Injil Ekumenis Billy Graham Adalah Pedang Bermata Dua

(Berita Mingguan GITS 10 Maret 2018, sumber: www.wayoflife.org)

Saya tumbuh besar di sebuah gereja Baptis Selatan (Southern Baptist), dan beberapa kenangan paling awal dalam benak saya adalah mendengar Billy Graham berkhotbah di radio dan televisi. Dia ditinggikan sebagai seorang pahlawan rohani oleh semua orang yang saya kenal. Dikatakan bahwa Graham memberitakan Injil kepada lebih banyak orang daripada siapapun juga dalam sejarah gereja, tetapi kompromi ekumenisnya yang besar-besaran (bekerja sama dan mendukung semua tipe gereja) adalah suatu pedang bermata dua yang mungkin saja mengirim lebih banyak orang ke neraka daripada ke sorga. Perhatikan kisah pertobatan istri saya. Ketika istri saya seorang remaja, dia dan ibunya mendengar Graham berkhotbah di televisi ketika mereka tinggal di Alaska. Hal itu membuat mereka pergi ke gereja, dan akhirnya mereka diselamatkan. Tetapi, perspektif yang sangat signifikan adalah, mereka diselamatkan walaupun terpapar kepada kesalahan Graham, karena Graham mengajarkan orang-orang untuk pergi ke “gereja pilihanmu sendiri.” Dia tidak dengan hati-hati membedakan antara satu gereja dengan gereja lain. Ketika ibu istri saya memutuskan untuk pergi ke gereja pada hari Minggu berikutnya, dia bermaksud untuk pergi ke sebuah gereja Metodis [Editor: Gereja Metodis di Amerika rata-rata sudah liberal], yang kemungkinan tidak mengkhotbah Injil yang jelas pada waktu itu dan di tempat itu. Ibu istri saya mendapatkan kesan bahwa “semua gereja sama,” dan Billy Graham sama sekali tidak mengatakan apa-apa dalam pesannya atau undangannya untuk membuyarkan pikiran semacam itu. Satu-satunya alasan mengapa akhirnya dia sampai ke gereja Baptis, di mana Injil yang jelas diberitakan, adalah karena Tuhan dalam kasih karuniaNya mengintervensi. Waktu itu musim dingin, dan dia tidak bisa naik ke bukit bersalju lokasi gereja Metodis itu, jadi dia pergi ke gereja Baptis sebagai gantinya. Ini terjadi bukan karena Billy Graham, tetapi walaupun [tidak dibimbing] Billy Graham. Inilah mengapa, Billy Graham dijuluki “Mr. Menghadap Dua Arah.” Injil ekumenisnya menyelamatkan sebagian orang, tetapi mencelakakan lebih banyak lagi. Sebagai kami dokumentasikan dalam buku Billy Graham’s Sad Disobedience (available as a free eBook from www.wayoflife.org), dia menyerahkan begitu banyak orang-orang yang mencari dan ingin tahu kepada Roma Katolik, Ortodos, dan gereja-gereja Protestan yang liberal. Sebaliknya, rasul Paulus tidak hanya mengkhotbahkan suatu “injil yang positif”; dia mengkhotbahkan Injil yang benar dan juga meng-ekspos injil-injil palsu. Dia mengatakan, “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia” (Gal. 1:8). Bahasa yang keras, tetapi bahasa yang saleh. Paulus dengan jelas mengidentifikasi pada penyesat di Galatia sebagai orang-orang yang terkutuk. Seperti Tuhannya, Paulus tidak memperingatkan tentang kesalahan hanya secara umum dan ngambang.

This entry was posted in Ekumenisme. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *