Sumber: www.wayoflife.org
Paus yang baru terpilih, Robert Prevost dari Chicago, telah menamai dirinya Leo XIV dan menyatakan keinginannya untuk menjadi paus ekumenis, yang sudah dapat diprediksi oleh setiap orang yang mempelajari dengan seksama nubuat Alkitab dan tanda-tanda zaman di mana kita hidup. Dalam pidato pelantikannya di balkon di atas Lapangan Santo Petrus, Paus Leo berkata, “Kita harus menjadi gereja yang membangun jembatan dan mencari dialog” (“Catholics in Rome,” The Washington Times, 8 Mei 2025). Kardinal Timothy Dolan dari New York memuji paus baru itu sebagai “pembangun jembatan,” seorang “pastor universal,” dan “warga dunia.”
Leo adalah paus Amerika pertama, yang sangatlah cocok karena Amerika adalah jantung dan jiwa dari gereja-esa-sedunia yang tanpa disadari, tetapi dengan tekun, mempersiapkan jalan bagi Babel Rahasia. Pada paruh terakhir abad ke-20 kita memasuki era ekumenisme, dan laju kemajuannya sangat menakjubkan. Pada tahun 1950-an, “kaum injili” membuka jalan dengan meninggalkan separatisme dan merangkul kampanye-kampanye penginjilan ekumenis Billy Graham. Gereja Katolik Roma mengumumkan niatnya untuk bergabung dengan gerakan tersebut dengan “Dekrit tentang Ekumenisme” yang diterbitkan oleh Konsili Vatikan Kedua (1962-1965). Dikatakan di sana: “Istilah ‘gerakan ekumenis’ menunjukkan inisiatif dan kegiatan yang didorong dan diorganisasikan, sesuai dengan berbagai kebutuhan Gereja [Roma] dan ketika kesempatan terbuka, untuk mempromosikan persatuan Kristen. … Konsili suci ini merasa senang melihat bahwa partisipasi umat beriman Katolik dalam karya ekumenis bertumbuh setiap hari. … Kerja sama di antara umat Kristen … harus semakin dikembangkan.”
Pada tahun 1980-an, persahabatan publik antara Billy Graham dan Paus Yohanes Paulus II mendorong gerakan ekumenis ke tingkat yang lebih tinggi. Leo adalah produk dari era ini. Majalah Christianity Today, yang didirikan oleh Graham pada tahun 1956, mendokumentasikan pujian yang meluas untuk paus baru tersebut oleh kaum injili. Misalnya, Matthew Bates, profesor Perjanjian Baru di Northern Seminary di Chicago, mengatakan, “[K]ita melihat ini sebagai hal yang penting untuk masa depan seluruh gereja— karena umat Katolik sebagai saudara dan saudari kita di dalam Kristus bahkan jika kita tidak menganggap [Leo] sebagai kepala kita” (“How Evangelicals View the First US Pope,” Christianity Today, 9 Mei 225). Waktunya sudah sangat lanjut dalam program Allah. Umat Allah yang telah lahir baru harus menebus waktu untuk Amanat Agung Kristus sementara masih ada kesempatan (Matius 28:18-20).