Semakin Banyak Mitologi dari Dawkins

(Berita Mingguan GITS 7 November 2015, sumber: www.wayoflife.org)

Richard Dawkins, penulis dari The Blind Watchmaker, yang mengangkat diri sebagai pelindung kebenaran ilmiah, sebenarnya adalah pelindung mitologi. Fabel-fabel yang dia kemukakan termasuk berikut: bahwa alam semesta yang sangat kompleks dan rumit ini muncul dari suatu “ledakan besar” (big bang); bahwa kehidupan muncul dari benda mati; dan bahwa bentuk kehidupan yang begitu kompleks sehingga tidak terpahami, muncul dari hal-hal acak. Injil mitologinya adalah bahwa manusia muncul dari kehampaan, tidak memiliki tujuan akhir, tidak bertanggung jawab kepada siapapun, dan tidak sedang menuju ke mana-mana. Mitos yang terbaru dari Dawkins adalah bahwa kecintaan Amerika terhadap ‘agama’ sedang menghalangi kemajuan ilmu pengetahuannya, dan dia mengusulkan pendidikan yang lebih sekuler lagi sebagai solusi. Dia mengatakan, “Tidak diragukan lagi Amerika adalah kekuatan ilmiah yang paling besar di dunia. Sepanjang sejarah belum pernah ada yang seperti Amerika modern sebagai pemimpin dalam bidang ilmu pengetahuan. …Yang luar biasa adalah bahwa Amerika menjadi negara pemimpin dalam sains walaupun terkekang oleh setan ini, yaitu beban kebodohan dan takhayul [kepercayaan akan Allah dan penciptaan]” (“Religion is holding America back,” Business Insider, 30 Okt. 2015).

Apakah benar pernyataan Dawkins bahwa kepercayaan pada Allah, terutama Allah dalam Alkitab, menghalangi kemajuan sains dapat dengan mudah diuji dalam laboratorium sejarah. Pertama, jika kepercayaan seperti itu menghalangi sains dan jika atheisme memajukan sains, maka sains modern seharusnya muncul dari kebudayaan yang tidak Kristen, tetapi bukan itu yang terjadi. Kebanyakan dari bapa-bapa ilmu pengetahuan modern berpegang pada cara Alkitab menggambarkan dunia. Dan jika kepercayaan pada Alkitab sebagai Firman Allah menghalangi sains dan jika atheisme memajukannya, Amerika semestinya jauh tertinggal dari Rusia dan Cina dalam hal kemajuan ilmu pengetahuan. Tentu saja ini tidak benar dan tidak terjadi. Para “Komunis yang tidak bertuhan” malah sering mencuri teknologi yang dikembangkan Amerika untuk bisa tetap bersaing. Malah kenyataannya, ada korelasi langsung antara kehebatan teknologi Amerika dengan rasa hormatnya pada Allah. Sejak permulaan, Amerika ada negara yang dipengaruhi kuat oleh kekristenan, dan Alkitab adalah Buku-nya yang paling dihormati, ditinggikan di gereja-gerejanya, dikutip oleh para presiden dan hakim-hakimnya, disimpan di rumah-rumahnya, dan diajarkan di sekolah-sekolahnya. Ketika Amerika kehilangan rasa hormat pada Alkitab dan sambil atheisme menyebar, justru saat itulah ia tidak lagi menang secara teknologi dan kehilangan banyak kekuatan, kehormatan, dan kekayaan. Richard Dawkins menjadi terkenal melalui menjual kebenciannya terhadap Allah Yehovah di zaman penghujatan dan penyembahan diri ini. Bukunya, God Delusion, terjual lebih dari tiga juta kopi, tetapi Yesus Kristus bertanya, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Mat. 16:26). Menurut Yesus, manusia memiliki jiwa; jiwa itu bisa terhilang; dan menyelamatkannya lebih berharga dari seluruh dunia. Saya, akan menaruh hidup dan nasib kekal saya pada kata-kata Yesus.

This entry was posted in Science and Bible. Bookmark the permalink.

4 Responses to Semakin Banyak Mitologi dari Dawkins

  1. Johanes Yefta says:

    Selamat malam Pak. Saya ingin bertanya apakah dua saksi misterius dalam kitab Wahyu 11 itu adalah Firman Allah / hukum dan para Nabi?

  2. Dr. Steven says:

    Dua saksi di kitab Wahyu, adalah manusia, benar-benar dua saksi yang akan bangkit di masa Tribulasi.
    Menafsir kitab Wahyu, jika bisa ditafsir literal, maka ditafsir literal. Kita melihatnya sebagai simbol atau alegori hanya jika memang dituntut oleh konteks, dalam pengertian ketika arti literal tidak cocok.

  3. Johanes Yefta says:

    Apakah itu berarti Musa dan Elia akan bangkit saat masa Tribulasi?

  4. Dr. Steven says:

    Tidak harus demikian. Memang ada penafsiran bahwa kedua orang tersebut adalah Musa dan Elia, karena mujizat mereka mirip dengan Musa dan Elia. Ada juga yang mengatakan Elia dan Henokh, karena keduanya “tidak mati,” melainkan diangkat.
    Namun demikian, saya sendiri melihat kedua saksi itu sebagai dua manusia yang memang hidup di zaman itu, yang Tuhan pakai, jadi bukan siapa-siapa dari masa lalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *