Oleh: David Cloud
Sumber: www.wayoflife.org
Arti Pertobatan
Pertobatan alkitabiah adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan hidup
Pertobatan alkitabiah adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan hidup. Pertobatan adalah perubahan pikiran, tetapi bukan hanya perubahan pikiran. Ia adalah perubahan pikiran yang begitu dramatis sehingga menghasilkan perubahan hidup. Akar makna pertobatan adalah berbalik arah, mengubah arah. Pertobatan adalah tanggapan orang berdosa terhadap pekerjaan Roh yang menginsafkan seperti yang dijelaskan dalam Yohanes 16:8-10.
Dalam buku Repentance and Soul Winning, kami mengeksegesis setiap perikop dalam Alkitab tentang pertobatan. Kajian ini menjadi sumber dari definisi “Pertobatan adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan hidup.” Repentance and Soul Winning dapat diperoleh dari https://www.wayoflife.org/books/
Studi berikut adalah ringkasan singkat dari isu penting ini.
Pertobatan Diberitakan oleh Para Pengkhotbah dalam Alkitab
Para pengkhotbah dalam Alkitab memproklamirkan pertobatan. Jika iman sama dengan pertobatan, ini tidak masuk akal. Orang-orang yang mengikuti Alkitab akan mengkhotbahkan pertobatan dan akan menuntut buktinya.
Yohanes Pembaptis (Mat. 3:1-8)
Yesus Kristus (Mat 4:17; 9:13; 11:20-21; Luk 13:1-5; 15:7, 10; 24:46-48). Tujuan Kristus berurusan dengan manusia bukan hanya untuk memimpin mereka kepada doa orang berdosa, tetapi untuk membawa mereka kepada pertobatan dan keselamatan sejati. Dia menggambarkan keselamatan dalam kaitannya dengan pertobatan.
Petrus (Kis. 2:38; 3:19; 5:31; 8:22-23; 2 Ptr. 3:9)
Paulus (Kis. 17:30; 20:20-21; 26:20).
Dalam perikop-perikop kunci ini kita melihat pelajaran mendasar berikut yang memberikan pemahaman yang baik tentang pertobatan: (1) Pertobatan adalah perintah Kristus; Ia mengulanginya dua kali sebagai penekanan (Luk. 13:2, 5). (2) Pertobatan harus diberitakan sebagai bagian dari Amanat Agung Kristus (Luk. 24:46-48). (3) Allah memerintahkan semua manusia untuk bertobat (Kis. 17:30). (4) Baik pertobatan maupun iman harus diberitakan (Kis. 20:21). (5) Pertobatan adalah terhadap Allah, karena terhadap Allah-lah manusia bersalah dalam dosa dan pemberontakannya (Kis. 20:21). (6) Pertobatan adalah berbalik kepada Allah (Kis. 26:20). (7) Pertobatan mendatangkan buah. Ia menghasilkan perbuatan. Perbuatan adalah bukti pertobatan sejati (Mat. 3:8; Kis. 26:20).
Yang Bukan Merupakan Pertobatan
Pertobatan bukanlah reformasi.
Manusia memiliki kemampuan untuk mereformasi kehidupan mereka sendiri dalam arti tertentu. Bukan hal yang aneh bagi manusia yang mendapat masalah untuk menjadi sadar dan mengubah cara hidup mereka. Pemabuk berhenti minum; pemukul istri berhenti dari kekerasan mereka; pencuri menjadi warga negara yang jujur; pelacur berubah dari kehidupan yang buruk. Semua ini dengan sendirinya bukanlah pertobatan alkitabiah.
Reformasi berpusat pada manusia dan berpusat pada dunia ini; sedangkan pertobatan berpusat pada Tuhan dan berpusat pada kekekalan. Orang yang hanya melakukan reformasi memperhatikan orang-orang yang telah dia sakiti dan konsekuensi dari tindakannya dalam kehidupannya saat ini. Injil, di sisi lain, menyerukan “pertobatan kepada Allah…” (Kisah Para Rasul 20:21). Pertobatan Anak yang Hilang ditunjukkan oleh perubahan sikapnya terhadap Allah dan juga terhadap ayahnya. “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, AKU TELAH BERDOSA TERHADAP SORGA dan terhadap bapa” (Lukas 15:18).
Pertobatan bukanlah sakramen pengakuan dosa (Penance)
Banyak Alkitab Katolik menerjemahkan “pertobatan” sebagai “pengakuan dosa” (penance). Penance (pengakuan dosa) adalah sakramen Katolik di mana dosa “yang dilakukan setelah pembaptisan” diampuni oleh imam atas pengakuan dan perbuatan baik orang yang melakukan penance ini. Addis dan Arnold Catholic Dictionary mendefinisikannya sebagai “pembayaran hukuman duniawi karena dosa melalui perbuatan baik dan membayarkan dan dikenakan oleh yang melayani pengakuan itu.” Ini bukan pertobatan alkitabiah.
Pertobatan bukanlah penyesalan belaka.
Alkitab memberi tahu kita bahwa manusia dapat menyesali tindakan mereka tanpa melakukan pertobatan yang tulus untuk keselamatan. Ini digambarkan sebagai “dukacita yang dari dunia” dalam 2 Kor 7:10. Ada contoh-contoh penting tentang hal ini dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Raja Saul adalah contoh utama Perjanjian Lama. Ia menyesal telah terjebak dalam berbagai perbuatan dosa, tetapi ia tidak menunjukkan pertobatan karena perbuatannya tidak berubah (1 Sam. 15:24; 24:17; 26:21). Yudas adalah contoh yang menakutkan dalam Perjanjian Baru tentang seorang pria yang menyesal tetapi tidak bertobat kepada Allah (Mat. 27:3-4). Seperti reformasi, penyesalan lebih berpusat pada manusia daripada berpusat pada Tuhan. Mereka yang bertobat, berubah pikiran tentang hubungan mereka dengan Tuhan dan ini menghasilkan perubahan dalam cara hidup mereka.
Pertobatan bukanlah sekadar menyadari atau mengakui dosa.
Pertobatan juga bukan sekadar mengakui adanya dosa. Firaun melakukan ini, tetapi dia tidak bertobat kepada Tuhan dan tindakannya tidak berubah (Kel. 9:27). Saat bekerja dalam pelayanan penjara daerah selama beberapa tahun, saya melihat banyak pria dan wanita yang mengakui bahwa mereka telah berdosa, tetapi kebanyakan dari mereka tidak menunjukkan pertobatan kepada Tuhan dan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertobatan bukan sekadar berubah dari tidak percaya menjadi percaya.
Almarhum Gembala Jack Hyles dari First Baptist Church, Hammond, Indiana, yang adalah seorang pengkhotbah Baptis independen yang sangat berpengaruh, mendefinisikan pertobatan sebagai berbalik dari ketidakpercayaan menjadi percaya. Dia menyatakan ini dalam bukunya tahun 1993, The Enemies of Soul Winning. Satu bab berjudul “Pertobatan yang Disalahpahami: Musuh Memenangkan Jiwa.” Dia membangun doktrin pertobatannya terutama berdasarkan penalaran manusia, sebagai berikut: Karena ketidakpercayaan adalah satu-satunya dosa yang mengirim manusia ke neraka (demikian klaimnya), ketidakpercayaan adalah satu-satunya dosa yang harus disesali. Kedengarannya masuk akal, tetapi itu bertentangan dengan contoh dan pengajaran yang jelas dari Firman Allah. Pertobatan alkitabiah sebagaimana diberitakan oleh Yohanes Pembaptis, Tuhan Yesus Kristus, dan para rasul, melibatkan perubahan pikiran TERHADAP ALLAH DAN DOSA. Perhatikan ringkasan pesan Injil Paulus berikut ini: “Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta MELAKUKAN PEKERJAAN-PEKERJAAN YANG SESUAI DENGAN PERTOBATAN ITU” (Kis. 26:20). Pesan Injil yang dikhotbahkan oleh Petrus pada hari Pentakosta dan oleh Paulus setelah Pentakosta menuntut pertobatan dan didefinisikan sebagai berpaling kepada Allah dari perbuatan jahat. Pertobatan alkitabiah adalah perubahan pikiran terhadap Allah dan dosa yang menghasilkan perubahan hidup. Mengatakan bahwa pertobatan tidak ada hubungannya dengan sikap seseorang terhadap dosa sama saja dengn membuang khotbah-khotbah Kristen selama 19 abad.
Pertobatan bukan sekadar mengubah pikiran.
Seorang lain yang telah banyak mempengaruhi doktrin pertobatan adalah mendiang Curtis Hutson, mantan editor The Sword of the Lord. Bukunya tahun 1986 yang berjudul Repentance: What Does the Bible Teach? telah didistribusikan secara luas. Dr. Hutson dengan berani menyangkal bahwa pertobatan berarti berbalik dari dosa (hlm. 4). Dia menyangkal bahwa pertobatan adalah dukacita karena dosa (hlm. 8). Dia bahkan menyangkal bahwa pertobatan berarti “perubahan pikiran yang mengarah pada perubahan tindakan” (hlm. 16). Dia menyatakan bahwa pertobatan hanyalah “mengubah pikiran” dan tidak harus menghasilkan perubahan hidup. Hutson mengutip bagian Kitab Suci yang tampaknya mendukung posisinya, tetapi dia mengabaikan bagian Kitab Suci yang dengan jelas menyangkal posisinya. Dia salah mengutip tulisan orang-orang seperti pendahulunya John R. Rice. Dia juga mencampurkan masuk penalaran manusia dalam dosis besar. Misalnya, dia berkata bahwa pertobatan tidak bisa berarti berbalik dari dosa karena manusia tidak bisa berbalik dari semua dosa. Itu adalah tabir asap, karena tidak seorang pun mendefinisikan pertobatan sebagai berpaling dari semua dosa. Definisi historis tentang pertobatan, sebagaimana diterapkan pada keselamatan, adalah perubahan pikiran terhadap Allah dan dosa yang menghasilkan perubahan hidup. Pertobatan bukanlah berpaling dari semua dosa dalam arti semacam kesempurnaan tanpa dosa; pertobatan adalah perubahan pikiran terhadap dosa sehingga si pendosa tidak lagi berniat untuk memberontak melawan Allah.
Pertobatan tidak sama dengan percaya.
Dr. Dwight Pentecost adalah salah seorang yang mendefinisikan pertobatan sebagai percaya kepada Kristus. “Pertobatan bukanlah prasyarat untuk keselamatan; karena jika pertobatan diperlukan, keselamatan didasarkan, setidaknya sebagiannya pada perbuatan. … Kami menyarankan kepada Anda dari Firman Tuhan bahwa pertobatan sudah termasuk dalam percaya. Pertobatan bukanlah tindakan terpisah yang menjadi syarat keselamatan, melainkan termasuk dalam tindakan percaya” (Pentakosta, Things Which Become Sound Doctrine, 1965, hlm. 70, 71). Ini kedengarannya benar bagi banyak orang, tetapi salah. Pertama, mengenai pertobatan sebagai keselamatan berdasarkan usaha, hal ini tidak masuk akal. Mengatakan bahwa pertobatan menghasilkan perbuatan tidak sama dengan mengatakan bahwa pertobatan adalah perbuatan. Iman yang menyelamatkan juga menghasilkan perbuatan, tetapi ini tidak berarti bahwa iman yang menyelamatkan adalah perbuatan (Ef. 2:8-10). Pertobatan, pada kenyataannya, sangat jauh dari pekerjaan dan sebaliknya merupakan pemberian kasih karunia Allah. “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup” (Kis. 11:18).
Saya akan menjawab gagasan bahwa pertobatan sama dengan iman dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Jika pertobatan dan iman adalah sama, mengapa Alkitab membuat perbedaan yang jelas di antara keduanya? “Aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus” (Kis. 20:21).
2. Jika pertobatan dan iman adalah sama, mengapa semua pengkhotbah Perjanjian Baru memproklamirkan pertobatan? Banyak argumen telah diberikan untuk membenarkan praktek tidak memberitakan pertobatan, tetapi intinya adalah bahwa para pengkhotbah Alkitab memberitakan pertobatan. Jika pertobatan sepenuhnya sudah termasuk dalam percaya, mengapa Tuhan Yesus Kristus berkhotbah “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (Luk. 13:3)? Mengapa Petrus berkhotbah, “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (Kis. 3:19)? Mengapa Paulus berkhotbah, “Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat” (Kis. 17:30)? Atau, “[manusia] harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kis. 26:20)?
3. Jika pertobatan dan iman adalah sama, mengapa Tuhan Yesus Kristus mengatakan bahwa pertobatan adalah bagian dari Amanat Agung? “Dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Luk. 24:47). Jawabannya adalah bahwa pertobatan harus diberitakan, dan iman harus diberitakan. Meskipun kedua doktrin ini terkait erat, mereka tidaklah sama. Keselamatan alkitabiah mencakup keduanya: “pertobatan kepada Allah, dan iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus” (Kis. 20:21).
Ilustrasi Pertobatan
1. Pertobatan adalah Anak yang Hilang menyadari dirinya sendiri, mengakui dosanya terhadap Allah dan ayahnya, dan kembali ke rumah (Luk. 15:17-20).
2. Pertobatan adalah orang-orang Tesalonika berpaling kepada Allah dari berhala untuk melayani Allah yang hidup dan benar (1 Tes 1:9).
3. Pertobatan adalah Zakheus berbalik dari korupsi kepada kejujuran (Luk. 19:8-9).
4. Pertobatan adalah pendosa yang mengibarkan bendera putih penyerahan diri kepada Tuhan. Pertobatan adalah orang berdosa yang bermusuhan dengan Allah (Roma 8:7) mengibarkan bendera putih penyerahan diri dan tunduk kepada Dia yang terhadapNya ia tadinya memberontak.
5. Pertobatan adalah si pencuri mengembalikan harta yang dicuri. “Saya percaya kita harus memperbaiki apa yang bisa kita perbaiki. Bagaimana jika saya tinggal dengan sekelompok pengkhotbah dan salah satu dari mereka mencuri dompet saya ketika saya sedang tidur? Keesokan harinya dia mendatangi saya dan memberi tahu saya bahwa dia sangat menyesal dan meminta saya untuk memaafkannya. Saya akan senang mendengar bahwa dia menyesal telah mencuri dompet saya, tetapi saya pasti menginginkan dan mengharapkan lebih dari itu dari pencuri yang bertobat. Saya ingin dompet saya kembali! Saya tidak percaya dia benar-benar bertobat kecuali dia mengembalikan dompet saya. SAYA TIDAK PERCAYA ANDA TELAH BERTOBAT SAMPAI ANDA MENJADI BENAR DAN BERKATA, ‘TUHAN, AKU AKAN HIDUP BERBEDA MULAI SEKARANG,’ DAN DENGAN RAHMAT TUHAN KAMU AKAN HIDUP BERBEDA” (Lester Roloff, Bertobatlah atau Binasa).
Mengapa Pertobatan Tidak Disebutkan dalam Injil Yohanes?
Pertama, tidak ada satu bagian pun dari Alkitab yang dapat dipisahkan dari bagian lain dari Alkitab. Injil Yohanes juga tidak menyebutkan kelahiran Kristus dari perawan, tetapi itu tidak berarti kelahiran perawan bukanlah doktrin yang harus kita beritakan. Tiga Injil lainnya menyebutkan pertobatan setidaknya 29 kali (Mat. 4:17; 9:13; Mrk. 1:15; 2:17; 6:12; Luk. 5:32; 13:3, 5; 15:7 , 10; 24:47). Kitab Kisah Para Rasul menggambarkan bagaimana para rasul di gereja mula-mula memberitakan Injil, dan mereka memberitakan pertobatan (Kis. 2:38; 3:19; 5:31; 8:22; 11:18; 13:24; 17:30; 19:4; 20:21; 26:20). Ini adalah contoh kita, terlepas dari apa yang diajarkan oleh satu kitab tertentu dalam Alkitab. Mendasarkan doktrin dan praktik seseorang pada satu bagian Alkitab yang terpisah, sementara mengabaikan bagian lain, adalah teknik guru palsu.
Kedua, meskipun Injil Yohanes tidak menggunakan istilah “pertobatan”, namun Injil ini jelas menyajikan konsep pertobatan. Kitab Yohanes memberi tahu kita dengan jelas bahwa meskipun “percaya pada Kristus” saja menyelamatkan, istilah alkitabiah “percaya” memiliki arti yang jauh lebih mendalam daripada arti umum saat ini. Dalam Injil Yohanes, keselamatan digambarkan sebagai menerima Yesus Kristus (Yohanes 1:11-12). Menerima Yesus Kristus berarti menerima Dia sebagaimana adanya Dia, baik Tuhan maupun Juruselamat. Yohanes juga menggambarkan keselamatan sebagai datang kepada Kristus (Yohanes 6:35). Datang kepada Kristus berarti meninggalkan kehidupan dosa dan penyembahan berhala. Umat Kristiani di Tesalonika menunjukkan kepada kita apa itu keselamatan sejati: “kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar” (1 Tes 1:9). Mengklaim bahwa keselamatan adalah sesuatu yang kurang dari ini berarti mengabaikan apa yang dengan jelas dinyatakan oleh Perjanjian Baru dari satu ujung ke ujung yang lain. Yohanes 2:23-25 memberi tahu kita bahwa Tuhan Yesus tidak menyerahkan diri-Nya kepada semua orang yang “percaya pada nama-Nya”. Mengapa? Karena banyak dari mereka yang “percaya” tidak melakukannya dengan cara yang menyelamatkan. Mereka “percaya” kepada Yesus Kristus hanya sebagai pembuat mukjizat atau sebagai penyedia makanan atau sebagai pembebas dari penindasan politik, dan mereka tidak percaya kepada Kristus dalam arti menyelamatkan dengan bertekuk lutut kepada-Nya dan mempercayai Dia sebagai satu-satunya Tuhan dan Penyelamat. Banyak orang yang “percaya akan nama-Nya” dalam Yohanes 2:23 berpaling dari-Nya dalam Yohanes 6:66.
Injil Yohanes juga memberi tahu kita bahwa keselamatan selalu menghasilkan perubahan dalam hidup seseorang, dan bahwa mereka yang tidak hidup dalam ketaatan kepada Kristus tidak benar-benar mengenal Kristus sebagai Juruselamat mereka. “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku” (Yohanes 10:27). “Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku” (Yohanes 8:31). Yohanes menggambarkan keselamatan sebagai “dilahirkan kembali” (Yohanes 3). Itu adalah ekspresi dramatis yang menginstruksikan kita bahwa keselamatan menghasilkan perubahan nyata dalam kehidupan seseorang. Dalam suratnya yang pertama, Yohanes juga mengajarkan bahwa keselamatan selalu disertai dengan perubahan hidup. Ia menyebutkan tiga tanda keselamatan: ketaatan (1 Yoh. 2:3-4; 3:3), kasih (1 Yoh. 3:14), dan kebenaran (1 Yoh. 2:20-27).
Tidak ada Teknik Doa Cepat dalam tulisan-tulisan Yohanes yang diilhami, dan tindakan menggunakan Injil Yohanes untuk membela praktik yang tidak alkitabiah ini adalah kesalahan besar.
Ketiga, sementara banyak argumen telah diberikan untuk membenarkan tidak memberitakan pertobatan, intinya adalah bahwa para pengkhotbah Alkitab memberitakan pertobatan. Jika pertobatan sepenuhnya telah termasuk ke dalam percaya, mengapa Tuhan Yesus Kristus berkhotbah “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” (Lukas 13:3)? (Injil Lukas diilhami sama seperti Injil Yohanes!) Mengapa Petrus berkhotbah, “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (Kisah Para Rasul 3:19)? Mengapa Paulus berkhotbah, “Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat” (Kis. 17:30)? Atau, “[manusia] harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kis. 26:20)? Jawabannya adalah bahwa pertobatan harus diberitakan dan iman harus diberitakan. Sementara hal-hal ini berhubungan erat, mereka tidak sama. Keselamatan alkitabiah mencakup keduanya: “bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus” (Kis. 20:21). Itulah yang dikhotbahkan para rasul Tuhan, dan mereka adalah satu-satunya pembimbing kita yang sempurna.
Keempat, pertobatan alkitabiah dan iman alkitabiah untuk keselamatan berhubungan sangat erat sehingga yang satu kadang-kadang dapat memaksudkan yang lain KETIKA DIPAHAMI DENGAN BENAR. Mereka tidak sama, tetapi dalam praktiknya tidak mungkin dipisahkan. Seperti yang dinyatakan oleh Baptist Faith and Message of the Southern Baptist Convention pada tahun 1925, “Kami percaya bahwa pertobatan dan iman adalah tugas suci, dan juga rahmat yang tidak terpisahkan…” Memiliki iman kepada Kristus secara alkitabiah berarti memiliki iman yang bertobat. J. Frank Norris menggambarkannya sebagai “iman yang bertobat dan patuh.” A.C. Dixon, dalam pesannya kepada Tabernakel Metropolitan di London, Inggris, pada tahun 1915, mencatat bahwa pertobatan dan iman adalah “seperti kembar siam, mereka dipersatukan oleh suatu ikatan yang hidup. Memisahkan mereka berarti membunuh keduanya. … Ketika Anda benar-benar bertobat, itu karena Anda beriman kepada Kristus; dan ketika Anda berpaling dari dosa kepada Kristus, itu karena Anda telah bertobat.”
Inilah yang diajarkan oleh Injil Yohanes dan seluruh Perjanjian Baru. Iman alkitabiah melibatkan pertobatan, dan pertobatan alkitabiah melibatkan iman.
