Diterjemahkan dari: https://www.faithwire.com/2022/02/17/chinas-communist-government-is-reportedly-rewriting-the-bible-and-calling-jesus-a-sinner-but-thats-not-all/
Partai Komunis China, rezim yang berkuasa di China, telah menjalankan misi untuk menulis ulang Alkitab melalui lensa komunis. Misi ini dilaporkan telah menghasilkan distorsi yang mengejutkan pada Kitab Suci dan kebenaran Injil.
Todd Nettleton, juru bicara The Voice of the Martyrs (VOM), pengamat penganiayaan yang melayani orang Kristen di seluruh dunia, mengatakan kepada Faithwire tentang upaya berkelanjutan pemerintah China untuk menata kembali Alkitab.
“Ini adalah proyek yang diumumkan Partai Komunis Tiongkok pada 2019. Saat itu, mereka mengatakan akan membutuhkan proses 10 tahun … untuk menerbitkan sebuah terjemahan baru Alkitab,” katanya, sambil menggarisbawahi bahwa “Alkitab” ini akan memuat prinsip-prinsip Konfusius dan Buddha, antara lain. “Terjemahan baru ini … akan sangat mendukung Partai Komunis.”
Contoh mengejutkan dari penulisan ulang Alkitab:
VOM baru-baru ini membagikan versi baru dari kisah Alkitab yang selama ini dihormati di seluruh dunia, yang berpusat pada kasih dan belas kasih korektif Yesus bagi seorang wanita yang tertangkap basah berzinah.
“Partai Komunis China (PKC) mengumumkan rencana untuk memperbarui Alkitab untuk ‘mengikuti perkembangan zaman.’ Revisi akan mencakup penambahan ‘nilai-nilai inti sosialisme’ dan menghapus bagian-bagian yang tidak mencerminkan keyakinan komunis,” demikian bunyi tulisan Facebook VOM. “Dalam sebuah buku teks untuk siswa sekolah menengah yang dirilis pada September 2020, para penulis buku itu menyertakan bagian dari Yohanes 8, sebagaimana direvisi dalam versi baru mereka.”
Sebelum kita menjelajahi versi komunis yang direvisi, mari kita lihat Yohanes 8 sebagaimana adanya dalam Alkitab yang asli dan otentik.
Dalam kisah pengampunan yang terkenal itu, orang-orang Farisi membawa seorang wanita yang tertangkap basah berzinah ke hadapan mereka dan menantang Yesus, menyatakan, “Guru, perempuan ini tertangkap basah ketika sedang berbuat zinah. Dan dalam hukum, Musa memerintahkan kita bahwa perempuan-perempuan demikian harus dilempari dengan batu; jadi apa kataMu?” (ITR)
Alkitab mencatat bahwa para pemimpin Yahudi ini menggunakan pertanyaan ini sebagai jebakan untuk menuduh Yesus. Namun, Kristus mulai menulis di tanah dengan jari-Nya (adalah misteri apa yang Dia tulis) dan kemudian mengucapkan beberapa kata yang transformatif (ayat 7): “Orang yang tidak berdosa di antara kalian, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepadanya.” (ITR)
Setelah orang ramai itu – yang jelas-jelas terguncang oleh kata-kata Yesus – pergi, Kristus dan wanita itu tinggal berdiri bersama, dan percakapan mereka berlangsung sebagai berikut (ITR):
Kristus: “Hai perempuan, di manakah orang-orang yang menuduh engkau itu? Tidak adakah seorangpun yang menghukummu”
Wanita: “Tidak seorangpun, Tuhan”
Kristus: “Aku juga tidak menghukum engkau; pergilah dan jangan lagi berbuat dosa.”
Tetapi, dilaporkan bahwa Partai Komunis China memiliki visi yang berbeda tentang bagaimana interaksi ini berlangsung — sebuah kisah palsu yang anti-alkitab yang bertentangan dengan kebenaran kitab suci.
Dalam versi baru pemerintah China — yang dilaporkan terlihat dalam sebuah buku teks yang diterbitkan pada September 2020 — kerumunan itu bubar, tetapi kemudian teks menyatakan, “Ketika semua orang keluar, Yesus sendiri melempari wanita itu dengan batu, dan berkata, ‘Saya juga orang berdosa.’ ”
Mengapa Cina menulis ulang Alkitab?
Bahasa yang diubah secara langsung menyerang keilahian Yesus, sesuatu yang dikatakan Nettleton cukup mengejutkan.
“Di satu sisi, sangatlah arogan untuk berpikir, ‘Saya akan menulis ulang kisah Yesus’… tetapi kemudian Anda berpikir tentang menyangkal keilahian Kristus,” katanya. “Jika Yesus adalah orang berdosa, maka dia bukan Tuhan.”
Bagi siapa pun yang bertanya-tanya mengapa Partai Komunis China akan mengambil langkah-langkah yang sedemikian mengganggu ini untuk mencoba dan mengurangi Injil, Nettleton mengatakan itu semua berkaitan dengan kontrol.
“Masalah utama bagi Partai Komunis China adalah kontrol. Semuanya adalah tentang kontrol,” katanya. “Dan mereka melihat … pesan Kristen sebagai sesuatu yang akan merebut kendali dari partai komunis.”
Daripada warga negera mereka bangun pagi dan berjanji setia kepada Tuhan yang penuh kasih dan merenungkan cara untuk melayani Yesus, Nettleton mengatakan tujuan pemerintah adalah agar warga negara China bangun setiap hari dan berkata, “Bagaimana saya bisa melayani partai hari ini? Bagaimana saya bisa menjadi komunis yang baik hari ini?”
Masalah penganiayaan yang jauh lebih luas
Meskipun bombastis dan meresahkan, penulisan ulang Alkitab hanyalah bagian dari upaya berkelanjutan pemerintah China untuk menindak iman Kristen. Gerakan Tiga Patriotik Mandiri di negera tersebut adalah sebuah denominasi Protestan yang dikendalikan oleh dan terdaftar pada Partai Komunis Tiongkok.
“Gereja Protestan China yang secara resmi disetujui selalu mencoba mengkooptasi agama Kristen dan menggunakannya untuk tujuan komunis,” kata Nettleton. “Tetapi mereka bahkan dalam beberapa tahun terakhir telah mengambil langkah lebih jauh.”
Dia mengatakan gambar Yesus telah diturunkan di dalam gereja-gereja dan, dalam beberapa kasus, telah diganti dengan gambar Presiden China Xi Jinping. Himne-himne Kristen juga telah diganti dengan lagu-lagu partai komunis.
Terjemahan Alkitab yang baru, tampaknya hanyalah langkah lain menuju anarki anti-Alkitab dalam jajaran Partai Komunis China.
“Terjemahan Alkitab sosialis yang baru ini hanyalah langkah lain bagi Partai Komunis China ketika mereka mencoba untuk mengendalikan gereja, dan benar-benar mengkooptasi agama Kristen sebagai alat untuk mengendalikan orang-orang dan membantu mereka melayani kepentingan Partai,” Nettleton menegaskan.
Versi Alkitab yang baru menjadi lebih meresahkan ketika seseorang menganggap itu bisa menjadi satu-satunya versi kitab suci yang tersedia secara resmi dalam sistem gereja yang dikontrol ketat dan dijalankan oleh pemerintah.
“Satu-satunya cara Anda bisa mendapatkan Alkitab secara legal di China adalah di gereja yang terdaftar dan itu kebanyakan di kota-kota besar. [dan] jika Anda berada di daerah pedesaan, Anda hampir tidak memiliki akses ke Alkitab,” katanya.
Keterbatasan akses ke Alkitab selalu menjadi masalah. Namun, sekarang masalah ini diperparah oleh versi Kitab Suci yang berbau sosialis yang meragukan keilahian Kristus dan memunculkan detil yang tidak akurat.
Itu sebabnya organisasi Nettleton terus membantu memberikan Alkitab kepada warga China.
“Itulah salah satu alasan mengapa Voice of the Martyrs dan kelompok lain begitu berkomitmen untuk mengirimkan Alkitab ke China – bahkan menyelundupkan Alkitab ke China – karena tidak tersedia,” katanya. “Salah satu hal yang saya harap tentang terjemahan baru ini adalah bahwa itu akan menjadi bumerang, dan orang-orang akan bertanya-tanya, ‘Mengapa begitu penting bagi pemerintah China untuk menerjemahkan ulang Alkitab. Mengapa begitu penting bagi mereka untuk mengubah ini?’”
Nettleton berharap warga China membandingkan versi baru dengan yang lama dan melihat perubahannya. Mari terus berdoa untuk orang-orang China di tengah meningkatnya kontrol budaya dan teologis di tangan rezim komunis.