, ‘Charlie, apa yang Tuhan perintahkan kepada pemuda kaya itu?’ ‘Jual semuanya.’ ‘Kalau begitu, kita akan mulai bersih dengan Tuhan di pernikahan kita.’ Dia memberikan uang itu kepada Bala Keselamatan. Dalam suratnya kepada Jenderal Booth dia berkata, “Mulai saat ini bank kami berada di surga. Anda lihat, kami agak takut–terlepas dari keamanan duniawi yang besar dari Tuan Coutts and Co. dan Bank of England–kami, saya katakan, agak takut bahwa keduanya akan hancur pada Hari Penghakiman.”

Tentu saja, Tuhan memelihara mereka sepanjang hidup mereka. Satu contoh saja sudah cukup:

“Keluarga saya sendiri tidak tahu apa-apa tentang keadaan kami, hanya bahwa kami berada di pedalaman China. Perbekalan terakhir kami telah habis, dan tidak ada harapan yang jelas bahwa akan ada persediaan dalam bentuk apa pun yang datang dari sumber manusia mana pun. Surat datang sekali dalam dua minggu. Tukang pos baru saja berangkat sore itu, dan dalam dua minggu dia akan membawa surat balasan. Anak-anak ditidurkan. Kemudian istri saya datang ke kamar saya. Kami telah menatap realita secara langsung. Jika kembalinya tukang pos tidak membawa kelegaan finansial, kelaparan menatap wajah kami. … Kami berlutut karena hal itu. Saya pikir kami berlutus selama dua puluh menit sebelum kami bangkit lagi. … Hati kami telah menjadi lega; bagi kami sangatlah tidak hormat dan tidak masuk akal untuk terus berbicara kepada Tuhan seolah-olah Dia tuli atau tidak dapat memahami bahasa sederhana kami, atau gentingnya keadaan kami … Tukang pos kembali pada waktu yang ditentukan. … dia membawa suatu surat … Saya melihat tanda tangannya terlebih dahulu, yang sama sekali tidak saya kenal. ‘Saya telah,’ bunyi surat tersebut, ‘untuk satu alasan atau lainnya menerima perintah Tuhan untuk mengirimi Anda cek sejumlah 100 pound. Saya belum pernah bertemu Anda, saya hanya mendengar tentang Anda, dan itupun tidak sering, tetapi Tuhan telah mencegah saya tidur malam ini dengan perintah ini.’”

C.T. dan Scilla memiliki empat putri: Salvation Grace Faith, Dorothy Catherine, Edith Mary, dan Pauline Evangeline. C.T. percaya bahwa Tuhan memberi mereka anak-anak perempuan sehingga mereka dapat menunjukkan nilai perempuan kepada orang-orang China yang tidak mengenal Tuhan.

“Salah satu hal terkutuk yang terjadi di China adalah tidak membiarkan gadis kecil mereka hidup. Mereka mengatakan bahwa mereka kesulitan untuk membesarkan mereka, dan kemudian ketika mereka menikah, mahar yang mereka terima tidak menggantikan semua yang telah dihabiskan untuk anak-anak perempuan itu. Saya pernah pergi ke rumah seorang ibu dan menemukannya mengerang, dan bertanya di mana bayinya. Ia lahir di siang hari dan segera dibuang ke parit, atau mungkin ke salah satu pagoda–yang dibangun untuk tujuan ini dengan lubang tertentu sehingga serigala dapat melompat dan mendapatkan bayi ketika mereka menginginkannya” ( Norman Grubbs, C.T. Studd).

Semua putri mereka hidup sampai dewasa dan menikah, dan dua orang menjadi misionaris.

Studd percaya pada hidup dengan iman dan mempercayai Tuhan untuk memenuhi setiap kebutuhan. Dia percaya bahwa semua orang yang mati tanpa iman kepada Kristus akan menghadapi hukuman kekal. Dia berkata, “Ada orang yang ingin hidup dalam jarak dengar suara lonceng gereja atau kapel; Saya ingin membuka toko penyelamatan dalam jarak satu meter dari neraka.”

Pada tahun 1885, sebelum grup Cambridge Seven meninggalkan Inggris, mereka mengunjungi kampus-kampus universitas di Inggris. Sebuah buku kecil kesaksian mereka diterbitkan, dan Ratu Victoria menyatakan terima kasih atas penerimaan satu salinannya. Penginjilan Dunia: Sekelompok Misionaris menjadi buku terlaris. Buku itu didistribusikan ke setiap YMCA dan YWCA di Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris. Ketujuh pria itu semuanya memiliki karier misionaris yang sukses. Teladan mereka menghasilkan ledakan sukarelawan misionaris mahasiswa. China Inland Mission sendiri berkembang dari 163 misionaris pada tahun 1885 menjadi 800 pada tahun 1900.

Only One Life oleh C.T. Studd

Karena sulit untuk menerjemahkan puisi ke bahasa lain jika mau mempertahankan keindahan rima dan ritme puisi tersebut, maka puisi ini tetap disuguhkan dalam bahasa aslinya (Inggris). Setiap stanza diakhiri dengan kalimat yang paling populer dari puisi ini, yaitu: Hanya satu hidup, yang akan segera berlalu; hanya yang diperbuat bagi Kristus, yang akan bertahan terus.


Two little lines I heard one day,
Traveling along life’s busy way;
Bringing conviction to my heart,
And from my mind would not depart;
Only one life, ’twill soon be past,
Only what’s done for Christ will last.

Only one life, yes, only one,
Soon will its fleeting hours be done;
Then, in ‘that day’ my Lord to meet,
And stand before His Judgment seat;
Only one life, ’twill soon be past,
Only what’s done for Christ will last.

Only one life, the still small voice,
Gently pleads for a better choice
Bidding me selfish aims to leave,
And to God’s holy will to cleave;
Only one life, ’twill soon be past,
Only what’s done for Christ will last.

Only one life, a few brief years,
Each with its burdens, hopes, and fears;
Each with its days I must fulfill,
Living for self or in His will;
Only one life, ’twill soon be past,
Only what’s done for Christ will last.

When this bright world would tempt me sore,
When Satan would a victory score;
When self would seek to have its way,
Then help me Lord with joy to say;
Only one life, ’twill soon be past,
Only what’s done for Christ will last.

Give me, Father, a purpose deep,
In joy or sorrow Thy word to keep;
Faithful and true what e’er the strife,
Pleasing Thee in my daily life;
Only one life, ’twill soon be past,
Only what’s done for Christ will last.

Oh let my love with fervor burn,
And from the world now let me turn;
Living for Thee, and Thee alone,
Bringing Thee pleasure on Thy throne;
Only one life, ’twill soon be past,
Only what’s done for Christ will last.

Only one life, yes, only one,
Now let me say, “Thy will be done”;
And when at last I’ll hear the call,
I know I’ll say “twas worth it all”;
Only one life, ’twill soon be past,
Only what’s done for Christ will last.

And when I am dying, how happy I’ll be,
If the lamp of my life has been burned out for Thee.

This entry was posted in Misi / Pekabaran Injil and tagged . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *