Dialog Injili

(Berita Mingguan GITS 06 Februari 2010, diterjemahkan dari www.wayoflife.org)
Dialog dengan bidat dan agama-agama lain adalah fenomena yang sedang berjamuran di kalangan “injili.” Ada laporan mengenai hal ini di Christianity Today belakangan. Di tahun 2004 kita menyaksikan pemandangan yang tidak menyenangkan akan orang-orang injili yang menyatukan tangan dengan Mormon di Tabernacle di Salt Lake City. Akhir pekan yang lalu, Northwood Church di Keller, Texas, ikut serta dalam sebuah forum penyembahan antar-agama bergilir dengan orang-orang Yahudi dan Muslim setempat. Mereka bertemu di sinagog Yahudi pada hari Jumat, 22 Januari, lalu di Islamic Center pada hari Sabtu, dan di gereja pada hari Minggu. Gembala sidang senior, Bob Roberts, mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk mengenal satu sama lain dan mengerti pengajaran satu sama lain tanpa “mengecilkan perbedaan-perbedaan yang ada” atau berkompromi. Kita bertanya-tanya, apanya tentang Yudaisme dan Islam dan penolakan mereka yang terang-terangan terhadap Yesus Kristus yang kurang dimengerti oleh gembala Roberts. Dalam khotbahnya kepada jemaat antar-agama tersebut, Roberts mengatakan, “Saya ingin mengenal kalian. Mengapa? Karena kalian mencari Allah.” Alkitab, di pihak lain, mengatakan bahwa “tidak ada seorangpun yang mencari Allah” (Roma 3:11). Sambil menyatakan simpati dan pengertian yang besar terhadap para penolak Kristus tersebut, Roberts justru menyerang orang-orang Kristen fundamental, menyamakan mereka dengan “fundamentalis Muslim” sebagai musuh besar umat manusia. Ia mengatakan, “Konflik terbesar di dunia hari ini adalah antara fundamentalis Kristen dengan fundamentalis Muslim. Harus ada platform yang baru. Jika kita semua harus ditobatkan masuk satu agama kita tidak mungkin akan bersahabat di dunia ini” (“Christians, Muslims, Jews Worship at Evangelical Megachurch,” Christian Post, 25 Jan. 2010). Rata-rata “injili” hari ini berpikir bahwa ia bisa berasosiasi dengan kesesatan dan penyembahan berhala tanpa merusak imannya, tetapi Alkitab berkata, “Janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1 Korintus 15:33). Saya tidak tahu teks Alkitab mana yang dipilih oleh Roberts untuk khotbahnya Minggu tersebut untuk jemaat antar-agama tersebut, tetapi saya yakin BUKAN 2 Korintus 5:14-18. “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan demikianlah firman Tuhan, Yang Mahakuasa.” Rasul Paulus memberitakan Kristus di sinagog-sinagog, tetapi ia memberitakan Kristus dengan sedemikian dogmatisnya dan sedemikian beraninya, ia ditendang keluar dan dianiaya. Sepertinya Paulus tidak ikut rencana agung menuju keharmonisan antar-agama. Rupanya Bob Roberts dan teman-temannya telah belajar “memberitakan Injil” dengan begitu tidak menyinggung orang sehingga ia bisa pada saat yang sama menjadi sahabat dunia yang menyalibkan Kristus.

This entry was posted in Ekumenisme, New Evangelical (Injili) and tagged , , , , . Bookmark the permalink.

One Response to Dialog Injili

  1. Kevin Marcellius says:

    Pluralisme membuat domba memposisikan diri sehingga menganggap dirinya serigala hanya agar dapat diterima di komunitas serigala. Padahal serigala tertawa menyaksikan itu dan dalam kesempatan yg tepat si domba akan jadi santapan empuknya.

    Universalisme membuat domba benar-benar telah melupakan dirinya, sehingga tidak pernah tahu bahwa dihadapannya terbentang jurang maut sedangkan ia melenggak lenggok dng tenangnya sambil tertawa terbahak-bahak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *