Oleh: Dr. Steven E. Liauw
Paus Fransiskus (lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio) meninggal dunia pada tanggal 21 April, pada usia 88 tahun. Terpilih sebagai Paus bagi Gereja Roma Katolik pada tahun 2013, dia melanjutkan mitos dan doktrin sesat yang mengklaim bahwa dirinya adalah penerus dari Petrus, yang mereka sebut sebagai Paus pertama dan yang di atasnya Yesus mendirikan jemaatNya dan yang diserahi kunci surga. Padahal, Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa jemaat didirikan di atas Petrus (petros artinya batu kecil), melainkan di atas batu karang (petra, Matius 16:18), dan tidak pernah ada jabatan “Paus” dalam Alkitab. Sebaliknya, Tuhan Yesus justru mengajar orang percaya untuk tidak mengambil titel “Bapa” (Matius 23:9) di bumi ini, sedangkan “Paus” berarti “Bapa.” Selain itu, bukan hanya Petrus yang Tuhan berikan kunci untuk mengikat apa yang di surga dan bumi, melainkan setiap orang percaya (Mat. 18:18), karena kunci surga adalah iman kepada Yesus, bukan Petrus!
Jadi, apa yang dapat kita pelajari dari meninggalnya Paus Fransiskus?
Pertama, kita diingatkan bahwa kematian sama menimpa kepada semua manusia. Tidak peduli berapa kaya ataupun miskin, tidak peduli titel dan posisi, tidak peduli kemuliaan dan kehormatan, manusia yang berdosa pada akhirnya mati. Hal ini sudah dinyatakan dalam ayat: “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibr. 9:27). Ayat ini juga mengingatkan akan apa yang terjadi setelah kematian, yaitu penghakiman. Manusia akan dihakimi apakah dia benar ataukah bersalah di hadapan Allah yang mahakudus. Maka setiap orang yang dosanya ditutupi oleh darah Yesus yang tercurah di atas salib akan dinyatakan benar, sedangkan mereka yang menolak karya Yesus itu akan terbukti bersalah terhadap hukum Allah dan harus binasa. Paus Fransiskus sudah meninggal, tetapi anda yang membaca ini belum. Sudahkah dosa-dosa anda dihapuskan melalui pertobatan dan iman kepada kematian dan kebangkitan Yesus Kristus bagi anda?
Kedua, momen kematian Paus adalah momen yang baik untuk menilik Injil seperti apa yang diajarkan oleh Paus dan oleh Gereja Roma Katolik. Untuk itu, satu-satunya standar adalah Firman Tuhan, bukan perasaan atau dogma-dogma luar Alkitab.
Berdasarkan standar Alkitab, maka Gereja Roma Katolik adalah institusi yang mengajarkan suatu injil palsu keselamatan melalui iman plus berbagai usaha manusia. Salah satu usaha yang menjadi keharusan bagi keselamatan Katolik adalah mengikuti sakramen. Konsili Vatikan Kedua yang dilaksanakan tahun 1960an, menegaskan bahwa “Melalui sakramen Baptisan … manusia menjadi benar-benar masuk ke dalam Kristus yang tersalib dan dimuliakan, dan ia dilahirkan kembali sehingga mendapat bagian dalam kehidupan ilahi” (Vatican II, “Decree on Ecumenism,” pasal 4, II, 22). Oleh karena itu, setiap tahunnya Gereja Katolik membaptis sekitar 16 juta anak-anak di bawah tujuh tahun, kebanyakan hanya berusia beberapa minggu saja. Menurut mereka, bayi-bayi ini dilahirbarukan saat mereka dibaptis, suatu doktrin yang disebut Baptismal Regeneration. Tentu saja doktrin sesat ini berbeda dengan pengajaran Injil Yohanes: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah” (Yoh. 1:12-13). Kelahiran kembali Allah berikan hanya kepada orang yang percaya dan menerima Yesus, dan bayi jelas belum percaya.
Selain itu, Gereja Katolik mengajarkan bahwa beriman saja tidak menyelamatkan, dan bahwa selain iman manusia harus berbuat baik untuk bisa masuk surga. Bahkan Gereja Katolik sangat menentang dan mengutuk pengajaran Alkitab bahwa manusia hanya dibenarkan oleh iman kepada Yesus. Konsili Trent menyatakan: “Jika seseorang mengatakan bahwa iman yang membenarkan tidak lain dari keyakinan dalam kemurahan ilahi, yang menghilangkan dosa demi Kristus, atau bahwa keyakinan ini saja yang membenarkan kita, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Konsili Trent, Canons Concerning Justification, Canon 12). “Jika seseorang mengatakan bahwa pembenaran yang [dia] terima tidak dipertahankan dan juga tidak bertambah di mata Allah melalui pekerjaan baik, tetapi bahwa pekerjaan-pekerjaan itu hanyalah buah dan tanda-tanda BAHWA pembenaran telah terjadi, tetapi bukan yang menyebabkan pembenaran itu, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Konsili Trent, Canons Concerning Justification, Canon 24). Melawan konsili-konsili Katolik ini tentunya adalah Firman Tuhan, yang berkata dengan tegas: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Ef. 2:8-9).
Hal lain lagi yang menjadi kesalahan fatal bagi Katolik adalah bahwa mereka menempatkan Maria sebagai pengantara kepada Allah. Gereja Katolik mengajarkan umatnya untuk berdoa kepada Maria dan berbagai “Santo dan Santa” sebagai pengantara untuk membawa doa mereka kepada Allah. Bertentangan dengan ini adalah Firman Tuhan yang jelas: “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Tim. 2:5). Pemujaan terhadap Maria ini sungguh terwujudkan dalam diri Paus Fransiskus juga. Dia meminta jasadnya dikuburkan di Basilica of St. Mary Major. Di dalam basilika ini ada sebuah patung Maria sebagai Ratu Damai. Di langit-langit basilika ini ada lukisan Maria duduk pada takhta Kristus, dimahkotai sebagai Ratu Surga. Di luar gedungnya ada sebuah salib besar dengan Yesus tergantung pada satu sisinya, dan Maria tergantung pada sisi lain dari salib itu. Semua ini adalah kesesatan.
Injil yang palsu dan pengantara kepada Allah yang palsu adalah kesesatan yang membinasakan. Oleh karena itu, sangatlah mengherankan bahwa hampir tidak ada kelompok “Injili” (yang semestinya berpegang pada Injil yang benar) yang kritis terhadap Paus Fransiskus. Semuanya ramai-ramai menyampaikan hormat dan pujian bagi dia. Hampir tidak ada peringatan terhadap doktrin-doktrin palsu yang dia pegang dan ajarkan. Banyak yang mengajak orang mendoakan pemilihan Paus yang baru, tanpa ada peringatan sedikitpun bahwa jabatan hingga proses pemilihan Paus, seluruhnya adalah salah dan bertentangan dengan Kitab Suci. Tidak ada semangat “berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yud. 1:3). Semua ini menunjukkan bahwa dunia sedang bergerak kepada suatu gereja-esa-sedunia yang akan dikendalikan antikristus, sebagaimana dinubuatkan. Pertanyaannya, wahai sobat, adalah anda berdiri di mana? Dapatkah anda menilai apa yang terjadi di dunia ini dari kacamata rohani Firman Tuhan? (1 Kor. 2:14-16)