(Berita Mingguan GITS 19 Juni 2010, diterjemahkan dari www.wayoflife.org)
Stephen Hawking, profesor matematika di Cambridge dan penulis buku-buku bestseller, mengatakan bahwa ilmu pengetahuan akan menang melawan agama. Dalam sebuah wawancara dengan Diane Sawyer dari ABC Wolrd News, Hawking ditanya mengenai apakah ada cara untuk memperdamaikan ilmu pengetahuan dengan agama. Ia menjawab, “Ada perbedaan yang mendasar antara agama, yang berlandaskan otoritas, [dengan] ilmu pengetahuan, yang berlandaskan pengamatan dan akal budi. Ilmu pengetahuan akan menang karena ia bekerja [dalam dunia nyata]” (“Stephen Hawking on Religion: Science Will Win,” ABC World News, 7 Juni 2010). Pada kenyataannya, ilmu pengetahuan sama sekali tidak bekerja ketika harus menjawab pertanyaan-pertanyaan besar tentang kehidupan. Dalam wawancara yang sama, Hawking, yang seharusnya “tahu lebih banyak tentang alam semesta dari hampir semua orang lain di bumi ini,” mengatakan “Saya ingin tahu mengapa alam semesta eksis.” Ilmu pengetahuan tidak akan pernah bisa menjawab pertanyaan itu atau seribu pertanyaan lainnya. Apakah ada Allah, dan jika ya, siapakah Dia, seperti apakah Dia, dan bagaimanakah saya dapat mengenalNya secara pribadi? Mengapakah alam semesta mengikui hukum-hukum yang tepat yang dapat ditemukan oleh manusia melalui ilmu pengetahuan? Apakah manusia? Mengapakah ia begitu berbeda dari binatang, padahal katanya ia berevolusi dari binatang? Apakah jiwa manusia itu? Dari manakah asalnya dan apakah yang terjadi padanya setelah kematian? Hingga masa pensiunnya yang baru-baru ini, Hawking menjabat posisi di Cambridge yang dulu pernah dijabat oleh Sir Isaac Newton, tetapi Newton jauh lebih maju daripada Hawking dalam hal ia tidak tertipu sehingga mengira bahwa ilmu pengetahuan dapat tahu segala-galanya. Newton, yang menemukan hukum gravitasi, mengatakan, “Gravitasi menjelaskan pergerakan planet-planet, tetapi tidak dapat menjelaskan siapa yang menggerakkan planet-planet tersebut.” Ini menggarisbawahi perbedaan antara Newton dan Hawking. Dari wawancara Sawyer, sepertinya Hawking tidak mengerti keterbatasan ilmu pengetahuan. Newton percaya ada Allah Pencipta, dan ia menyebut atheisme “tidak berakal dan busuk.” Ia percaya bahwa Alkitab adalah wahyu Allah tentang diriNya kepada manusia, dan Newton menghabiskan lebih banyak waktu mempelajari Alkitab daripada ilmu pengetahuan. Ia mengatakan, “Sistem matahari, planet-planet, dan komet yang teramat indah ini, hanya mungkin berasal dari pikiran dan kuasa Pribadi yang intelijen….Allah yang Supreme adalah Pribadi yang kekal, tidak terbatas, dan sempurna absolut.” Allah inilah yang telah ditolak oleh ilmu pengetahuan modern, tetapi penolakan itu bukanlah didasarkan pada fakta-fakta ilmiah, melainkan atas kebencian yang disengaja dan adalah salah satu bukti bahwa Alkitab adalah sebagaimana klaimnya, Firman Allah yang tidak dapat gagal (2 Petrus 3:3-5).
Kategori
- Akhir Zaman / Nubuatan (104)
- Alkitab (45)
- Apologetika (2)
- Arkeologi (39)
- Atheisme (3)
- Atheisme/Agnostikisme (10)
- Berita Mingguan (2)
- Bidat (10)
- Doa (3)
- Education / Pendidikan (6)
- Ekumenisme (107)
- Emerging Church (36)
- Fashion (5)
- Fundamentalisme (35)
- Gaming (3)
- General (Umum) (245)
- Gereja (67)
- Hermeneutika / Penafsiran (1)
- Islam (55)
- Israel (23)
- Istilah "Allah" (2)
- Kalvinisme (8)
- Katolik (121)
- Keluarga (27)
- Kesehatan / Medical (50)
- Keselamatan (9)
- Kesesatan Umum dan New Age (276)
- Kharismatik/Pantekosta (57)
- Kristologi (6)
- Laki-Laki (1)
- LGBT (72)
- Liberalisme (7)
- Ministry (2)
- Misi / Pekabaran Injil (22)
- musik (89)
- New Evangelical (Injili) (69)
- Okultisme (7)
- Pemuda/Remaja (4)
- Penganiayaan / Persecution (122)
- Pengharapan/Surga (3)
- Psikologi (7)
- Renungan (57)
- Science and Bible (307)
- Sejarah dan Doktrin Baptis (5)
- Sejarah Gereja-Gereja (1)
- Separasi dari Dunia / Keduniawian (100)
- Sports/Olahraga (3)
- Teknologi (38)
- Theologi (9)
- Tubuh Manusia (5)
- Uncategorized (14)
- Wanita (25)
Archives
- November 2024 (7)
- October 2024 (2)
- September 2024 (5)
- August 2024 (2)
- July 2024 (3)
- April 2024 (2)
- March 2024 (5)
- February 2024 (2)
- January 2024 (4)
- December 2023 (8)
- November 2023 (2)
- October 2023 (7)
- September 2023 (3)
- August 2023 (8)
- July 2023 (4)
- June 2023 (3)
- May 2023 (4)
- April 2023 (9)
- March 2023 (4)
- February 2023 (9)
- January 2023 (3)
- December 2022 (4)
- November 2022 (10)
- October 2022 (4)
- September 2022 (6)
- August 2022 (6)
- July 2022 (4)
- June 2022 (3)
- May 2022 (1)
- April 2022 (6)
- March 2022 (5)
- February 2022 (4)
- January 2022 (6)
- November 2021 (4)
- October 2021 (2)
- September 2021 (4)
- August 2021 (4)
- July 2021 (4)
- June 2021 (1)
- May 2021 (3)
- April 2021 (1)
- March 2021 (7)
- February 2021 (4)
- January 2021 (3)
- December 2020 (3)
- November 2020 (11)
- October 2020 (3)
- September 2020 (3)
- August 2020 (2)
- July 2020 (2)
- June 2020 (6)
- May 2020 (9)
- April 2020 (12)
- March 2020 (5)
- February 2020 (12)
- January 2020 (6)
- December 2019 (3)
- November 2019 (9)
- October 2019 (4)
- September 2019 (8)
- August 2019 (7)
- July 2019 (5)
- June 2019 (6)
- May 2019 (7)
- April 2019 (7)
- March 2019 (4)
- February 2019 (3)
- January 2019 (8)
- December 2018 (13)
- November 2018 (8)
- October 2018 (8)
- September 2018 (10)
- August 2018 (8)
- July 2018 (10)
- June 2018 (13)
- May 2018 (9)
- April 2018 (5)
- March 2018 (10)
- February 2018 (7)
- January 2018 (7)
- December 2017 (6)
- November 2017 (8)
- October 2017 (9)
- September 2017 (10)
- August 2017 (8)
- July 2017 (7)
- June 2017 (9)
- May 2017 (3)
- April 2017 (11)
- March 2017 (13)
- February 2017 (5)
- January 2017 (11)
- December 2016 (8)
- November 2016 (8)
- October 2016 (12)
- September 2016 (11)
- August 2016 (13)
- July 2016 (13)
- June 2016 (13)
- May 2016 (13)
- April 2016 (14)
- March 2016 (9)
- February 2016 (13)
- January 2016 (14)
- December 2015 (14)
- November 2015 (13)
- October 2015 (17)
- September 2015 (11)
- August 2015 (12)
- July 2015 (12)
- June 2015 (9)
- May 2015 (10)
- April 2015 (9)
- March 2015 (6)
- February 2015 (3)
- January 2015 (10)
- December 2014 (3)
- November 2014 (15)
- October 2014 (3)
- September 2014 (11)
- August 2014 (15)
- July 2014 (10)
- June 2014 (13)
- May 2014 (13)
- April 2014 (5)
- March 2014 (14)
- February 2014 (9)
- January 2014 (11)
- December 2013 (10)
- November 2013 (15)
- October 2013 (15)
- September 2013 (13)
- August 2013 (16)
- July 2013 (14)
- June 2013 (18)
- May 2013 (10)
- April 2013 (16)
- March 2013 (17)
- February 2013 (13)
- January 2013 (14)
- December 2012 (14)
- November 2012 (11)
- October 2012 (10)
- September 2012 (15)
- August 2012 (12)
- July 2012 (9)
- June 2012 (12)
- May 2012 (12)
- April 2012 (11)
- March 2012 (15)
- February 2012 (13)
- January 2012 (14)
- December 2011 (13)
- November 2011 (13)
- October 2011 (14)
- September 2011 (14)
- August 2011 (12)
- July 2011 (16)
- June 2011 (12)
- May 2011 (10)
- April 2011 (16)
- March 2011 (13)
- February 2011 (15)
- January 2011 (16)
- December 2010 (14)
- November 2010 (10)
- October 2010 (17)
- September 2010 (13)
- August 2010 (17)
- July 2010 (17)
- June 2010 (15)
- May 2010 (18)
- April 2010 (17)
- March 2010 (17)
- February 2010 (13)
- January 2010 (20)
- December 2009 (20)
- November 2009 (5)
- April 2009 (2)
- March 2009 (2)
- February 2009 (1)
Problem hubungan agama dengan ilmu
Sebelum kita berbicara secara panjang lebar seputar hubungan antara agama dengan ilmu dengan segala problematika yang bersifat kompleks yang ada didalamnya maka untuk mempermudah mengurai benang kusut yang terjadi seputar problematika hubungan antara agama dengan ilmu maka kita harus mengenal terlebih dahulu dua definisi pengertian ‘ilmu’ yang jauh berbeda satu sama lain,yaitu definisi pengertian ‘ilmu’ versi sudut pandang Tuhan dan versi sudut pandang manusia yang lahir melalui kacamata sudut pandang materialist.
Pertama adalah definisi pengertian ‘ilmu’ versi sudut pandang materialistik yang kita kenal sebagai ‘saintisme’ yang membuat definisi pengertian ‘ilmu’ sebagai berikut : ‘ilmu adalah segala suatu yang sebatas wilayah pengalaman dunia indera’,(sehingga bila mengikuti definisi saintisme maka otomatis segala suatu yang bersifat abstrak – gaib yang berada diluar wilayah pengalaman dunia indera menjadi tidak bisa dimasukan sebagai wilayah ilmu).faham ini berpandangan atau beranggapan bahwa ilmu adalah ‘ciptaan’ manusia sehingga batas dan wilayah jelajahnya harus dibingkai atau ditentukan oleh manusia.
Kedua adalah definisi pengertian ‘ilmu’ versi sudut pandang Tuhan yang mengkonsepsikan ‘ilmu’ sebagai suatu yang harus bisa mendeskripsikan keseluruhan realitas baik yang abstrak maupun yang konkrit sehingga dua dimensi yang berbeda itu bisa difahami secara menyatu padu sebagai sebuah kesatuan system.pandangan Ilahiah ini menyatakan bahwa ilmu adalah suatu yang berasal dari Tuhan sehingga batas dan wilayah jelajahnya ditentukan oleh Tuhan dan tidak bisa dibatasi oleh manusia,artinya bila kita melihatnya dengan kacamata sudut pandang Tuhan dalam persoalan cara melihat dan memahami ‘ilmu’ manusia harus mengikuti pandangan Tuhan.
Bila kita merunut asal muasal perbedaan yang tajam antara konsep ilmu versi saintisme dengan konsep ilmu versi Tuhan sebenarnya mudah : kekeliruan konsep ‘ilmu’ versi saintisme sebenarnya berawal dari pemahaman yang salah atau yang ‘bermata satu’ terhadap realitas,menurut sudut pandang materialist ‘realitas’ adalah segala suatu yang bisa ditangkap oleh pengalaman dunia indera,sedang konsep ‘realitas’ versi Tuhan : ‘realitas’ adalah segala suatu yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi ‘ada’,dimana seluruh realitas yang tercipta itu terdiri dari dua dimensi : yang abstrak dan yang konkrit,analoginya sama dengan realitas manusia yang terdiri dari jiwa dan raga atau realitas komputer yang terdiri dari software dan hard ware.
Berangkat dari pemahaman terhadap realitas yang bersifat materialistik seperti itulah kaum materialist membuat definisi konsep ilmu sebagai berikut : ‘ilmu adalah segala suatu yang sebatas wilayah pengalaman dunia indera’ dan metodologi ilmu dibatasi sebatas sesuatu yang bisa dibuktikan secara empirik ( kemudian pengertian kata ‘ilmu’ diparalelkan dengan sains seolah ‘ilmu’ = ‘sains’).
Ini adalah konsep yang bertentangan dengan konsep dan metodologi ilmu versi Tuhan,karena realitas terdiri dari dua dimensi antara yang konkrit dan yang abstrak maka dalam pandangan Tuhan (yang menjadi konsep agama) konsep ‘ilmu’ tidak bisa dibatasi sebatas wilayah pengalaman dunia indera dan metodologinya pun tidak bisa dibatasi oleh keharusan untuk selalu terbukti langsung secara empirik oleh mata telanjang,sebab dibalik realitas konkrit ada realitas abstrak yang metodologi untuk memahaminya pasti berbeda dengan metodologi untuk memahami ilmu material (sains),dan kedua : manusia bukan saja diberi indera untuk menangkap realitas yang bersifat konkrit tapi juga diberi akal dan hati yang memiliki ‘mata’ dan pengertian untuk menangkap dan memahami realitas atau hal hal yang bersifat abstrak.dimana akal bila digunakan secara maksimal (tanpa dibatasi oleh prinsip materialistik) akan bisa menangkap konstruksi realitas yang bersifat menyeluruh (konstruksi yang menyatu padukan yang abstrak dan yang konkrit),dan hati berfungsi untuk menangkap essensi dari segala suatu yang ada dalam realitas ke satu titik pengertian.
