Pengajaran Resmi Katolik

Ada kalanya, agar kebenaran nyata, kesalahan harus disingkapkan dan ditelanjangi. Hal ini dilakukan bukan karena rasa benci kepada mereka yang salah, tetapi justru karena kasih yang besar kepada mereka. Kita tidak tega melihat orang-orang dibutakan oleh kesesatan, dan dengan resiko dibenci, akan memberitakan kebenaran kepadanya, walaupun itu melukai egonya.

Gereja Roma Katolik adalah salah satu institusi yang mengatasnamakan Yesus Kristus, tetapi sebenarnya sangatlah jauh menyimpang dari Yesus yang sejati, Firman Tuhan, dan kebenaran. Banyak praktek Katolik yang sama sekali tidak ada dalam Alkitab, misalnya: doktrin mereka tentang Maria, tentang santo-santa, tentang api penyucian, tentang pastor yang tidak menikah, tentang misa, dan masih banyak lagi.

Walaupun demikian, banyak orang yang tidak mau percaya bahwa Katolik itu memang salah. Bahkan orang Katolik sendiri, ketika diperhadapkan dengan doktrin-doktrin Katolik yang tidak alkitabiah, misalnya bahwa roti ekaristi yang dia makan dipercaya adalah benar-benar daging Yesus (ia makan daging manusia), kadang menyangkal bahwa Katolik memiliki doktrin seperti itu. Orang-orang Injili juga, kini semakin mendekat kepada Katolik, dan tidak merasa bahwa “Katolik separah itu.”

Untuk melihat sebenarnya apa pengajaran Katolik, coba kita lihat deklarasi resmi mereka sendiri. Berikut ini adalah dokumentasi tentang Konsili Trent dan Konsili Vatican Kedua, yang merumuskan doktrin resmi Katolik.

Berikut ini disadur dari tulisan David Cloud, “Rome and The Council of Trent”

Ada pihak-pihak yang mau membuat semua orang berpikir bahwa Gereja Roma Katolik telah berubah dan bukan lagi institusi sesat seperti dulu. Ted Haggard, mantan gembala sidang senior New Life Church di Colorado Springs dan juga mantan presiden dari National Association of Evangelicals (NAE) yang beranggotakan 30 juta orang, mengatakan pada bulan Oktober 2005: “New Life tidak mencoba untuk menobatkan “orang-orang Katolik” dan bahwa gereja tersebut tidak akan pernah menghalang-halangi anggota-anggotanya untuk “menjadi Katolik atau menghadiri Misa Katolik” (BereanCall, Januari 2006).

Pernyataan ini mencerminkan perubahan yang sangat radikal dalam gerakan Injili, tetapi mengenai Roma sendiri, tidak banyak yang berubah.

Konsili Trent adalah sebuah konsili Katolik yang dilaksanakan dari tahun 1545 hingga 1563 dalam upaya untuk menghancurkan bangkitnya Reformasi Protestan. Konsili ini menyangkali semua doktrin Reformasi, termasuk sola scriptura (hanya Kitab Suci) dan sola grasia (hanya kasih karunia). Trent menghujamkan 125 anathema (kutukan kekal) terhadap orang-orang Kristen yang percaya Alkitab, termasuk hal-hal di bawah ini:

SESI KEEMPAT: DEKRIT MENGENAI KANON KITAB SUCI: “Jika seseorang tidak menerima buku-buku yang baru saja disebut secara keseluruhan beserta semua bagian mereka [66 kitab Alkitab plus 12 buku Apokripa, yaitu dua Paralipomenon, dua Esdras, Tobias, Yudit, Wisdom, Ecclesiasticus, Barukh, Sophonias, dua Makabeus], sebagai sesuatu yang kudus dan kanonikal, sebagaimana sudah biasa mereka baca dalam Gereja Katolik dan terkandung dalam Edisi Latin Kuno Vulgate, dan secara sadar dan sengaja menolak tradisi-tradisi ini, BIARLAH DIA ANATHEMA.”

SESI KEENAM: KANON MEGENAI PEMBENARAN: “Jika seseorang mengatakan bahwa iman yang membenarkan tidak lain dari keyakinan dalam kemurahan ilahi, yang menghilangkan dosa demi Kristus, atau bahwa keyakinan ini saja yang membenarkan kita, BIARLAH DIA ANATHEMA” Canons Concerning Justification, Canon 12).

SESI KEENAM: KANON MENGENAI PEMBENARAN: “Jika seseorang mengatakan bahwa pembenaran yang [dia] terima tidak dipertahankan dan juga tidak bertambah di mata Allah melalui pekerjaan baik, tetapi bahwa pekerjaan-pekerjaan itu hanyalah buah dan tanda-tanda BAHWA pembenaran telah terjadi, tetapi bukan yang menyebabkan pembenaran itu, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Canons Concerning Justification, Canon 24).

SESI KEENAM: KANON MENGENAI PEMBENARAN: “Jika seseorang mengatakan bahwa doktrin pembenaran Katolik sebagaimana dinyatakan oleh konsili kudus dalam dekrit ini, mengecilkan dalam aspek tertentu kemuliaan Allah atau karya Tuhan kita Yesus Kristus, dan bukannya malah menggambarkan kebenaran iman kita dan juga kemuliaan Allah dan Kristus Yesus, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Canons Concerning Justification, Canon 33).

SESI KETUJUH: KANON TENTANG BAPTISAN: “Jika seseorang mengatakan bahwa dalam Gereja Roma, yang adalah bunda dan ibu dari semua gereja, tidak terkandung doktrin yang benar mengenai sakramen baptisan, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Canons On Baptism, Canon 3).

SESI KETUJUH: KANON TENTANG BAPTISAN: “ Jika seseorang mengatakan bahwa baptisan bersifat pilihan, jadi bahwa tidak diperlukan untuk keselamatan, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Canons On Baptism, Canon 5).

SESI KETUJUH: KANON TENTANG BAPTISAN: “ Jika seseorang mengatakan bahwa anak-anak, karena mereka belum memiliki kemampuan untuk percaya, tidaklah masuk ke dalam hitungan orang-orang beriman setelah pembaptisannya, dan bahwa karena alasan ini mereka harus dibaptis ulang setelah mereka mencapai umur pengertian; atau bahwa lebih baik jika baptisan seseorang yang demikian dihilangkan saja, daripada tanpa percaya dari diri mereka sendiri mereka dibaptis ke dalam iman Gereja, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Canons Concerning On, Canon 13).

SESI KETUJUH: KANON TENTANG PENGUATAN (Editor: Salah satu dari 7 sakraman Katolik, mirip dengan sidi dalam gereja-gereja Protestan): “Jika seseorang mengatakan bahwa acara penguatan atas mereka yang dibaptis adalah ritual yang kosong dan bukanlah sakramen yang sejati dan benar; atau bahwa di zaman dulu acara ini tidak lebih dari suatu acara pembelajaran, pada saat mana mereka yang mendekati usia remaja memberikan pertanggungan jawab atas iman mereka kepada Gereja, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Canons On Confirmation, Canon 1).

SESI KETIGABELAS: KANON TENTANG SAKRAMEN KUDUS EKARISTI: “Jika seseorang menyangkal bahwa dalam sakramen paling Kudus Ekaristi terkandung secara sejati, benar-benar, dan substansial, tubuh dan darah bersama dengan jiwa dan keilahian Tuhan kita Yesus Kristus, dan dengan demikian keseluruhan Kristus, tetapi mengatakan bahwa Ia hanya ada di dalamnya sebagai suatu tanda, atau simbol, atau kuasa, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Canons on the Most Holy Sacrament of the Eucharist, Canon 1).

