Sumber: www.wayoflife.org
Lebih dari 200 kisah air bah telah dikumpulkan oleh para peneliti dalam 70 bahasa. Kisah-kisah itu berasal dari setiap bagian dunia, termasuk Mesopotamia, Mesir, Afrika, Persia, India, Yunani, Cina, kepulauan Polinesia, dan Amerika. Meskipun mengandung unsur-unsur mitos, kisah-kisah itu mewakili kenangan universal tentang Air Bah. “Sembilan puluh lima persen dari tradisi-tradisi ini memiliki unsur-unsur yang sama dengan catatan Kitab Kejadian dan mereka mengatakan bahwa air bah itu global” (Nozomi Osanai, A Comparative Study of the Flood Accounts in the Gilgamesh Epic and Genesis).
Pada tahun 1905, Stephen Peet menulis, “[T]erdapat banyak deskripsi tentang peristiwa yang luar biasa ini [Air Bah dalam Kitab Kejadian]. Beberapa di antaranya berasal dari para sejarawan Yunani, beberapa dari catatan Babilonia; yang lain dari prasasti huruf paku, dan yang lain lagi dari mitologi dan tradisi berbagai bangsa, sehingga kita dapat mengatakan bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi baik di zaman kuno maupun modern yang memiliki bukti yang lebih baik atau catatan yang lebih banyak, daripada peristiwa ini yang dijelaskan dengan sangat indah namun singkat dalam Kitab Suci. Ini adalah salah satu peristiwa yang tampaknya dikenal oleh bangsa-bangsa yang paling jauh …
Memang benar bahwa banyak orang menganggap kisah ini sebagaimana diulang-ulang di wilayah-wilayah yang jauh ini, entah sebagai rujukan pada suatu banjir lokal, atau sebagai hasil kontak dengan peradaban lain yang telah membawanya dari bangsa-bangsa kuno, namun kesamaan kisah-kisah ini sedemikian rupa sehingga membuat penjelasan ini pun tidak memuaskan” (“The Story of the Deluge,” American Antiquarian, Juli-Agustus 1905, hlm. 203). Lihat “Flood Legends from Around the World,” nwcreation.net. Lihat juga After the Flood karya Bill Cooper.
Pertimbangkan salah satu kisah air bah dari Hawaii yang menceritakan tentang Nu’u (mudah untuk melihat nama Nuh di sini), yang dikatakan adalah generasi ke-13 dari manusia pertama. (Nuh adalah generasi ke-10 dari Adam.) “Para ilah” memerintahkannya untuk membangun kano besar beratap seperti rumah untuk menyelamatkan diri dari banjir bersama istri dan tiga putranya. Ia juga membawa seekor jantan dan seekor betina dari semua hewan. Air menutupi seluruh daratan. Setelah air bah, Nu’u mendarat di atas sebuah gunung besar. Sebagai ucapan syukur, Nu’u mempersembahkan kurban. Dalam kisah ini juga ada pelangi (“Flood in World Myth and Folklore Pacific,” curioustxonomy.net).