(Berita Mingguan GITS 12 Februari 2011, sumber: www.wayoflife.org) Keduniawian bukanlah barang baru. Dua ribu tahun yang lalu, teman sekerja Paulus, Demas, mencintai dunia ini (2 Tim. 4:10). Tetapi keduniawian hari ini telah menjadi suatu filosofi yang dipertahankan sementara pemisahan (separasi) telah menjadi sesuatu yang dianggap legalistik dan bersifat Farisi. Sebelumnya, mereka yang duniawi harus bertahan, tetapi sekarang mereka menyerang. Jalan Demas telah menjadi jalan yang benar, dan ini adalah penggenapan nubuat Alkitab. “Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng” (2 Tim. 4:3-4). Sobat sekalian, bertentangan dengan pendapat umum, separasi dari dunia bukanlah hal yang minor. Justru sebaliknya, separasi adalah salah satu doktrin utama Firman Allah. Lihat saja Yohanes 15:19; 17:14; Roma 12:2; Galatia 6:14; Efesus 5:11; 2 Timotius 2:22; Titus 2:11-12; Yakobus 1:27; 4:4; 1 Petrus 2:11-12; 4:1-4; 1 Yohanes 2:15-17; 5:19; Amsal 4:14-15. Bagi seorang percaya yang sudah dibasuh oleh darah Yesus, jika ia menerima perikop-perikop yang berharga ini, yang didasarkan pada kekudusan absolut Allah dan diberikan untuk perlindungan orang-orang percaya, dan ia menerapkannya ke dalam setiap aspek kehidupan, itu bukanlah hidup di bawah hukum Taurat atau bersikap seperti seorang Farisi. Itu adalah suatu tindakan ketaatan; suatu tindakan kasih terhadap Allah dan kebenaran. Itu adalah jalan hikmat dan perlindungan rohani. Di lain pihak, Farisi-isme yang sejati adalah membuat “standar-standar” eksternal tanpa hubungan internal yang sejati dengan Kristus. Saya tahu dari pengalaman pribadi bahwa di banyak lingkungan Baptis Independan jika seseorang tampil baik secara eksternal – jika ia menggunting rambutnya pendek dan memakai dasi dan memakai versi Alkitab yang benar dan ikut acara penginjilan – ia diterima sebagai seorang Kristen yang saleh tidak peduli apakah ia jahat terhadap istrinya atau main mata dengan sekretarisnya atau kejahatan-kejahatan lain yang dia lakukan. Ini adalah kemunafikan dan ini hal yang sangat menghancurkan. Tetapi separasi yang ketat dari dunia sebenarnya adalah hal yang saleh dan benar untuk dilakukan. Bisa saja seorang munafik separasi hanya secara tampak luar dan tidak sungguh-sungguh saleh, tetapi orang yang benar-benar saleh, yang serupa Kristus akan separasi dari dunia, luar dan dalam.
Kategori
- Akhir Zaman / Nubuatan (105)
- Alkitab (47)
- Amerika Serikat (1)
- Apologetika (2)
- Arkeologi (41)
- Atheisme (3)
- Atheisme/Agnostikisme (10)
- Berita Mingguan (2)
- Bidat (10)
- Doa (5)
- Education / Pendidikan (6)
- Ekumenisme (107)
- Emerging Church (36)
- Fashion (5)
- Fundamentalisme (35)
- Gaming (3)
- General (Umum) (249)
- Gereja (71)
- Hermeneutika / Penafsiran (1)
- Islam (55)
- Israel (25)
- Istilah "Allah" (2)
- Kalvinisme (8)
- Katolik (123)
- Keluarga (27)
- Kesehatan / Medical (51)
- Keselamatan (9)
- Kesesatan Umum dan New Age (279)
- Kharismatik/Pantekosta (59)
- Kristologi (6)
- Laki-Laki (1)
- LGBT (72)
- Liberalisme (7)
- Ministry (3)
- Misi / Pekabaran Injil (22)
- musik (92)
- New Evangelical (Injili) (71)
- Okultisme (8)
- Pemuda/Remaja (4)
- Penganiayaan / Persecution (122)
- Pengharapan/Surga (3)
- Psikologi (7)
- Renungan (57)
- Science and Bible (312)
- Sejarah dan Doktrin Baptis (7)
- Sejarah Gereja-Gereja (2)
- Separasi dari Dunia / Keduniawian (100)
- Sports/Olahraga (4)
- Teknologi (40)
- Theologi (9)
- Tubuh Manusia (7)
- Uncategorized (15)
- Wanita (25)
Archives
- May 2025 (2)
- April 2025 (5)
- March 2025 (11)
- February 2025 (3)
- January 2025 (2)
- December 2024 (3)
- November 2024 (7)
- October 2024 (2)
- September 2024 (5)
- August 2024 (2)
- July 2024 (3)
- April 2024 (2)
- March 2024 (5)
- February 2024 (2)
- January 2024 (4)
- December 2023 (8)
- November 2023 (2)
- October 2023 (7)
- September 2023 (3)
- August 2023 (8)
- July 2023 (4)
- June 2023 (3)
- May 2023 (4)
- April 2023 (9)
- March 2023 (4)
- February 2023 (9)
- January 2023 (3)
- December 2022 (4)
- November 2022 (10)
- October 2022 (4)
- September 2022 (6)
- August 2022 (6)
- July 2022 (4)
- June 2022 (3)
- May 2022 (1)
- April 2022 (6)
- March 2022 (5)
- February 2022 (4)
- January 2022 (6)
- November 2021 (4)
- October 2021 (2)
- September 2021 (4)
- August 2021 (4)
- July 2021 (4)
- June 2021 (1)
- May 2021 (3)
- April 2021 (1)
- March 2021 (7)
- February 2021 (4)
- January 2021 (3)
- December 2020 (3)
- November 2020 (11)
- October 2020 (3)
- September 2020 (3)
- August 2020 (2)
- July 2020 (2)
- June 2020 (6)
- May 2020 (9)
- April 2020 (12)
- March 2020 (5)
- February 2020 (12)
- January 2020 (6)
- December 2019 (3)
- November 2019 (9)
- October 2019 (4)
- September 2019 (8)
- August 2019 (7)
- July 2019 (5)
- June 2019 (6)
- May 2019 (7)
- April 2019 (7)
- March 2019 (4)
- February 2019 (3)
- January 2019 (8)
- December 2018 (13)
- November 2018 (8)
- October 2018 (8)
- September 2018 (10)
- August 2018 (8)
- July 2018 (10)
- June 2018 (13)
- May 2018 (9)
- April 2018 (5)
- March 2018 (10)
- February 2018 (7)
- January 2018 (7)
- December 2017 (6)
- November 2017 (8)
- October 2017 (9)
- September 2017 (10)
- August 2017 (8)
- July 2017 (7)
- June 2017 (9)
- May 2017 (3)
- April 2017 (11)
- March 2017 (13)
- February 2017 (5)
- January 2017 (11)
- December 2016 (8)
- November 2016 (8)
- October 2016 (12)
- September 2016 (11)
- August 2016 (13)
- July 2016 (13)
- June 2016 (13)
- May 2016 (13)
- April 2016 (14)
- March 2016 (9)
- February 2016 (13)
- January 2016 (14)
- December 2015 (14)
- November 2015 (13)
- October 2015 (17)
- September 2015 (11)
- August 2015 (12)
- July 2015 (12)
- June 2015 (9)
- May 2015 (10)
- April 2015 (9)
- March 2015 (6)
- February 2015 (3)
- January 2015 (10)
- December 2014 (3)
- November 2014 (15)
- October 2014 (3)
- September 2014 (11)
- August 2014 (15)
- July 2014 (10)
- June 2014 (13)
- May 2014 (13)
- April 2014 (5)
- March 2014 (14)
- February 2014 (9)
- January 2014 (11)
- December 2013 (10)
- November 2013 (15)
- October 2013 (15)
- September 2013 (13)
- August 2013 (16)
- July 2013 (14)
- June 2013 (18)
- May 2013 (10)
- April 2013 (16)
- March 2013 (17)
- February 2013 (13)
- January 2013 (14)
- December 2012 (14)
- November 2012 (11)
- October 2012 (10)
- September 2012 (15)
- August 2012 (12)