. Pertobatan adalah perubahan pikiran, tetapi bukan hanya perubahan pikiran. Ia adalah perubahan pikiran yang begitu dramatis sehingga menghasilkan perubahan hidup. Akar makna pertobatan adalah berbalik arah, mengubah arah. Pertobatan adalah tanggapan orang berdosa terhadap pekerjaan Roh yang menginsafkan seperti yang dijelaskan dalam Yohanes 16:8-10.
Dalam buku Repentance and Soul Winning, kami mengeksegesis setiap perikop dalam Alkitab tentang pertobatan. Kajian ini menjadi sumber dari definisi “Pertobatan adalah perubahan pikiran yang menghasilkan perubahan hidup.” Repentance and Soul Winning dapat diperoleh dari https://www.wayoflife.org/books/
Studi berikut adalah ringkasan singkat dari isu penting ini.
Pertobatan Diberitakan oleh Para Pengkhotbah dalam Alkitab
Para pengkhotbah dalam Alkitab memproklamirkan pertobatan. Jika iman sama dengan pertobatan, ini tidak masuk akal. Orang-orang yang mengikuti Alkitab akan mengkhotbahkan pertobatan dan akan menuntut buktinya.
Yohanes Pembaptis (Mat. 3:1-8)
Yesus Kristus (Mat 4:17; 9:13; 11:20-21; Luk 13:1-5; 15:7, 10; 24:46-48). Tujuan Kristus berurusan dengan manusia bukan hanya untuk memimpin mereka kepada doa orang berdosa, tetapi untuk membawa mereka kepada pertobatan dan keselamatan sejati. Dia menggambarkan keselamatan dalam kaitannya dengan pertobatan.
Petrus (Kis. 2:38; 3:19; 5:31; 8:22-23; 2 Ptr. 3:9)
Paulus (Kis. 17:30; 20:20-21; 26:20).
Dalam perikop-perikop kunci ini kita melihat pelajaran mendasar berikut yang memberikan pemahaman yang baik tentang pertobatan: (1) Pertobatan adalah perintah Kristus; Ia mengulanginya dua kali sebagai penekanan (Luk. 13:2, 5). (2) Pertobatan harus diberitakan sebagai bagian dari Amanat Agung Kristus (Luk. 24:46-48). (3) Allah memerintahkan semua manusia untuk bertobat (Kis. 17:30). (4) Baik pertobatan maupun iman harus diberitakan (Kis. 20:21). (5) Pertobatan adalah terhadap Allah, karena terhadap Allah-lah manusia bersalah dalam dosa dan pemberontakannya (Kis. 20:21). (6) Pertobatan adalah berbalik kepada Allah (Kis. 26:20). (7) Pertobatan mendatangkan buah. Ia menghasilkan perbuatan. Perbuatan adalah bukti pertobatan sejati (Mat. 3:8; Kis. 26:20).
Yang Bukan Merupakan Pertobatan
Pertobatan bukanlah reformasi.
Manusia memiliki kemampuan untuk mereformasi kehidupan mereka sendiri dalam arti tertentu. Bukan hal yang aneh bagi manusia yang mendapat masalah untuk menjadi sadar dan mengubah cara hidup mereka. Pemabuk berhenti minum; pemukul istri berhenti dari kekerasan mereka; pencuri menjadi warga negara yang jujur; pelacur berubah dari kehidupan yang buruk. Semua ini dengan sendirinya bukanlah pertobatan alkitabiah.
Reformasi berpusat pada manusia dan berpusat pada dunia ini; sedangkan pertobatan berpusat pada Tuhan dan berpusat pada kekekalan. Orang yang hanya melakukan reformasi memperhatikan orang-orang yang telah dia sakiti dan konsekuensi dari tindakannya dalam kehidupannya saat ini. Injil, di sisi lain, menyerukan “pertobatan kepada Allah…” (Kisah Para Rasul 20:21). Pertobatan Anak yang Hilang ditunjukkan oleh perubahan sikapnya terhadap Allah dan juga terhadap ayahnya. “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, AKU TELAH BERDOSA TERHADAP SORGA dan terhadap bapa” (Lukas 15:18).
Pertobatan bukanlah sakramen pengakuan dosa (Penance)
Banyak Alkitab Katolik menerjemahkan “pertobatan” sebagai “pengakuan dosa” (penance). Penance (pengakuan dosa) adalah sakramen Katolik di mana dosa “yang dilakukan setelah pembaptisan” diampuni oleh imam atas pengakuan dan perbuatan baik orang yang melakukan penance ini. Addis dan Arnold Catholic Dictionary mendefinisikannya sebagai “pembayaran hukuman duniawi karena dosa melalui perbuatan baik dan membayarkan dan dikenakan oleh yang melayani pengakuan itu.” Ini bukan pertobatan alkitabiah.
Pertobatan bukanlah penyesalan belaka.
Alkitab memberi tahu kita bahwa manusia dapat menyesali tindakan mereka tanpa melakukan pertobatan yang tulus untuk keselamatan. Ini digambarkan sebagai “dukacita yang dari dunia” dalam 2 Kor 7:10. Ada contoh-contoh penting tentang hal ini dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Raja Saul adalah contoh utama Perjanjian Lama. Ia menyesal telah terjebak dalam berbagai perbuatan dosa, tetapi ia tidak menunjukkan pertobatan karena perbuatannya tidak berubah (1 Sam. 15:24; 24:17; 26:21). Yudas adalah contoh yang menakutkan dalam Perjanjian Baru tentang seorang pria yang menyesal tetapi tidak bertobat kepada Allah (Mat. 27:3-4). Seperti reformasi, penyesalan lebih berpusat pada manusia daripada berpusat pada Tuhan. Mereka yang bertobat, berubah pikiran tentang hubungan mereka dengan Tuhan dan ini menghasilkan perubahan dalam cara hidup mereka.