Mengapa bisa terjadi sesuatu yang dianggap sebagian manusia sebagai ‘benturan antara agama dengan ilmu’ (?) bila dilihat dengan kacamata Ilahi sebenarnya bukan terjadi benturan antara agama dengan ilmu sebab baik agama maupun ilmu keduanya berasal dari Tuhan yang mustahil berbenturan.benturan itu terjadi karena kesalah fahaman manusia termasuk karena kesalahan manusia dalam membuat definisi pengertian ‘ilmu’ sebagaimana yang dibuat oleh saintisme itu,
Bila kita runut fitnah benturan antara agama dengan ilmu itu terjadi karena berbagai sebab,pertama : manusia membatasi definisi pengertian ‘ilmu’ diseputar wilayah dunia indera,sebaliknya agama tidak membatasi wilayah ilmu sebatas wilayah pengalaman dunia indera (karena ilmu harus mendeskripsikan keseluruhan realitas baik yang abstrak maupun yang lahiriah-konkrit) sehingga otomatis ilmu yang di persempit wilayah jelajahnya (sehingga tak boleh menjelajah dunia abstrak) itu kelak akan menimbulkan banyak benturan dengan agama.jadi yang berbenturan itu bukan agama vs ilmu tapi agama versus definisi pengertian ‘ilmu’ yang telah dipersempit wilayah jelajahnya.
Dan kedua : fitnah benturan ‘agama vs ilmu’ terjadi karena ada banyak ‘benalu’ didunia sains yang mengatasnamakan sains padahal ia cuma teori belaka yang bersifat spekulatif kemudian teori itu dibenturkan dengan agama sehingga orang awam melihatnya seperti ‘benturan agama dengan ilmu’ (padahal itu hanya fitnah).untuk dihadapkan dengan agama sains harus bersih dari teori khayali artinya sains tak boleh diwakili oleh teori yang tidak berdasar kepada fakta seperti teori Darwin,sebab bila saintis membuat teori yang tak sesuai dengan kenyataan otomatis pasti akan berbenturan dengan agama sebab konsep agama berlandaskan kepada realitas yang sesungguhnya (yang telah Tuhan ciptakan sebagaimana adanya).
Dalam konsep Tuhan ilmu adalah suatu yang memiliki dua kaki yang satu berpijak didunia abstrak dan yang satu berpijak didunia konkrit,dan konsep ilmu seperti itu akan bisa menafsirkan serta merekonstruksi agama.sebaliknya konsep ilmu versi kaum materialistik hanya memiliki satu kaki yang hanya berpijak didunia konkrit yang bisa dialami oleh pengalaman dunia indera sehingga dengan konsep seperti itu otomatis ilmu akan menjadi seperti sulit atau tidak bisa menafsirkan serta merekonstruksi agama.
Jadi bila ada fihak yang memprovokasi seolah ada ‘benturan antara agama versus ilmu’ maka kita harus analisis terlebih dahulu secara ilmiah jangan menelannya secara membabi buta,apalagi dengan bersikap a priori terhadap agama.kasus Darwin sama sekali bukan benturan antara agama vs ilmu tapi antara teori ‘ilmiah’ yang tidak berdasar fakta vs deskripsi kitab suci,begitu pula kasus Galileo itu bukan benturan agama vs ilmu tapi antara temuan ilmuwan vs penafsiran pendeta terhadap kitab sucinya yang belum tentu tepat,(tak ada ayat kitab suci yang secara astronomis menyatakan bumi sebagai pusat galaksi tata surya dan harus difahami saat itu pendeta melihatnya dari kacamata sudut pandang ‘filosofis’).
‘ilmu’ dalam saintisme ibarat kambing yang dikekang oleh tali pada sebuah pohon ia tak bisa jauh melangkah karena dibatasi wilayah jelajahnya harus sebatas wilayah pengalaman dunia indera sehingga ‘yang benar’ secara ilmiah menurut saintisme adalah segala sesuatu yang harus terbukti secara empirik (tertangkap mata secara langsung), dengan prinsip inilah kacamata saintisme menghakimi agama sebagai sesuatu yang ‘tidak berdasar ilmu’.
Bandingkan ; dalam agama wilayah jelajah ilmu itu luas tidak dibatasi sebatas wilayah pengalaman dunia inderawi sebab itu ‘ilmu’ dalam agama bisa merekonstruksikan realitas secara keseluruhan baik yang berasal dari realitas yang abstrak (yang tidak bisa tertangkap mata secara langsung) maupun realitas konkrit (yang bisa tertangkap oleh mata secara langsung),jadi ilmu dalam agama tidak seperti kambing yang dikekang.