- July 2012 (9)
- June 2012 (12)
- May 2012 (12)
- April 2012 (11)
- March 2012 (15)
- February 2012 (13)
- January 2012 (14)
- December 2011 (13)
- November 2011 (13)
- October 2011 (14)
- September 2011 (14)
- August 2011 (12)
- July 2011 (16)
- June 2011 (12)
- May 2011 (10)
- April 2011 (16)
- March 2011 (13)
- February 2011 (15)
- January 2011 (16)
- December 2010 (14)
- November 2010 (10)
- October 2010 (17)
- September 2010 (13)
- August 2010 (17)
- July 2010 (17)
- June 2010 (15)
- May 2010 (18)
- April 2010 (17)
- March 2010 (17)
- February 2010 (13)
- January 2010 (20)
- December 2009 (20)
- November 2009 (5)
- April 2009 (2)
- March 2009 (2)
- February 2009 (1)
Anda menyebutkan bahwa jalan Demas sudah menjadi jalan yang benar. Sungguh kontradiksi dan mengapa Anda terlalu jauh memikirkan terlalu dalam perbandingan dunia pada masa Demas dan dunia pada masa Anda. Betapa piciknya pembelaan yang Anda tujukan kepada Demas yang nyata-nyatanya sudah berpaling meninggalkan Jalan yang ditunjukkan Rasul Paulus kepadanya sebagai anak didiknya.
Kata yang dipakai bahwa demas telah mencintai dunia ini dari kata “agapao” yang diartikan “Betapa Tuhan sungguh mengasihi manusia berdosa dan segera menyelematkannya”, juga kata yang sama dipakai kepada Demas yang telah mencintai dunia ini lebih dari segalanya.
Mengapa anda memutar-balikkan kebenaran yang ada didalam ayat itu, sepertinya anda mau mengupas hal baru dari sana hal yang baru seperti seenaknya menafsir (liberalisasi) yang dipikiran anda.
Sepintas melihat sejarah gereja andapun sudah kontradiksi. Gereja Baptis Independen Alkitabaiah (GBIA). Nama gereja saja sudah salah karena ada kata “Independen”. Apakah ada gereja yang independen? Gereja adalah Gereja yang Am dimana Tuhan Yesus sebagai Kepala Gereja itu sendiri.
Tolong renungkan semua tulisan anda kebelakang, menurut saya banyak yang harus di”tipex”, terlalu banyak menyesatkan dari pemahaman yang semuanya bertolak dari emosi dan power your mind. Be careful my brother.
Tuhan mengampunimu. Saya sudah berbicara dengan sahat-sahabat saya dari Gereja Baptis, dan mereka menyatakan anda terlalu nyentrik. Kembalilah ke jalan dimana Kuasa Tuhan sanggup memulihkan pikiranmu yang hanya sekepal itu.
See you next time.
Sebelum menulis comment, tolong perhatikan dulu artikelnya.
Siapa yang bilang bahwa artikel membenarkan jalan Demas? Baca baik-baik, maka terlihat bahwa justru artikel ini mengecam jalan Demas, dan bahwa dunia dan banyak orang Kristen hari ini memilih jalan Demas, sehingga jalan Demas itu “benar” dalam pemikiran manusia. Tentu tidak pernah benar di mata Tuhan.
Alkitab tidak pernah bicara tentang gereja yang am, melainkan selalu tentang gereja yang lokal. Misal: jemaat Efesus, jemaat Filipi, jemaat Laodikia.
Tuhan menuliskan kitab Wahyu kepada 7 jemaat lokal yang independen. Tuhan tidak menulis kepada jemaat am. Tidak ada jemaat yang am.
Tuhan Yesus adalah kepala jemaat, benar! Ia kepala dari setiap jemaat lokal.
Tulisan di sini semuanya didasarkan pada Alkitab, bukan tradisi gereja, atau pendapat “mayoritas,” sehingga orang-orang yang hanya ikuti “flow” mayoritas banyak menganggapnya “nyentrik.”