Pertobatan bukanlah sekadar menyadari atau mengakui dosa.
Pertobatan juga bukan sekadar mengakui adanya dosa. Firaun melakukan ini, tetapi dia tidak bertobat kepada Tuhan dan tindakannya tidak berubah (Kel. 9:27). Saat bekerja dalam pelayanan penjara daerah selama beberapa tahun, saya melihat banyak pria dan wanita yang mengakui bahwa mereka telah berdosa, tetapi kebanyakan dari mereka tidak menunjukkan pertobatan kepada Tuhan dan iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Pertobatan bukan sekadar berubah dari tidak percaya menjadi percaya.
Almarhum Gembala Jack Hyles dari First Baptist Church, Hammond, Indiana, yang adalah seorang pengkhotbah Baptis independen yang sangat berpengaruh, mendefinisikan pertobatan sebagai berbalik dari ketidakpercayaan menjadi percaya. Dia menyatakan ini dalam bukunya tahun 1993, The Enemies of Soul Winning. Satu bab berjudul “Pertobatan yang Disalahpahami: Musuh Memenangkan Jiwa.” Dia membangun doktrin pertobatannya terutama berdasarkan penalaran manusia, sebagai berikut: Karena ketidakpercayaan adalah satu-satunya dosa yang mengirim manusia ke neraka (demikian klaimnya), ketidakpercayaan adalah satu-satunya dosa yang harus disesali. Kedengarannya masuk akal, tetapi itu bertentangan dengan contoh dan pengajaran yang jelas dari Firman Allah. Pertobatan alkitabiah sebagaimana diberitakan oleh Yohanes Pembaptis, Tuhan Yesus Kristus, dan para rasul, melibatkan perubahan pikiran TERHADAP ALLAH DAN DOSA. Perhatikan ringkasan pesan Injil Paulus berikut ini: “Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta MELAKUKAN PEKERJAAN-PEKERJAAN YANG SESUAI DENGAN PERTOBATAN ITU” (Kis. 26:20). Pesan Injil yang dikhotbahkan oleh Petrus pada hari Pentakosta dan oleh Paulus setelah Pentakosta menuntut pertobatan dan didefinisikan sebagai berpaling kepada Allah dari perbuatan jahat. Pertobatan alkitabiah adalah perubahan pikiran terhadap Allah dan dosa yang menghasilkan perubahan hidup. Mengatakan bahwa pertobatan tidak ada hubungannya dengan sikap seseorang terhadap dosa sama saja dengn membuang khotbah-khotbah Kristen selama 19 abad.
Pertobatan bukan sekadar mengubah pikiran.
Seorang lain yang telah banyak mempengaruhi doktrin pertobatan adalah mendiang Curtis Hutson, mantan editor The Sword of the Lord. Bukunya tahun 1986 yang berjudul Repentance: What Does the Bible Teach? telah didistribusikan secara luas. Dr. Hutson dengan berani menyangkal bahwa pertobatan berarti berbalik dari dosa (hlm. 4). Dia menyangkal bahwa pertobatan adalah dukacita karena dosa (hlm. 8). Dia bahkan menyangkal bahwa pertobatan berarti “perubahan pikiran yang mengarah pada perubahan tindakan” (hlm. 16). Dia menyatakan bahwa pertobatan hanyalah “mengubah pikiran” dan tidak harus menghasilkan perubahan hidup. Hutson mengutip bagian Kitab Suci yang tampaknya mendukung posisinya, tetapi dia mengabaikan bagian Kitab Suci yang dengan jelas menyangkal posisinya. Dia salah mengutip tulisan orang-orang seperti pendahulunya John R. Rice. Dia juga mencampurkan masuk penalaran manusia dalam dosis besar. Misalnya, dia berkata bahwa pertobatan tidak bisa berarti berbalik dari dosa karena manusia tidak bisa berbalik dari semua dosa. Itu adalah tabir asap, karena tidak seorang pun mendefinisikan pertobatan sebagai berpaling dari semua dosa. Definisi historis tentang pertobatan, sebagaimana diterapkan pada keselamatan, adalah perubahan pikiran terhadap Allah dan dosa yang menghasilkan perubahan hidup. Pertobatan bukanlah berpaling dari semua dosa dalam arti semacam kesempurnaan tanpa dosa; pertobatan adalah perubahan pikiran terhadap dosa sehingga si pendosa tidak lagi berniat untuk memberontak melawan Allah.
Pertobatan tidak sama dengan percaya.