Kemudian bila yang dimaksud ‘ilmu’ oleh kacamata sudut pandang saintisme adalah apa yang mereka sebut sebagai ‘sains’ maka itu adalah pandangan yang keliru,sebab untuk mendefinisikan apa itu ‘sains’ kita harus berangkat dari dasar metodologinya,bila metodologi sains adalah metode empirisme dimana parameter kebenaran ilmiah nya adalah bukti empirik maka kita harus mendefinisikan ‘sains’ sebagai ‘ilmu seputar dunia fisik-materi’ sebab hanya dunia fisik-materi itulah yang bisa dibuktikan secara empirik,sedang definisi pengertian ‘ilmu’ menurut versi Tuhan adalah alat atau jalan atau cara untuk mengelola dan memahami keseluruhan realitas baik yang abstrak maupun yang konkrit (sehingga kedua alam itu bisa difahami sebagai sebuah kesatuan unit-sistem),dan metodologi ilmu versi Tuhan itu tidak dibatasi oleh keharusan bukti empirik sebab pertama : realitas itu terdiri dari yang abstrak dan yang konkrit sehingga untuk memahami keduanya secara menyatu padu otomatis metodologi ilmu tak bisa dikonsep harus sebatas yang bisa terbukti secara empirik sebab bila demikian maka dunia abstrak menjadi keluar dari konstruksi ilmu,dan kedua : secara alami manusia sudah diberi akal dan hati yang memiliki ‘mata’ untuk menangkap dan memahami realitas atau hal hal yang bersifat abstrak.bila mata indera adalah alat untuk menangkap realitas dunia lahiriah-material,maka akal adalah alat untuk menangkap konstruksi dunia abstrak sedang hati menangkap essensinya.
Jadi kesimpulannya bila dilihat dari kacamata Tuhan maka apa yang dimaksud ‘sains’ sebenarnya adalah salah satu cabang ilmu dan bukan ilmu dalam pengertian yang bersifat menyeluruh,tapi kacamata sudut pandang saintisme mengklaim bahwa (satu satunya) definisi pengertian ‘ilmu’ yang benar menurut mereka adalah sebagaimana konsep yang telah mereka buat dengan metodologi yang telah mereka tetapkan sebagaimana telah tertera dalam buku buku filsafat ilmu.kaum materialist tidak mau menerima bila konsep ‘ilmu’ dikaitkan dengan realitas dunia abstrak sebab saintisme berangkat dari kacamata sudut pandang materialistik ‘bermata satu’.yang pasti bila kita menerima definisi konsep ‘ilmu’ versi barat (dengan metodologi yang harus terbukti secara empirik) maka agama seperti ‘terpaksa’ harus difahami sebagai ‘ajaran moral’ bukan kebenaran berasas ilmu (sebagaimana pemahaman filsafat materialist terhadap agama).padahal menurut konsep Tuhan agama adalah kebenaran berdasar ilmu,(hanya ‘ilmu’ yang dimaksud adalah konsep ilmu yang bersifat universalistik yang hanya bisa difahami oleh manusia yang ‘bermata dua’/bisa melihat kepada realitas dunia abstrak dan dunia konkrit secara berimbang).
Jadi mari kita analisis masalah (ilmu dan kebenaran ) ini dari dasar dari realitas yang bersifat menyeluruh,sehingga umat manusia tidak terdoktrin oleh ‘kebenaran’ versi sudut pandang materialist yang sebenarnya berpijak pada anggapan dasar bahwa yang real atau ‘realitas’ adalah hanya segala suatu yang bisa tertangkap dunia indera (dan secara metodologis bisa dibuktikan secara empirik),dan terlalu picik untuk bersandar pada anggapan demikian, mengingat hanya sebagian kecil saja realitas yang bisa ditangkap oleh dunia pengalaman indera manusia,sehingga wajar bila melalui agama Tuhan memberitahukan kepada manusia realitas yang dunia panca indera manusia tidak bisa menangkapnya.
Jadi bila saat ini banyak pandangan yang ‘bias’ – ‘rancu’ seputar hubungan agama dengan ilmu itu karena definisi pengertian ‘ilmu’ yang saat ini dominan dan menguasai dunia adalah definisi ‘ilmu’ versi saintisme itulah,dan banyak orang yang belum bisa mengoreksi pandangan saintisme itu dari benaknya,banyak orang yang tanpa sadar memakai kacamata saintisme dalam memahami hubungan agama dengan ilmu sehingga kala melihat agama ia melihatnya sebagai suatu yang seolah ‘berada diluar wilayah ilmu’ itu karena saintisme membatasi ‘ilmu’ sebatas wilayah pengalaman dunia inderawi. sedang definisi pengertian ‘ilmu’ versi Tuhan memang hanya difahami sedikit orang yang memiliki pandangan berimbang antara melihat kedunia abstrak dengan melihat ke dunia konkrit.
Agama yang difahami secara benar dan ilmu pengetahuan yang juga difahami secara benar akankah bertentangan (?),mustahil ! sebab dua hal yang benar mustahil bertentangan satu sama lain melainkan akan saling mengisi satu sama lain walau masing masing mengisi ruang yang berbeda serta mengemukakan kebenaran dalam persepsi yang berbeda.(hanya manusia yang sering tidak bisa menyatu padukan beragam ruang serta beragam persepsi yang berbeda beda padahal semua ada dalam satu realitas keseluruhan).
Agama dan ilmu telah menjadi korban fitnah besar dan telah menjadi seperti ‘nampak bertentangan’ karena dalam sejarah telah terjadi provokasi besar besaran oleh kacamata sudut pandang ideology materialistik yang memposisikan agama dan ilmu pada posisi yang seolah bertentangan,karena kacamata sudut pandang materialistik melihat-memahami dan mengkonsepsikan agama secara salah juga melihat-memahami dan mengkonsepsikan ‘ilmu’ secara salah akibatnya mereka (materialist) sulit menemukan keterpaduan antara agama dengan ilmu.
Sebab itu bila ingin memahami konsep agama dan ilmu secara benar kaji kitab suci secara ilmiah dengan tidak bersikap a priori terlebih dahulu.dan yang mesti diingat adalah bahwa segala bentuk hipotesa – teori yang tidak berdasar fakta-yang cuma khayalan – yang cuma teori-filosofi seputar sains yang berdasar ideology materialist (bukan murni sains),semua adalah ‘karat’ yang membuat agama dengan ilmu akan nampak menjadi bertentangan, sebab agama hanya menerima yang berdasar fakta kenyataan sebagaimana yang Tuhan ciptakan.Ironisnya tidak sedikit ilmuwan-pemikir yang menelan mentah mentah konsep saintisme ini sehingga agama dan ilmu nampak berada pada kotak yang berjauhan yang seperti sulit atau tidak bisa disatu padukan,bahkan pengkaji masalah hubungan agama-ilmu seperti Ian g. barbour sekalipun belum bisa melepas kacamata saintisme ini dari kacamata sudut pandangnya sehingga ia menemukan kerumitan yang luar biasa kala membuat peta hubungan antara agama dengan ilmu.
Ilmu fisika tentang hukum mekanisme alam semesta,hukum hukum ilmu fisika murni, matematika murni,ilmu tentang listrik,ilmu tentang komputer dlsb.yang memiliki bukti fakta empirik yang konkrit yang pasti dan terukur pasti tidak akan bertentangan dengan agama justru menguatkan pandangan agama,tapi teori khayali yang tak berdasar kenyataan seperti Darwin pasti akan berbenturan dengan agama,tapi oleh kaum materialist ilmiah justru teori inilah yang dibesar besarkan dan dihadapkan pada garis terdepan (seolah ia mewakili dunia ilmu !) dan dibenturkan secara langsung dengan agama kala membahas masalah hubungan agama dengan ilmu hingga lahirlah salah satu fitnah akhir zaman yang terbesar sepanjang sejarah didunia.dan fitnah itu dijaga ketat supaya terus ada oleh ideology materialisme ilmiah hingga kini dengan berbagai cara dengan cara yang irrasional bahkan dengan cara yang tidak ilmiah sekalipun,mereka tidak ingin agama dan ilmu nampak sebagai dua konsep menyatu padu sebab kesatu paduan agama dengan ilmu akan menghancurkan kekuatan ideology atheistik secara ilmiah.
Judul yang lebih tepat menurut saya adalah, “Ilmu Pengetahuan akan menang melawan (Agama) Kristen.”
Atheisme banyak datang dari filsuf-filsuf yang berlatarbelakang Kristen, mengapa? karena konsep ketuhanan Kristen terlalu lemah, sangat rapuh untuk dipaksa bertarung melawan akal sehat dan hati nurani manusia.. Di dalam Injil, bahkan tidak sama sekali pernah disebutkan tentang ihwal keterlibatan Yesus Kristus dalam penciptaan Semesta. Inilah yang agaknya menjadi dasar bagi Hawking untuk melahirkan pandangan bahwa Tuhan tidak memiliki keterlibatan sama sekali dalam penciptaan Semesta. Karena ajaran Kristen bertentangan dengan akal sehatnya, maka Hawking berkeyakinan kuat bahwa hari ini, ilmu pengetahuan benar-benar telah mengalahkan Kristen.
Rupanya ada yang belum teliti membaca Injil.
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Yohanes 1:1-3
Hawking boleh punya pendapat. Tetapi pendapatnya itu salah total, karena bertentangan dengan Firman Tuhan.
Hawking benar Tuhan tidak ada, surga hanya mitos. ketika kita takut mati, pikiran kita akan memikirkan surga seolah-olah ada kehidupan lagi setelah mati. surga hanya hasil pikiran kita saja sesungguhnya tidak ada. Semua yang kita pikirkan berawal dari kita dan tentang kita tidak ada ilah lain yang kontak dengan kita.
Hawking salah. Tuhan itu ada. Buktinya adalah adanya alam ciptaan ini.
Dalam hati nurani manusia, ia tahu bahwa setelah ia mati, ia tidak hilang begitu saja, tetapi ada kehidupan setelah kematian
Pikiran adanya kehidupan lagi setelah mati disebabkan karena kita takut mati. kalau tidak percaya coba saja! itu sebabnya Hawking berkata ia tidak takut mati masih banyak yang harus dikerjakan. Pernyataan Hawking seharusnya tidak membuat suatu kontroversi tapi kita harus memandangnya bagaimana membuat pikiran kita lebih maju. Memang tidak dapat dibuktikan bahwa kehidupan setelah mati itu ada atau tidak kita, hanya mendengarnya dari kitab suci dan orang-orang lain “yang takut mati”.
Yonathan kamu lebih memilih duniawi dari pada tuhan yang maha esa kalau kamu tidak percaya kepada tuhan,keluar Aja dari negara indonesia karena kamu tidak mengikuti pedoman hidup negara indonesia,PANCASILA pada sila-1yaitu:KETUHANAN YANG MAHA ESA. Denger tuh Yonathan!!!!!
sebenarnya saya sering kepikiran seperti yang saudara Yonathan ungkapkan, saya juga bingung, dan saya penasaran bagaimana kalau riset itu benar dan terbukti secara ilmiah dan juga akhirnya kembali bertentangan dengan agama, dan saya juga penasaran bagaimana agama akan menjawab hal itu? setelah semua terbukti secara ilmiah?
bukan soal kematian saja sebenarnya, namun juga bagaimana jika kita menemukan kehidupan di planet lain dan mahluknya tak serupa dengan kita namun pengetahuan mereka sangat maju, namun mereka tak ada satupun dalam penjelasan agama, dan agama tidak dapat menjawab tentang mereka, dan bagaimanakah juga agama akan menjawabnya? setelah semua melihat secara nyata?
lalu soal misteri tercipta dan tersusunya alam semesta terkait newton, dan juga tercipta mahluk hidup di bumi ini? semua pasti pernah memikirkan hal yang sama, saya memiliki pikiran bahwa newton sudah terbatas pikiranya karena batas kemampuan otak manusia, mungkin kita semua juga sering mengalaminya, dan yang saya tanyakan, bagaimana jika misteri terciptanya alam semesta serta beroperasinya alam semesta terpecahkan secara full ilmiah pada suatu masa? maka akan bagaimanakah nasib agama selanjutnya? bagaimana agama akan menjawab 3 hal tersebut sekaligus? mungkin ucapan hawking memiliki banyak peluang untuk dibuktikan, namun bagaimana jika semua itu benar?
lalu bagaimana selanjutnya apabila tercipta sebuah teknologi canggih modern yang dapat membuat umur alam semesta dan seluruh makhluk hidup menjadi tak terhingga? itu berarti kita dapat melawan kematian dan kehancuran bukan?
setelah sekian lama mengetik teks diatas, saya pun merasa kehabisan akal, apalagi yang akan saya ungkapkan, nah itu juga membuktikan terkait manusia yang memiliki pikiran terbatas, dan berarti newton juga mengalami hal yang sama sehingga akhirnya terpentok dan kembali ke penjelasan agamanya, padahal apabila ada yang dapat meneruskanya, mungkin misteri dapat terpecahkan
mohon maaf, disini saya bukan bermaksud negatif, namun saya hanya dapat mengungkapkan apa yang ada di pikiran saya selama ini, dan saya berharap dapat ada yang menjawabnya secara real, ilmiah, terbukti benar, logis, rasional, dan terbukti nyata
EJ,
Jika kita mengikuti andai-andai, maka kita bisa mengandaikan Alkitab itu salah, mengandaikan tidak ada Tuhan, mengandaikan evolusi itu benar, dll.
Pada kenyataannya, sains sama sekali tidak membukti apa-apa yang bertentangan dengan Alkitab. Bahwa manusia berasal dari binatang yang lebih rendah adalah kebohongan terbesar, dan semua sains sejati bertentangan dengan itu.
Kita harus bisa memilah, apa yang andai-andai, apa yang riil. Yang riil adalah Yesus Kristus. Yang riil adalah FirmanNya. Itu yang kita tahu benar. Jika tidak, maka tidak ada pedoman di dunia ini.
Tuhan telah membuktikan lebih dari cukup bahwa dia ada. Dan tdk ada kebenaran dari ilmu pengetahuan yg bertentangan dgn bible. Bahkan sampai saat ini tdk ada yg bs membuktikan manusia berawal dr binatang. Ilmu pengetahuan tdk bisa menjawab bagaimana orang buta bisa disembuhkan, kanker stadium 4 bs disembuhkan seketika, orang mati bangkit kembali
Karena ilmu pengetahuan yg ada hanya sebagian kecil dr Tuhan itu sendiri. Dia yg datang sebagai manusia dan bangkit dr kematian membuktikan Dia melebihi ilmu pengetahuan yg manusia miliki
Mari kita renungkan tentang proses kejadian manusia. Bukankah awal proses manusia dari sesuatu yang tidak dapat didefinisikan, kemudian menjadi saripati tanah, kemudian menjadi sperma yang bertemu dengan sel telur, kemudian keduanya menyatu menjadi sel yang dapat membelah diri secara revolusif, kemudian membentuk segumpal darah, kemudian membentuk gumpalan daging yang kemudian membungkus kerangka, kemudian terbentuk mahluk biologis, kemudian Tuhan memberikan Ruh, dan berubahlah dari mahluk biologis menjadi manusia. Beda antara manusia dengan hewan adalah pada tahap proses penciptaannya. Manusia, sebelum lahir telah mengadakan kesepakatan dengan Tuhan sedanghewan tidak.
Berjuta-juta (malah bermilyar-milyar) Galaxi yg ada di Jagat Raya ini dan dalam satu Galaxi terdapat Milyaran Bintang, salah satunya adalah Galaxi Bima Sakti yg didalamnya ada salah satu Palnet yg bernama Earth (Bumi).
Pengetahuan manusia sementara ini hanya tau dari Milyaran Galaxi itu hanya baru Bumi ini yg ada kehidupan, Pertanyaannya : Apakah dari Milyaran Galakxi dan bermilyar-milyar Bintang hanya satu bintang yg ada mahluk hidupnya yaitu Bumi ini ?????.
Kalau tidak ada kehidupan di Palanet yg lain alangkah Mubazirnya Jagat Raya yg sangat besar dan banyak Planet ini dari bermilyar-milyar hanya satu yg ada kehidupan ????
Di hubungkan dengan Agama, kalau ada kehidupan di planet yg lain dan mungkin sudah lebih cerdas dari Mahluk Bumi, Apa Agamanya dan siapa tuhannya?? kalau sama, kenapa Nabi Adam sebagai manusia pertama yg di ciptakan??? untuk hidup di alam ini. terus mahluk yg di planet lain bagaimana terciptannya???
Alkitab memberitahu kita bahwa langit “menceritakan kemuliaan Allah” (Maz. 19:2).
Alkitab memberitahu kita bahwa bumi adalah tempat yang spesial yang Tuhan ciptakan, khusus untuk manusia.
Evolusi mengatakan bahwa bumi tidak spesial, bahwa bumi muncul karena kebetulan. Jika bumi tidak spesial, dan kehidupan tidak spesial, maka mestinya, di trilyunan bintang lain, ada yang mirip bumi, dan akan ada kehidupan yang muncul.
Tetapi itu semua salah. Bumi adalah spesial, dan kehidupan juga spesial. Kehidupan tidak dapat muncul jika tidak diciptakan. Dan Tuhan hanya memberitahu kita bahwa Ia menciptakan kehidupan di bumi ini,
Bagi orang yang percaya Alkitab, tidak ada alasan untuk mempercayai akan ada kehidupan di bintang-bintang lain. Satu-satunya kehidupan lain yang kita diberitahu, di luar dari bumi, adalah malaikat.
Ini tidak berarti semua bintang itu mubazir. Mereka menjadi penanda waktu bagi kita, dan memceritakan kemuliaan Allah.
Alkitab memberitahu kita bahwa langit “menceritakan kemuliaan Allah” (Maz. 19:2).
Alkitab memberitahu kita bahwa bumi adalah tempat yang spesial yang Tuhan ciptakan, khusus untuk manusia.
Evolusi mengatakan bahwa bumi tidak spesial, bahwa bumi muncul karena kebetulan. Jika bumi tidak spesial, dan kehidupan tidak spesial, maka mestinya, di trilyunan bintang lain, ada yang mirip bumi, dan akan ada kehidupan yang muncul.
Tetapi itu semua salah. Bumi adalah spesial, dan kehidupan juga spesial. Kehidupan tidak dapat muncul jika tidak diciptakan. Dan Tuhan hanya memberitahu kita bahwa Ia menciptakan kehidupan di bumi ini,
Bagi orang yang percaya Alkitab, tidak ada alasan untuk mempercayai akan ada kehidupan di bintang-bintang lain. Satu-satunya kehidupan lain yang kita diberitahu, di luar dari bumi, adalah malaikat.
Ini tidak berarti semua bintang itu mubazir. Mereka menjadi penanda waktu bagi kita, dan memceritakan kemuliaan Allah.
Tuhan versi Ilmu Pasti
Dia nyata adanya (bermateri) tapi tidak berwujud tetap! Dia tidak dapat dilihat dengan mata alias gaib tapi sangat nyata di akal yang berintelektual (berteori ilmiah)! Dia Zat (kesatuan unsurlengkap), bukan mahluk (sekumpulan unsur tidak lengkap)! Dia satu (Esa) tapi tidak satu-satunya di satu titik tempat! Dia aktif berfirman (memancarkan frekwensi) tapi dia pasif bertindak karena firman-Nya / frekwensi-Nya diteruskan oleh satu kesatuan gaya (para malaikat-Nya)! Dia berada di luar induk-induk gaya (lapisan-lapisan langit), mustahil Dia berada di dalamnya karena akan mengakibatkan ledakan atom di seluruh induk gaya (E=mc2)! Sesungguhnya induk-induk gaya itu tercipta dan berada di dalam Zat-Nya (Diri-Nya) sendiri. Tidak ada sesuatupun yang ada dan hidup di luar Zat-Nya kecuali Diri-Nya sendiri, sebab itulah Dia Maha Besar !!