(Berita Mingguan GITS 2 Mei 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Beberapa hari yang lalu, suatu gempa bumi berskala 7,8 menghantam Nepal dengan efek yang sungguh dahsyat. Secara resmi angka kematian telah mencapai 5000, tetapi bisa jadi angka sebenarnya tiga kali lipat. Puluhan ribu rumah dihancurkan. Banyak dari kuil-kuil kuno Nepal hancur menjadi timbunan batu bata dan kayu api. Biaya untuk membangun ulang diperkirakan akan mencapai $5 milyar dollar, atau seperlima dari GDP total Nepal. Media massa Nepal menyebut ini sebagai Gempa Bumi Besar, tetapi walaupun sungguh mengerikan, sesungguhnya ini masih kecil jika dibandingkan dengan apa yang Alkitab nubuatkan untuk masa depan. Daniel menyebutnya “masa kesesakan yang besar, seperti yang belum pernah terjadi sejak ada bangsa-bangsa sampai pada waktu itu” (Dan. 12:1), dan Yesus menyebutnya “siksaan yang dahsyat, seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi” (Mat. 24:21). Setiap nubuat dalam Alkitab telah tergenapi secara persis sebagaimana dinubuatkan, termasuk nubuat-nubuat luar biasa tentang setiap aspek kehidupan Yesus, termasuk nama tempat lahirNya, dan kata-kata yang akan Ia ucapkan di atas salib. Tidak ada yang lebih pasti lagi dalam hidup ini selain nubuat Alkitab.
Yesus mengatakan bahwa Kesusahan yang akan datang ini akan lebih besar dari setiap kesusahan yang pernah dialami dunia yang kacau ini. Lebih besar dari gempa bumi yang paling dahsyat. Lebih besar dari amukan diktator paling kejam. Lebih besar dari perang-perang modern atau pembunuhan oleh Stalin dan Mao. Lebih besar dari setiap musibah dan kelaparan. Gempa bumi di Nepal sebagai contoh, hanyalah bayangan dari Kesusahan yang akan datang.
Perhatikan manusia yang kehilangan nyawa. Yesus memperingatkan bahwa jumlah kematian di dalam Kesusahan akan begitu hebat sehingga “sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat” (Mat. 24:22).
Perhatikan harta benda yang rusak. Dalam Kesusahan, akan ada kehancuran karena perang-perang besar dan hal-hal lain yang digambarkan dalam kitab Wahyu, tetapi coba perhatikan kehancuran yang akan terjadi dari satu saja penghakiman pada waktu itu. “Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit menimpa manusia, dan manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat” (Wah. 16:21).
Perhatikan goncangannya. Seburuk-buruknya, goncangan dalam gempa Nepal yang baru-baru ini adalah bagaikan goyangan pelan tempat tidur bayi jika dibandingkan dengan yang berikut: “Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu hebatnya gempa bumi itu . . . Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung” (Wah. 16:18, 20). Kira-kira gempa yang dinubuatkan ini akan mencapai berapa skala Richter?
Perhatikan kehancuran berhala-berhala. Media massa sedang menyayangkan kehancuran “warisan kuno Nepal,” mengacu kepada kuil-kuil Hindu yang sudah sangat tua. Tetapi Allah mengutuk penyembahan berhala dengan bahasa yang sekuat-kuatnya. Perintah pertama dan kedua dalam Sepuluh Hukum adalah, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi” (Kel. 20:3-4). Dalam Masa Kesusahan yang akan datang, setiap kuil berhala dan sistem agama yang palsu yang bertentangan dengan Firman Allah akan dihancurkan. “Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan; hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu. 18 Sedang berhala-berhala akan hilang sama sekali” (Yes. 2:17-18).
Perhatikan perendahan manusia. Ketika suatu gempa bumi terjadi, ia menjadi peristiwa yang merendahkan hati. Manusia sama sekali tidak berdaya di hadapan hal-hal seperti ini. Untuk waktu yang singkat, kesombongan dan rasa cukup-dirinya berhenti. Namun biasanya hal-hal ini hanya sesaat saja, dan segera orang-orang yang tersisa kembali ke normal, yaitu mengejar keinginan daging, keingingan mata, dan keangkuhan hidup (1 Yoh. 2:16). Dalam masa Kesusahan, orang-orang yang sombong, menolak Allah, akan direndahkan dan tidak akan ada lagi masa “kembali ke normal.” Masa Kesusahan disebut “hari Tuhan,” karena pada hari itu Pencipta yang mulia akan ditinggikan kepada posisiNya yang sejati sebagai Tuhan atas bumi. “Masuklah di sela gunung batu dan bersembunyilah di dalam liang tanah terhadap kedahsyatan TUHAN dan terhadap semarak kemegahan-Nya! Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu. Sebab TUHAN semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum semua yang congkak dan angkuh serta menghukum semua yang meninggikan diri, supaya direndahkan” (Yes. 2:10-12).
Alkitab mengatakan bahwa penghakiman Allah adalah “perbuatan ganjil,” karena yang paling Ia sukai adalah keselamatan. Ia telah melakukan semua yang dapat Ia lakukan untuk menyediakan keselamatan bagi manusia dengan mengutus AnakNya yang tunggal untuk menderita dan mati di atas kayu salib untuk mendamaikan dosa manusia. Yesus Kristus bangkit dari antara orang mati setelah tiga hari, dan selama 2000 tahun Injil keselamatan telah dikabarkan di seluruh bumi. Alkitab telah diterjemahkan ke dalam semua bahasa mayor (dan ke dalam kebanyakan bahasa minor) dan Injil tersedia dalam segala bentuk media yang dikenal manusia, mulai dari cetak hingga internet. Tidak ada alasan bahwa kebanyakan manusia di bumi ini telah mengabaikan tawaran Allah yang penuh kasih karunia akan keselamatan dan bahwa mereka terus dalam hidup mereka tanpa pertobatan dan iman. Sobat, waktunya sudah dekat. Semakin banyak gempa bumi berarti semakin dekat kita kepada masa Kesusahan yang dinubuatkan dalam Alkitab. Apakah engkau siap bertemu dengan Penciptamu?
Gempa bumi sulit diprediksi kapan datangnya, peringan Tuhan akan bencana, manusia hanya bisa belajar untuk mitigasi dan evakuasi
tulisan yang bagus, memang di akhir jaman ini banyak bencana alam. tapi klo kita membaca dari kitab wahyu, itu belum seberapa dibandingkan kesusahan yang akan datang.