Dr. Dwight Pentecost adalah salah seorang yang mendefinisikan pertobatan sebagai percaya kepada Kristus. “Pertobatan bukanlah prasyarat untuk keselamatan; karena jika pertobatan diperlukan, keselamatan didasarkan, setidaknya sebagiannya pada perbuatan. … Kami menyarankan kepada Anda dari Firman Tuhan bahwa pertobatan sudah termasuk dalam percaya. Pertobatan bukanlah tindakan terpisah yang menjadi syarat keselamatan, melainkan termasuk dalam tindakan percaya” (Pentakosta, Things Which Become Sound Doctrine, 1965, hlm. 70, 71). Ini kedengarannya benar bagi banyak orang, tetapi salah. Pertama, mengenai pertobatan sebagai keselamatan berdasarkan usaha, hal ini tidak masuk akal. Mengatakan bahwa pertobatan menghasilkan perbuatan tidak sama dengan mengatakan bahwa pertobatan adalah perbuatan. Iman yang menyelamatkan juga menghasilkan perbuatan, tetapi ini tidak berarti bahwa iman yang menyelamatkan adalah perbuatan (Ef. 2:8-10). Pertobatan, pada kenyataannya, sangat jauh dari pekerjaan dan sebaliknya merupakan pemberian kasih karunia Allah. “Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup” (Kis. 11:18).
Saya akan menjawab gagasan bahwa pertobatan sama dengan iman dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Jika pertobatan dan iman adalah sama, mengapa Alkitab membuat perbedaan yang jelas di antara keduanya? “Aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus” (Kis. 20:21).
2. Jika pertobatan dan iman adalah sama, mengapa semua pengkhotbah Perjanjian Baru memproklamirkan pertobatan? Banyak argumen telah diberikan untuk membenarkan praktek tidak memberitakan pertobatan, tetapi intinya adalah bahwa para pengkhotbah Alkitab memberitakan pertobatan. Jika pertobatan sepenuhnya sudah termasuk dalam percaya, mengapa Tuhan Yesus Kristus berkhotbah “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (Luk. 13:3)? Mengapa Petrus berkhotbah, “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (Kis. 3:19)? Mengapa Paulus berkhotbah, “Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat” (Kis. 17:30)? Atau, “[manusia] harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kis. 26:20)?
3. Jika pertobatan dan iman adalah sama, mengapa Tuhan Yesus Kristus mengatakan bahwa pertobatan adalah bagian dari Amanat Agung? “Dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Luk. 24:47). Jawabannya adalah bahwa pertobatan harus diberitakan, dan iman harus diberitakan. Meskipun kedua doktrin ini terkait erat, mereka tidaklah sama. Keselamatan alkitabiah mencakup keduanya: “pertobatan kepada Allah, dan iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus” (Kis. 20:21).
Ilustrasi Pertobatan
1. Pertobatan adalah Anak yang Hilang menyadari dirinya sendiri, mengakui dosanya terhadap Allah dan ayahnya, dan kembali ke rumah (Luk. 15:17-20).
2. Pertobatan adalah orang-orang Tesalonika berpaling kepada Allah dari berhala untuk melayani Allah yang hidup dan benar (1 Tes 1:9).
3. Pertobatan adalah Zakheus berbalik dari korupsi kepada kejujuran (Luk. 19:8-9).
4. Pertobatan adalah pendosa yang mengibarkan bendera putih penyerahan diri kepada Tuhan. Pertobatan adalah orang berdosa yang bermusuhan dengan Allah (Roma 8:7) mengibarkan bendera putih penyerahan diri dan tunduk kepada Dia yang terhadapNya ia tadinya memberontak.
5. Pertobatan adalah si pencuri mengembalikan harta yang dicuri. “Saya percaya kita harus memperbaiki apa yang bisa kita perbaiki. Bagaimana jika saya tinggal dengan sekelompok pengkhotbah dan salah satu dari mereka mencuri dompet saya ketika saya sedang tidur? Keesokan harinya dia mendatangi saya dan memberi tahu saya bahwa dia sangat menyesal dan meminta saya untuk memaafkannya. Saya akan senang mendengar bahwa dia menyesal telah mencuri dompet saya, tetapi saya pasti menginginkan dan mengharapkan lebih dari itu dari pencuri yang bertobat. Saya ingin dompet saya kembali! Saya tidak percaya dia benar-benar bertobat kecuali dia mengembalikan dompet saya. SAYA TIDAK PERCAYA ANDA TELAH BERTOBAT SAMPAI ANDA MENJADI BENAR DAN BERKATA, ‘TUHAN, AKU AKAN HIDUP BERBEDA MULAI SEKARANG,’ DAN DENGAN RAHMAT TUHAN KAMU AKAN HIDUP BERBEDA” (Lester Roloff, Bertobatlah atau Binasa).
Mengapa Pertobatan Tidak Disebutkan dalam Injil Yohanes?
Pertama, tidak ada satu bagian pun dari Alkitab yang dapat dipisahkan dari bagian lain dari Alkitab. Injil Yohanes juga tidak menyebutkan kelahiran Kristus dari perawan, tetapi itu tidak berarti kelahiran perawan bukanlah doktrin yang harus kita beritakan. Tiga Injil lainnya menyebutkan pertobatan setidaknya 29 kali (Mat. 4:17; 9:13; Mrk. 1:15; 2:17; 6:12; Luk. 5:32; 13:3, 5; 15:7 , 10; 24:47). Kitab Kisah Para Rasul menggambarkan bagaimana para rasul di gereja mula-mula memberitakan Injil, dan mereka memberitakan pertobatan (Kis. 2:38; 3:19; 5:31; 8:22; 11:18; 13:24; 17:30; 19:4; 20:21; 26:20). Ini adalah contoh kita, terlepas dari apa yang diajarkan oleh satu kitab tertentu dalam Alkitab. Mendasarkan doktrin dan praktik seseorang pada satu bagian Alkitab yang terpisah, sementara mengabaikan bagian lain, adalah teknik guru palsu.
