Feminisme Membuka Jalan bagi Transgenderisme dalam Olahraga

Sumber: www.wayoflife.org

Bagi seorang pria untuk berpura-pura menjadi seorang wanita dan berkompetisi dalam olahraga wanita adalah hal yang gila, namun itu adalah produk dari masyarakat yang telah menolak Firman Tuhan. Feminisme mengatakan perempuan bisa menjadi laki-laki. Dia dapat melakukan apa pun yang dilakukan pria dan dia harus diizinkan melakukannya. Filosofi inilah yang menempatkan perempuan di garis depan militer. Deshauna Barber, pemenang Miss USA 2016 dan seorang prajurit di Angkatan Darat AS, berkata, “Kami sama tangguhnya dengan laki-laki. Sebagai komandan unit saya, saya kuat. Saya berdedikasi. Dan penting bagi kita untuk menyadari bahwa gender tidak membatasi kita di Angkatan Darat Amerika Serikat… Inilah saatnya untuk menunjukkan bahwa kita sebagai perempuan adalah orang yang serba bisa, kuat, dan dapat menjadi apa pun yang kita inginkan.” Di sisi lain, transgenderisme mengklaim bahwa laki-laki bisa menjadi perempuan. Mengapa tidak? Jika perempuan bisa menjadi laki-laki, mengapa laki-laki tidak bisa berkompetisi dalam olahraga perempuan? Namun kini banyak perempuan yang mengeluh. “Ini tidak adil; itu tidak benar.” Inilah dilema yang disebabkan oleh peninggian pemikiran manusia atas Firman Tuhan. Alkitab menghancurkan semua kebingungan ini hingga ke akar-akarnya. Alkitab mengtakan bahwa Tuhan menciptakan manusia “laki-laki dan perempuan” (Kejadian 1:27). Ia mengatakan bahwa pria dan wanita diciptakan untuk peran unik dalam masyarakat. Mereka harus saling melengkapi satu sama lain, bukan bersaing satu sama lain. Itulah satu-satunya pandangan yang benar tentang laki-laki dan perempuan. Alkitab secara spesifik mengatakan laki-laki lebih kuat dari perempuan (Amsal 20:29; 1 Petrus 3:7). Hal ini terlihat jelas ketika laki-laki yang berpura-pura menjadi perempuan berkompetisi dalam olahraga perempuan. Hal ini terlihat jelas ketika perempuan mencoba bersaing secara langsung dengan laki-laki di militer. Alasan yang sama mengapa tidak ada perempuan di klub sepak bola profesional yang terbuka atau pasukan khusus adalah alasan mengapa laki-laki tidak boleh berkompetisi dalam olahraga perempuan.

This entry was posted in LGBT, Wanita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *