(Berita Mingguan GITS 23 Juni 2018, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari Seeing the Non-existent: Evolution’s Myths and Hoaxes, David Cloud, copyright 2011: “Pada bulan September dan Oktober, satu variasi jenis kupu-kupu monarch terbang sejauh 2.500 hingga 3.000 mil, dari Kanada dan Amerika Serikat bagian utara, sebelah timur pegunungan Rocky, menuju lokasi-lokasi yang belum pernah mereka lihat sebelumnya di hutan-hutan pegunungan di Meksiko tengah. Mereka bahkan terbang ke pohon yang persis sama, tempat nenek moyang mereka menghabiskan musim dingin! Lokasi persis dari tempat-tempat hibernasi ini tidak ditemukan hingga tahun 1975, ketika Dr. Fredrick Urquhart dari Universitas Toronto mengembangkan suatu metode melacak kupu-kupu. Ratusan juta kupu-kupu dengan tanpa salah menemukan jalan mereka ke lokasi-lokasi yang terpencil ini setiap tahunnya. Generasi yang terbang ke Meksiko disebut ‘Generasi Metusalah’ karena mereka secara genetika diprogram untuk hidup enam hingga delapan bulan, bukan beberapa minggu yang biasanya menjadi rentang hidup kupu-kupu monarch. Ini memungkinkan kupu-kupu untuk menyelesaikan bagian pertama dari pergerakan migrasi besar tersebut dan adalah penting untuk bertahan hidupnya sang monarch. (Beberapa dari mereka bahkan menjalani seluruh migrasi tersebut dan kembali ke tempat asal mereka di utara.) Migrasi ke Meksiko memakan waktu sekitar dua bulan, dengan serangga tersebut menjalani rata-rata 30 mil per hari, dan kupu-kupu lalu berhibernasi selama musim dingin di area-area kecil yang padat, dengan jutaan kupu-kupu berdesakan dalam beberapa hektar saja. Beberapa kupu-kupu bahkan menyeberangi Teluk Meksiko. Pada pertengahan Maret, kupu-kupu betina akan terbang ke utara beberapa jauhnya, menghasilkan telur, lalu mati. Ulat bulu akan menetas dari telur, melalui metamorfosis, lalu melanjutkan migrasi ke utara. Kupu-kupu baru yang lahir di dalam perjalanan, walaupun belum pernah bertemu dengan orang tua mereka, tahu persis di mana mereka dalam rute migrasi tersebut dan tahu ke mana mereka harus pergi dan bagaimana caranya pergi ke sana. Adalah generasi kedua, ketiga, atau bahkan keempat yang akhirnya tiba kembali di daerah-daerah utara, tempat nenek moyang mereka berasal! Dr. Andrew McIntosh dari Universitas Leeds mengobservasi, ‘Ini berarti suatu sistem informasi yang luar biasa tersimpan dalam kode genetika tiap kupu-kupu, sehingga ia ‘tahu’ pada tahap pada dalam siklus migrasi, kelompok kupu-kupu mereka berada. Mekanisme yang sedemikian tepat ini menyerukan dengan lantang adanya desain yang intelijen!’ (In Six Days, edited by John Ashton, hal. 167).