Kedua, meskipun Injil Yohanes tidak menggunakan istilah “pertobatan”, namun Injil ini jelas menyajikan konsep pertobatan. Kitab Yohanes memberi tahu kita dengan jelas bahwa meskipun “percaya pada Kristus” saja menyelamatkan, istilah alkitabiah “percaya” memiliki arti yang jauh lebih mendalam daripada arti umum saat ini. Dalam Injil Yohanes, keselamatan digambarkan sebagai menerima Yesus Kristus (Yohanes 1:11-12). Menerima Yesus Kristus berarti menerima Dia sebagaimana adanya Dia, baik Tuhan maupun Juruselamat. Yohanes juga menggambarkan keselamatan sebagai datang kepada Kristus (Yohanes 6:35). Datang kepada Kristus berarti meninggalkan kehidupan dosa dan penyembahan berhala. Umat Kristiani di Tesalonika menunjukkan kepada kita apa itu keselamatan sejati: “kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar” (1 Tes 1:9). Mengklaim bahwa keselamatan adalah sesuatu yang kurang dari ini berarti mengabaikan apa yang dengan jelas dinyatakan oleh Perjanjian Baru dari satu ujung ke ujung yang lain. Yohanes 2:23-25 memberi tahu kita bahwa Tuhan Yesus tidak menyerahkan diri-Nya kepada semua orang yang “percaya pada nama-Nya”. Mengapa? Karena banyak dari mereka yang “percaya” tidak melakukannya dengan cara yang menyelamatkan. Mereka “percaya” kepada Yesus Kristus hanya sebagai pembuat mukjizat atau sebagai penyedia makanan atau sebagai pembebas dari penindasan politik, dan mereka tidak percaya kepada Kristus dalam arti menyelamatkan dengan bertekuk lutut kepada-Nya dan mempercayai Dia sebagai satu-satunya Tuhan dan Penyelamat. Banyak orang yang “percaya akan nama-Nya” dalam Yohanes 2:23 berpaling dari-Nya dalam Yohanes 6:66.
Injil Yohanes juga memberi tahu kita bahwa keselamatan selalu menghasilkan perubahan dalam hidup seseorang, dan bahwa mereka yang tidak hidup dalam ketaatan kepada Kristus tidak benar-benar mengenal Kristus sebagai Juruselamat mereka. “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku” (Yohanes 10:27). “Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku” (Yohanes 8:31). Yohanes menggambarkan keselamatan sebagai “dilahirkan kembali” (Yohanes 3). Itu adalah ekspresi dramatis yang menginstruksikan kita bahwa keselamatan menghasilkan perubahan nyata dalam kehidupan seseorang. Dalam suratnya yang pertama, Yohanes juga mengajarkan bahwa keselamatan selalu disertai dengan perubahan hidup. Ia menyebutkan tiga tanda keselamatan: ketaatan (1 Yoh. 2:3-4; 3:3), kasih (1 Yoh. 3:14), dan kebenaran (1 Yoh. 2:20-27).
Tidak ada Teknik Doa Cepat dalam tulisan-tulisan Yohanes yang diilhami, dan tindakan menggunakan Injil Yohanes untuk membela praktik yang tidak alkitabiah ini adalah kesalahan besar.
Ketiga, sementara banyak argumen telah diberikan untuk membenarkan tidak memberitakan pertobatan, intinya adalah bahwa para pengkhotbah Alkitab memberitakan pertobatan. Jika pertobatan sepenuhnya telah termasuk ke dalam percaya, mengapa Tuhan Yesus Kristus berkhotbah “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” (Lukas 13:3)? (Injil Lukas diilhami sama seperti Injil Yohanes!) Mengapa Petrus berkhotbah, “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (Kisah Para Rasul 3:19)? Mengapa Paulus berkhotbah, “Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat” (Kis. 17:30)? Atau, “[manusia] harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kis. 26:20)? Jawabannya adalah bahwa pertobatan harus diberitakan dan iman harus diberitakan. Sementara hal-hal ini berhubungan erat, mereka tidak sama. Keselamatan alkitabiah mencakup keduanya: “bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus” (Kis. 20:21). Itulah yang dikhotbahkan para rasul Tuhan, dan mereka adalah satu-satunya pembimbing kita yang sempurna.
Keempat, pertobatan alkitabiah dan iman alkitabiah untuk keselamatan berhubungan sangat erat sehingga yang satu kadang-kadang dapat memaksudkan yang lain KETIKA DIPAHAMI DENGAN BENAR. Mereka tidak sama, tetapi dalam praktiknya tidak mungkin dipisahkan. Seperti yang dinyatakan oleh Baptist Faith and Message of the Southern Baptist Convention pada tahun 1925, “Kami percaya bahwa pertobatan dan iman adalah tugas suci, dan juga rahmat yang tidak terpisahkan…” Memiliki iman kepada Kristus secara alkitabiah berarti memiliki iman yang bertobat. J. Frank Norris menggambarkannya sebagai “iman yang bertobat dan patuh.” A.C. Dixon, dalam pesannya kepada Tabernakel Metropolitan di London, Inggris, pada tahun 1915, mencatat bahwa pertobatan dan iman adalah “seperti kembar siam, mereka dipersatukan oleh suatu ikatan yang hidup. Memisahkan mereka berarti membunuh keduanya. … Ketika Anda benar-benar bertobat, itu karena Anda beriman kepada Kristus; dan ketika Anda berpaling dari dosa kepada Kristus, itu karena Anda telah bertobat.”
Inilah yang diajarkan oleh Injil Yohanes dan seluruh Perjanjian Baru. Iman alkitabiah melibatkan pertobatan, dan pertobatan alkitabiah melibatkan iman.