Keith Richards Mengatakan Bahwa Ia Belum Siap Bertemu Teman Lamanya Lucifer

(Berita Mingguan GITS 23 Oktober 2010, diterjemahkan dari www.wayoflife.org)
Keith Richards, salah satu pendiri The Rolling Stones, dibayar 7,7 juta dolar dimuka untuk memoir-nya, yang akan muncul minggu depan. Buku tersebut diberi judul “Life” tetapi lebih pantas berjudul “Death,” karena gaya hidup Richards adalah resep yang sempurna untuk menuju kematian fisik maupun kematian kekal. Dari segala sisi, seharusnya dia sudah mati puluhan tahun yang lalu karena penyalahgunaan obat, tetapi karena kasih karunia Allah dia masih hidup sampai 66 tahun. Bukannya bertobat dari dosa-dosanya dan menyerahkan diri kepada kemurahan Allah dalam Kristus, ia malah mengatakan bahwa ia tidak memiliki penyesalan. Mengenai kematian, dia berpura-pura memegang kendali. “Saya tidak menaruh kematian ke dalam jadwal agenda saya. Saya belum mau bertemu dengan teman lama saya Lucifer” (“Richards: Mick Jagger Was “Unbearable,” Reuters, 15 Okt. 2010). Tidak diragukan lagi dia memang melayani Iblis, tetapi Iblis tidak berteman dengan siapapun, dan kematian bukanlah pertemuan dengan Lucifer; melainkan pertemuan dengan Allah Mahakuasa. Mick Jagger dan Keith Richards telah mengolok-olok Allah dan menista hukum-hukumNya yang kudus sebagai anggota-anggota Stones selama lebih dari 45 tahun dan hal itu telah menjadikan mereka kaya dan terkenal. Pengaruh mereka dalam merusak moralitas generasi ini tak dapat dihitung. Melalui musik mereka dan kehidupan mereka, mereka meludahi wajah Allah. Pada tahun 1965 mereka bernyanyi, “I’m free to do what I want any old time” (Aku bebas untuk melakukan apa yang ku mau kapan saja). Lagu mereka “Sympathy for the Devil” sangatlah populer. The Stones adalah pengaruh yang sangat besar dalam hidup saya pada tahun 1960an, dan saya terus mengucap syukur kepada Tuhan bahwa Ia mencelikkan mata saya yang buta dan menyelamatkan saya oleh kasih karuniaNya dan bahwa Lucifer bukan lagi tuan saya. “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibrani 9:27).

This entry was posted in musik, Separasi dari Dunia / Keduniawian. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *