(Berita Mingguan GITS 16 Mei 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Gustavo Gutierrez, pendiri dari Theologi Pembebasan, disambut minggu ini di Vatikan oleh Paus Fransiskus. Ini adalah kunjungan kedua Gutierrez ke Roma selama kepausan Fransiskus, dan menandakan semakin mainstream-nya versi Katolik dari injil sosial. Theologi Pembebasan mencoba untuk menganalisis dan menyelesaikan sebab-sebab dasar dari kemiskinan, bukan memberitakan Injil kepada orang-orang miskin. Ini adalah pendekatan Marxist dalam penyelesaian masalah-masalah masyarakat. Ini pendekatan yang rabun, berfokus kepada kehidupan ini bukan kehidupan yang berikutnya. Ia mempersalahkan kapitalisme sebagai penyebab kemiskinan. Ia lebih berfokus kepada Amerika sebagai penyebab ketidakadilan sosial secara global, daripada Komunisme ataupun diktator-diktator jahat, walaupun Amerika lebih banyak membantu orang dari kemiskinan daripada pemerintah komunis manapun “Literatur theologi pembebasan terdiri dari uraian Marxist yang biasanya, dipercik dengan air kudus, dengan referensi yang usang tentang perang antar kelas, penindasan, imperialisme, ketergantungan, dan terutama bagaimana kemiskinan di Amerika Latin sepenuhnya adalah salah kapitalisme yang berasal dari Amerika Serikat dan Eropa Barat” (Steven Hayward, “How Is Liberation Theology Still a Thing?” Forbes, 10 Mei 2015). Injil sosial telah menjadi salah satu faktor pemersatu “gereja” esa-sedunia. Bahkan misionari-misionari “Injili” hari ini cenderung lebih berfokus pada penyembuhan “ketidakadilan sosial” daripada memberitakan Injil dan membangun gereja-gereja yang alkitabiah, tetapi tidak ada theologi pembebasan ataupun injil sosial dalam Kisah Para Rasul.
Awas bahaya laten komunis (maaf meminjam kalimat era orde baru)