Musikus Kontemporer Mengakui Dia Meniru Dunia

Sumber: www.wayoflife.org

Forrest Frank, musikus Kristen kontemporer yang populer, bersaksi di Instagram baru-baru ini bahwa ia meniru dunia. “Sebagai orang Kristen, sulit untuk mengetahui di mana garis perbatasan antara berada di dunia tetapi tidak dari dunia. Dan sebagai seniman Kristen, Anda tahu, saya berpakaian seperti dunia. Saya terlihat seperti dunia. Musik saya bisa terdengar seperti dunia.” Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa dia tidak akan lagi menerima penghargaan atau menghadiri upacara penghargaan, seperti Dove atau Grammy, karena dia “tidak akan menerima trofi untuk sesuatu yang berasal dari Yesus dan untuk Yesus.” Dia perlu bersikap lebih jauh dari itu.

Seperti yang dia akui, segala sesuatu tentang musik Kristen kontemporer bersifat duniawi. Musik itu duniawi dalam penampilan dan suara. Kitab Suci menjawab pertanyaan, Di manakah batas antara berada di dunia dan bukan dari dunia? Yaitu tidak menjadi serupa dengan hal-hal jahat dunia, keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:15-17). Semua hal itu yang harus dijauhi itu justru adalah definisi sempurna dari budaya pop yang kotor. Fashion dunia dirancang oleh para pemberontak. Fashion dunia itu unisex, tidak sopan, narsis, dan berantakan. “Suara” musik pop—irama latar yang tak henti-hentinya, urutan akord yang tak tuntas, senandung dan bisikan yang terengah-engah, teknik scooping dan sliding, teknik vokal fry atau popcorning—diciptakan untuk menyatakan gaya hidup hidup sesuka hati. Sensualitas meresapi setiap aspek musik. Penyanyi pop memelintir suara mereka dan menyelip naik turun di sekitar nada karena mereka telah menolak kebenaran mutlak. Sadar atau tidak, gaya bernyanyi mereka mencerminkan filosofi relativisme moral yang meresapi musik pop modern.

Sejak awal mulanya, musik pop (misalnya, ragtime, boogy woogy, blues, jazz, rock) telah menjadi suara dansa sensual, suara bar, suara tempat judi, dan suara pesta duniawi. Musik pop adalah kebalikan dari suara yang kudus, sakral, dan rohani (Ef. 5:18-19; Kol. 3:16). Musik sakral tidak cocok untuk bar, dan musik bar tidak cocok untuk rumah Tuhan. Para musikus Kristen kontemporer akan bertanggung jawab kepada Tuhan karena telah menyesuaikan diri dengan dunia dan mempengaruhi orang Kristen yang mengaku menuju keduniawian. Musik Kristen Kontemporer merupakan elemen utama dari kemurtadan akhir zaman, yaitu Kekristenan yang “hidup menurut hawa nafsumu” (2 Timotius 4:3-4).

This entry was posted in musik, Separasi dari Dunia / Keduniawian. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *