(Berita Mingguan GITS 24 Agustus 2019, sumber: www.wayoflife.org)
Pakaian adalah sejenis bahasa, dan hari ini hal tersebut sangat benar adanya. Perhatikan Mary Quant, desainer fashion Inggris yang revolusioner dari era grup Beatles. Tahun ini, Museum Victoria & Albert di London menayangkan suatu ekshibit besar tentang Quant, penemu dari rok mini dan celana pendek wanita (hot pants) dan juga seorang yang berandil besar mempopulerkan celana panjang pada wanita. Fokus dari ekshibit museum tersebut adalah revolusi, pembebasan dari moralitas Alkitab, dan peruntuhan tembok-tembok antara kedua jenis kelamin (unisex, androgini). Tidak ada usaha untuk menutupi hal ini. Quant menempatkan wanita ke dalam pakaian laki-laki: celana, dasi, jas, dan rambut pendek. Salah satu display, yang diberi judul “Boys Will Be Girls” (Anak-anak Lelaki Akan Menjadi Perempuan), mengatakan bahwa Quant “melencengkan pakaian lelaki.” “Celana dianggap tidak pantas bagi wanita tetapi Quant mengenakannya ke mana pun dia ingini.” Mary Quant tahu bahwa celana bagi wanita di masyarakat Barat modern bukanlah semata-mata masalah kenyamanan dan kebebasan gerak. Berikut ini beberapa kutipan dari teks-teks di ekshibit tersebut: “menggunakan fashion untuk mempertanyakan hirarki dan aturan gender,” “suatu pendekatan penuh pemberontakan terhadap norma-norma gender yang sudah ada,” “mengejek agama,” “suatu gaya independen,” “ekspresi-diri,” “kebebasan.” “Rok mini menjadi simbol internasional pembebasan wanita.” “Gaya [Quant] yang provokatif merefleksikan sikap yang semakin longgar dalam masyarakat terhadap seksualitas dalam segala bentuknya, yang secara legal diperkuat oleh dekriminalisasi homoseksualitas pada tahun 1967.” Quant juga merobohkan tembok-tembok antara berbagai usia, memasangkan fashion anak perempuan pada wanita dewasa. Dia berkata, “Saya tidak mau tumbuh dewasa.” Tahun 1960an adalah salah satu perubahan zaman yang besar, dan revolusi moral waktu itu didorong oleh revolusi teknologi. Waktu itu adalah permulaan era televisi berwarna, printer berwarna, pemasaran masal internasional, dan kerajaan-kerajaan merchandise global. Mengapakah fashion Quant begitu populer? Mengapakah sebuah ekshibit Quant di sebuah museum art besar menarik ribuan pengunjung yang bersemangat? Dia membantu menciptakan budaya AKU modern, generasi yang “mencintai dirinya sendiri” yang dinubuatkan dalam 2 Timotius 3:2. Musik, fashion, hiburan, dan perdagangan yang terjadi, semuanya menyerukan pesan yang sama, “Ini hidupmu; hiduplah sebagaimana engkau suka!” dan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa telah mencintai pesan ini sejak Mama Hawa percaya kata-kata Iblis, “kamu akan menjadi seperti Allah.” Ini semua adalah kebohongan yang luar biasa. Tidak ada orang yang bisa memberi dirinya sendiri kehidupan. Kita tidak memiliki apa-apa; kita adalah ciptaan Allah di dalam dunia milik Allah. “Semua jiwa Aku punya! … dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati” (Yehezkiel 18:4). “Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat” (Pengkhotbah 12:13-14). Kabar Baiknya adalah bahwa penebusan tersedia dalam Yesus Kristus untuk sepenuhnya menutupi hutang dosa saya melawan Allah dan saya dapat diselamatkan, tetapi Kabar Buruknya adalah jika saya mati tanpa Kristus, saya akan menghabiskan kekekalan membayar hutang kepada Allah yang tidak akan pernah selesai.