Sumber: www.wayoflife.org
Kerangka seorang biarawati yang dibungkus rantai dan besi baru-baru ini ditemukan di sebuah biara kuno di Yerusalem. Ini adalah bukti fisik pertama dari praktik asketikisme (pertapaan ekstrem) yang dilaporkan tersebar luas pada abad-abad awal ketika kekristenan yang sesat menyebar ke mana-mana. “Theodoret dari Cyrrhus, seorang penulis Kristen abad ke-5, menyebutkan dua wanita, Marana dan Cyra, yang mengikat diri mereka dengan rantai selama beberapa dekade” (“Buried in Chains,” World Israel News, 10 Mar. 2025). Prinsip-prinsip pertapaan mulai diajarkan pada abad pertama sebagai bagian dari gnostikisme (Kol. 2:20-23). ?
Menurut asketisme, keselamatan dan kekudusan diperoleh melalui perbuatan manusia, terutama melalui penghukuman terhadap tubuh. Monastikisme meningkat pada abad ketiga dan keempat selama penganiayaan oleh kaisar-kaisar Romawi. Banyak yang melarikan diri ke padang gurun dan tempat-tempat terpencil lainnya di padang gurun Yudea di sebelah timur Yerusalem menuju Yerikho dan Semenanjung Sinai serta Mesir, dan di wilayah inilah praktik asketisme dimulai. Para asketik terkemuka disebut “para bapa gurun.” (Kata “hermit” dalam bahasa Inggris berarti “dari padang gurun.”)
Kehidupan asketik dipromosikan oleh banyak “bapa gereja” yang berpengaruh, termasuk Origen, Jerome, Basil, Augustine, dan Chrysostom. Praktik asketisme tumbuh semakin intens dan aneh. Mereka memukul diri sendiri, tidak tidur untuk waktu yang lama, berpuasa secara agresif, mengkonsumsi makanan yang hampir tidak dapat dimakan, bersumpah untuk berdiam diri, berdiri selama berhari-hari tanpa duduk, tidak mandi, selalu menutupi wajah mereka dengan kerudung. Mereka meninggalkan pernikahan dan menarik diri dari semua hubungan manusia yang normal, bersumpah untuk mengisolasi diri dari orang-orang yang mereka cintai selama sisa hidup mereka. Mereka menyerahkan diri mereka pada ritual-ritual sia-sia yang tak ada habisnya.
Kesalahan pertama asketisme Katolik Roma adalah ajaran palsunya tentang perbuatan baik dan sakramen. Mereka mengganti ajaran tentang keselamatan kekal yang cuma-cuma hanya melalui kasih karunia Kristus melalui darah Kristus saja dengan ajaran tentang keselamatan melalui kasih karunia ditambah perbuatan baik. Menurut Tangga Kenaikan Ilahi, yang menggambarkan konsep dasar monastikisme, para biarawan dan biarawati naik ke surga melalui tangga perbuatan baik dan praktik-praktik asketisme.