SESI KETIGABELAS: KANON TENTANG SAKRAMEN KUDUS EKARISTI: “Jika seseorang mengatakan bahwa Kristus yang diterima dalam Ekaristi diterima hnaya secara rohani dan bukan juga secara sakramental dan secara benar-benar, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Canons on the Most Holy Sacrament of the Eucharist, Canon 8).

SESI KEEMPATBELAS: KANON TENTANG SAKRAMEN KUDUS PENGAKUAN DOSA: “Jika seseorang mengatakan bahwa dalam Gereja Katolik pengakuan dosa bukanlah suatu sakramen yang benar-benar dibuat oleh Kristus Tuhan untuk memperdamaikan orang-orang beriman Allah setiap kali mereka jatuh ke dalam dosa setelah baptisan, BIARLAH DIA ANATHEMA (Canons Concerning the Most Holy Sacrament of Penance, Canon 1).

SESI KEEMPATBELAS: KANON TENTANG SAKRAMEN KUDUS PENGAKUAN DOSA: “Jika seseorang menyangkal bahwa sakramen pengakuan dosa dibuat oleh hukum ilahi atau perlu untuk keselamatan; atau mengatakan bahwa cara pengakuan rahasia kepada seorang imam sendirian, yang telah dilakukan sejak awal oleh Gereja Katolik dan masih dilakukan, adalah berlawanan dengan institusi dan perintah Kristus dan adalah ciptaan manusia, BIARLAH DIA ANATHEMA (Canons Concerning the Most Holy Sacrament of Penance, Canon 7).

SESI KEEMPATBELAS: KANON TENTANG SAKRAMEN KUDUS PENGAKUAN DOSA: “Jika seseorang mengatakan bahwa pengakuan semua dosa, sebagaimana dipraktekkan dalam Gereja, adalah hal yang tidak mungkin dan adalah tradisi manusia yang harus dihapuskan oleh orang-orang saleh; atau bahwa setiap dan semua orang beriman Kristus dari jenis kelamin manapun tidak terikat kepada hal ini satu kali setahun sesuai dengan undang-undang dasar Konsili Lateran yang agung, dan bahwa karena alasan ini maka orang-orang beriman Kristus harus diyakinkan untuk tidak mengaku dosa pada hari Lent, BIARLAH DIA ANATHEMA (Canons Concerning the Most Holy Sacrament of Penance, Canon 8).

SESI KEEMPATBELAS: KANON TENTANG SAKRAMEN KUDUS PENGAKUAN DOSA: “Jika seseorang mengatakan bahwa Allah selalu mengampuni semua hukuman bersama dengan kesalahannya dan bahwa petobat harus cukup puas dengan iman mereka yang mengetahui bahwa Kristus telah memuaskan [tuntutan bagi] mereka, BIARLAH DIA ANATHEMA (Canons Concerning the Most Holy Sacrament of Penance, Canon 8).

SESI KEDUAPULUHDUA: KANON TENTANG PERSEMBAHAN MISA: “Jika seseorang mengatakan bahwa dalam Misa, suatu korban yang benar dan sejati tidak dipersembahkan kepada Allah; atau bahwa yang dipersembahkan tidak lain dari Kristus yang diberikan bagi kita untuk DImakan, BIARLAH DIA ANATHEMA (Canons on the Sacrifice of the Mass, Canon 1).

SESI KEDUAPULUHDUA: KANON TENTANG PERSEMBAHAN MISA: “Jika seseorang mengatakan bahwa melalui kata-kata ini, Perbuatlah ini menjadi peringatan akan aku, Kristus tidak menjadikan para Rasul sebagai imam-imam; atau tidak menahbiskan bahwa mereka dan imam-imam lain harus mempersembahkan tubuhNya dan darahNya sendiri, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Canons on the Sacrifice of the Mass, Canon 2).

SESI KEDUAPULUHDUA: KANON TENTANG PERSEMBAHAN MISA: “Jika seseorang mengatakan bahwa persembahan Misa hanyalah dalam hal pujian dan syukur; atau bahwa misa hanyalah peringatan akan korban yang telah genap di atas salib, bukan suatu korban yang mendamaikan; atau bahwa misa hanya berguna bagi ia yang menerimanya, dan tidak boleh ditawarkan untuk mereka yang hidup dan yang mati, untuk dosa-dosa, penghukuman, pemuasan, dan keperluan-keperluan lain, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Canons on the Sacrifice of the Mass, Canon 3).

SESI KEDUAPULUHDUA: KANON TENTANG PERSEMBAHAN MISA: “Jika seseorang mengatakan bahwa adalah penipuan untuk merayakan Misa untuk menghormati santo-santa untuk mendapatkan pertolongan mereka di hadapan Allah, sebagaimana dilakukan oleh Gereja, BIARLAH DIA ANATHEMA” (Canons on the Sacrifice of the Mass, Canon 5).

SESI KEDUAPULUHTIGA: KANON TENTANG SAKRAMEN IMAMAT: “Jika seseorang mengatakan bahwa tidak ada dalam Perjanjian Baru suatu imamat yang kelihatan dan eksternal, atau bahwa tidak ada kuasa untuk menguduskan dan menawarkan tubuh dan darah sejati Tuhan dan untuk mengampuni dan mempertahankan dosa, tetapi hanya ada jabatan dan pelayanan pemberitaan Injil; atau bahwa mereka yang tidak berkhotbah bukanlah imam sama sekali, BIARLAH DIA ANATHEMA (Canons on the Sacrament of Order, Canon 1).

SESI KEDUAPULUHTIGA: KANON TENTANG SAKRAMEN IMAMAT: “Jika seseorang mengatakan bahwa para uskup yang dipilih berdasarkan otoritas Paus Roma bukanlah uskup-uskup yang benar dan sah, tetapi hanyalah penipuan manusia, BIARLAH DIA ANATHEMA (Canons on the Sacrament of Order, Canon 8).

SESI KEDUAPULUHLIMA: DEKRIT TENTANG PURGATORI [API PENYUCIAN]: “ Karena Gereja Katolik, diajar oleh Roh Kudus, telah, mengikuti tulisan-tulisan suci dan tradisi kuno Bapa-Bapa, mengajar dalam konsili-konsili kudus dan juga baru-baru ini dalam konsili ekumenikal ini bahwa ada suatu purgatori [api penyucian], dan bahwa jiwa-jiwa yang ditahan di sana tertolong oleh kebaikan-kebaikan orang-orang beriman dan terutama oleh persembahan yang diterima di altar, konsil kudus ini memerintahkan para uskup agar mereka dengan rajin berusaha agar doktrin sehat mengenai purgatori, yang diteruskan dari Bapa-Bapa dan konsili-konsili kudus, dipercaya dan dipertahankan oleh orang-orang beriman Kristus, dan di mana-mana diajarkan dan dikhotbahkan.”

SESI KEDUAPULUHLIMA: TENTANG DOA-DOA, PENGHORMATAN, DAN PENINGGALAN-PENINGGALAN SANTO-SANTA DAN TENTANG PATUNG-PATUNG KUDUS: “Konsil kudus ini memerintahkan semua uskup dan lainnya yang memegang jabatan pengajaran dan cura animarum (Editor: suatu jabatan pengajar dalam Katolik), bahwa seiring dengan praktek Gereja yang Katolik dan Rasuli, yang diterima dari zaman primitif agama Kristen, dan bersamaan dengan pengajaran Bapa-Bapa kudus yang seia sekata dan dekrit-dekrit konsili-konsili kudus, agar mereka lebih dari hal lain mengajarkan dengan tekun orang-orang beriman dalam hal doa-doa dan bantuan dari para santo-santa, penghormatan kepada peninggalan-peninggalan, dan pemakaian patung-patung yang sah, mengajarkan mereka bahwa para santo-santa yang memerintah bersama dengan Kristus menaikkan doa mereka kepada Allah demi manusia, bahwa adalah baik dan bermanfaat untuk menyebut mereka dan mengharapkan doa-doa, bantuan dan dukungan mereka untuk mendapatkan kasih karunia dari Allah melalui AnakNya,Yesus Kristus Tuhan kita, yang adalah satu-satunya penebus dan juruselamat kita; dan agar mereka berpikir tidak saleh siapapun yang menyangkal para santo-santa yang menikmati kebahagiaan kekal di Surga harus dilibatkan, atau yang mengatakan bahwa santo-santa tidak berdoa bagi manusia, atau bahwa permohonan kita kepada mereka untuk berdoa bagi tiap-tiap kita secara individu adalah pemberhalaan, atau bahwa hal itu berlawanan dengan Firman Allah atau tidak konsisten dengan adanya satu pengantara antara Allah dan manusia, Yesus Kristus, atau bahwa adalah bodoh untuk berdoa dalam suara ataupun pikiran kepada mereka yang memerintah di Surga.”

PENGAKUAN IMAN PAUS PIUS
Paus Pius IV (1559-1565) mengeluarkan suatu rangkuman keputusan-keputusan konsil tersebut dengan judul “Pengakuan Iman Paus Pius.” Kita akan mengutip sebagian dari pengakuan imanini, yang sejak saat itu sudah dianggap sebagai rangkuman otoritatif tentang iman Katolik:

“Saya mengaku juga, bahwa sungguh-sungguh dan sebenarnya ada tujuh sakramen hukum yang baru….yaitu, baptisan, peneguhan, ekaristi, pengakuan dosa, pengurapan orang sakit, imamat, dan pernikahan, dan bahwa mereka memberikan kasih karunia….”

“Saya mengaku juga, bahwa dalam Misa dipersembahkan kepada Allah suatu korban yang sejati, benar, dan bersifat mendamaikan bagi yang hidup maupun yang mati; dan bahwa, dalam korban Ekaristi yang maha kudus, sunguh-sungguh dan benar-benar dan secara substansi ada tubuh dan darah, bersama dengan jiwa dan keilahian Tuhan kita Yesus Kristus….”

“Saya senantiasa memegang bahwa ada purgatori, dan bahwa jiwa-jiwa yang ditahan di sana ditolong oleh perbuatan-perbuatan baik orang-orang beriman.”

“Demikian juga, bahwa para santo-santa yang memerintah bersama Kristus, harus dihormati dan diminta bantuannya; bahwa mereka menaikkan doa-doa kepada Allah bagi kita; dan bahwa peninggalan-peninggalan mereka harus dihormati.”

“Saya menegaskan sekuat-kuatnya, bahwa patung-patung Kristus, dan bunda Allah, yang perawan selalu, dan juga santo-santa lainnya, harus dimiliki dan disimpan; dan bahwa penghormatan dan penghargaan yang sama harus diberikan kepada mereka.”

“Saya juga menegaskan bahwa kuasa pengampunan dosa ditinggalkan oleh Kristus di dalam gereja, dan bahwa pemakaian kuasa ini sungguh bermanfaat bagi orang-orang Kristen.”

“Saya mengakui Gereja Roma Kudus Katolik dan Rasuli, ibu dan bunda dari semua gereja. Dan saya berjanji untuk bersumpah setia kepada uskup Roma, penerus santo Petrus, pangeran para Rasul, dan wakil Kristus.”

“Saya juga mengaku, dan tanpa keraguan menerima semua hal lain yang diberikan, didefinisikan, dan dideklarasikan, oleh kanon-kanon kudus dan konsili-konsili umum, dan terutama oleh Konsil kudus Trent. Dan juga, saya menghakimi, menolak, dan menganathemakan, semua hal yang berlawanan dengannya, dan semua kesesatan yang dihukum, ditolak, dan dianathemakan oleh gereja.

“Inilah iman Katolik yang sejati, yang tanpanya tidak seorang pun dapat diselamatkan…” (Miller’s Church History, hal. 1081-1082).

Pernyataan-pernyataan ini dan kutuk-kutuk ini dijalankan dalam penganiayaan yang berdarah yang ditimpakan oleh Roma kepada orang-orang Kristen sejati, dan Trent tidak pernah dibatalkan.

VATICAN II DAN TRENT

Konsili Vatican II (Editor: Sebuah konsili Katolik tahun 1962 hingga 1965, dan merupakan konsili umum Katolik yang terakhir) menyinggung Trent berpuluh-puluh kali, mengutip pernyataan-pernyataan konsili Trent sebagai sesuatu yang berotoritas, dan menegaskan ulang Trent di setiap kesempatan. The New Catholic Catechism mengutip Trent tidak kurang dari 99 kali. Ini baru dari perhitungan saya sendiri. Tidak ada sedikitpun petunjuk bahwa pernyataan-pernyataan dalam Konsili Trent telah dibatalkan oleh Roma. Pada saat pembukaan Konsili Vatikan yang Kedua, Paus Yohanes XXIII mengatakan, “Saya menerima sepenuhnya semua yang telah ditentukan dan dideklarasikan dalam Konsili Trent.” Setiap Kardinal, Uskup, dan imam yang menjadi anggota Konsili tersebut juga menandatangani dokumen itu (Wilson Ewin, You Can Lead Roman Catholics to Christ, Quebec Baptist Mission, edisi 1990, hal. 41).

Perhatikan beberapa contoh bagaimana Vatican II memandang Trent:

“Prinsip-prinsip dogma yang telah diletakkan dalam Konsili Trent tetap berlaku…” (Constitution on the Sacred Liturgy, hal. 37).

“Jadi, mengikuti jejak kaki Konsili Trent dan Vatican I, Konsil ini ingin memberikan doktrin yang otentik tentang pewahyuan ilahi” (Constitution on Divine Revelation, hal. 678).

“[Kristus] secara substansi ada di sana melalui perubahan roti dan anggur yang, sebagaimana Konsili Trent memberitahu kita, tepat sekali diberi nama transubstansiasi” (Constitution on the Sacred Liturgy, hal. 110).

“Dengan cara ini, norma-norma liturgis Konsili Trent dalam banyak segi telah digenapi dan disempurnakan oleh Konsili Vatikan Kedua” (Constitution of the Sacred Liturgy, hal. 159).

Konsili yang kudus ini menerima dengan setia iman yang agung milik nenek moyang kita dalam persekutuan hidup yang eksis antara kita dan saudara-saudara kita yang ada di kemuliaan Sorga atau yang masih sedang dimurnikan setelah kematian mereka; dan Konsili ini mengajukan kembali dekrit-dekrit Konsili Nicea Kedua, Konsili Florence, dan Konsili Trent” (Constitution on the Church, hal. 377).

“Para Bapa Konsili tersebut, meneruskan karya yang dimulai oleh Konsili Trent, dengan yakin mempercayakan kepada para superior dan professor di seminari-seminary, tugas pendidikan imam-imam Kristus yang akan datang dalam semangat pembaharuan yang didukung oleh Konsili itu sendiri” (Decree on the Training of Priests, hal. 654).

Saudara-saudara, berhati-hatilah terhadap Gereja Roma Katolik dan berhati-hatilah juga terhadap para Injili dan Baptis yang sedang berafiliasi dengan Roma hari ini, yang berbicara dengan lembut mengenai kesalahan-kesalahan Roma, yang mengajarkan orang-orang non-Katolik untuk bergandenga tangan dengan Katolik demi penyelesaian isu-isu sosial-politik hari ini, yang berpura-pura bahwa Gereja Roma Katolik tidak berhubungan dengan Pelacur dalam Wahyu 17.

Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: “Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya” (Wahyu 18:4).

“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya” (Roma 16:17-18).

“Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!” (2 Tim. 3:5).

“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu” (2 Kor. 6:14-17).

This entry was posted in Katolik and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *