Cita-Cita Einstein

Sumber: www.wayoflife.org

“Albert Einstein pernah berkata, ‘Saya ingin mengetahui pikiran Tuhan secara matematis.’ Einstein menginginkan sebuah persamaan, mungkin panjangnya tidak lebih dari satu inci, yang akan merangkum semua hukum fisika, keindahan, keagungan, kekuatan alam semesta menjadi satu persamaan matematika. Itulah tujuan hidupnya” (“Einstein,” History Channel).

Einstein, seorang Yahudi berdasarkan keturunan, adalah seorang pria brilian yang memiliki karunia untuk memahami hukum “alam,” dan dia tahu bahwa hukum-hukum itu membutuhkan seorang Perancang, tetapi menurut kesaksiannya sendiri dia tidak pernah mengenal Perancang itu karena dia menolak Wahyu sang Perancang itu. Alkitab tidak merangkum misteri alam semesta dalam suatu persamaan matematika, tetapi Alkitab merangkum misteri-misteri itu dalam pernyataan-pernyataan ringkas yang akan membutuhkan kekekalan untuk dipahami sepenuhnya. Seperti yang satu ini: “Allah, yang pada zaman dahulu berulang kali dan dengan berbagai cara berbicara kepada bapa-bapa leluhur melalui para nabi, telah pada hari-hari terakhir ini berbicara kepada kita melalui PutraNya, yang telah Ia tetapkan sebagai ahli waris segala sesuatu, dan yang melalui Dia juga Ia telah menciptakan alam semesta; Dia yang adalah cahaya kemuliaan dan gambar dari diriNya, dan yang menopang segala yang ada dengan firman kekuasaanNya; dan setelah melalui diriNya sendiri Ia mengadakan penyucian dosa-dosa kita, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi” (Ibrani 1:1-3, tejemahan ITR).

Dalam 86 kata sederhana ini, kita mempelajari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan terpenting dalam hidup dan misteri terbesar di alam semesta. Kita belajar bahwa ada Allah. Alkitab tidak mencoba membuktikan keberadaan Allah, karena keberadaan-Nya terbukti dalam pekerjaan-Nya. Alam semesta yang harus digambarkan dalam istilah “keindahan, keagungan, kompleksitas, dan kekuasaan” membutuhkan Pengarang yang indah, agung, kompleks, dan berkuasa. Allah memberi manusia cukup akal untuk mengetahui hal itu, kecuali jika manusia merusak akalnya sendiri melalui pemberontakan. Kita juga belajar bahwa Allah memiliki seorang Putra, dan Putra itu adalah gambaran yang jelas dari pribadi-Nya, dan Putra itu adalah Sang Pencipta. Kita belajar bahwa Allah memiliki begitu banyak kasih sayang bagi manusia sehingga Putra-Nya mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia.

Kita belajar bahwa Putra saat ini duduk di sebelah kanan Allah Bapa, dan bahwa Putra menopang segala sesuatu dengan firman-Nya yang penuh kuasa. Kata “menopang” juga diterjemahkan sebagai “memikul” dan “menanggung.” Yesus Kristus, Putra Allah yang kekal, Sang Pencipta, menanggung alam semesta ini dengan kuasa-Nya yang mahakuasa. “Partikel Allah” adalah Allah sendiri (bukan berarti ciptaan itu adalah Allah, tentu saja). Syukurlah kepada Tuhan bahwa seseorang tidak harus memiliki kecerdasan mental seperti seorang Einstein untuk mengenal Allah yang indah ini. Ia hanya perlu merendahkan dirinya dan bertobat dari dosanya serta menaruh imannya kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamatnya.

This entry was posted in General (Umum), Science and Bible. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *