Mata yang Kritis

(Berita Mingguan GITS 26 Februari 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Baru-baru ini, seorang lulusan dari sebuah Sekolah Tinggi Alkitab Baptis fundamental memberitahu saya bahwa ia telah belajar di sekolah untuk tidak memiliki “mata yang kritis.” ia belajar bahwa ia tidak boleh kritis terhadap musik yang dimainkan, karena yang penting adalah “memiliki hati bagi Allah” dan juga “diberkati” bahkan jika musik itu patut dipertanyakan. Saya percaya bahwa ini adalah inti dari filosofi yang diajarkan di banyak gereja dan sekolah Baptis Independen (apalagi yang bukan Baptis Independen) yang saat ini sedang membantu meruntuhkan tembok-tembok ketajaman rohani dan mengantarkan orang-orang kepada pengaruh yang salah. Mata yang kritis bisa bagus bisa juga buruk, tergantung bagaimana definisinya. Mata yang kritis (suka mengritik) salah jika dihasilkan oleh sikap yang kedagingan dan semangat yang buruk. Ia salah jika menghakimi berdasarkan pendapat pribadi atau perasaan dan bukan dari pengajaran Firman Allah yang jelas. Menghakimi hal-hal dalam berbagai gereja berdasarkan pendapat pribadi dan tradisi dan latar belakang dan perasaan dan menjadikan hati nurani saya sendiri sebagai hukum bagi orang lain adalah dosa yang ditegur dalam Roma 14. Paulus mengatakan, ‘Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri’ (Roma 14:4). Ia sedang berbicara mengenai menghakimi orang lain dalam hal-hal yang tidak diajarkan Alkitab. Hal ini jelas dari konteksnya, yaitu diet dan hari-hari khusus (Roma 14:1-6). Perjanjian Baru tidak membuat suatu aturan mengenai diet dan hari-hari khusus, jadi adalah salah untuk menghakimi saudara-saudara dalam hal ini. Ada kebebasan pribadi dalam hal ini. Menjadikan hati nurani saya sendiri sebagai hukum bagi orang lain, ketika saya tidak punya Firman Tuhan yang jelas untuk mendukung saya adalah legalisme. Dalam dua kasus di atas, adalah salah untuk memiliki “mata yang kritis” (menghakimi dengan sikap yang buruk dan menghakimi berdasarkan pendapat pribadi). Tetapi menghakimi dengan penghakiman yang saleh tidaklah salah. Bahkan, kita diperintahkan untuk menghakimi “dengan adil” (Yohanes 7:24). Kita harus menguji segala sesuatu (1 Tes. 5:21). Kita diharuskan mencontoh orang-orang Berea yang menguji segala sesuatu dengan Firman Tuhan (Kis. 17:11). Kita diharuskan untuk mengasihi Firman Tuhan dan membenci segala jalan dusta (Maz. 119:128). Kitab Suci diberikan untuk “menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Tim. 3:16-17). Paulus memiliki mata yang kritis terhadap pengajar-pengajar palsu dan orang-orang duniawi seperti Demas. Saya ingat ketika saya masuk Sekolah Alkitab di Tennessee Temple di pertengahan 1970an. Saya baru satu tahun di dalam Tuhan, tetapi saya telah diselamatkan dan saya telah membaca habis Alkitab selama satu tahun itu dan saya tahu Allah ingin saya menguji segala sesuatu berdasarkan Firman itu. Mazmur 119:128; Kisah Rasul 17:11; dan 1 Tesalonika 5:21 sangat berharga dan nyata bagi saya waktu itu dan hingga hari ini. Saya mulai melihat hal-hal yang saya rasa salah, terutama cara penginjilan yang dangkal dan tidak alkitabiah (saya juluki Quick Prayerism), sikap yang berpusat pada manusia dan meninggikan manusia, sikap sombong dalam mengejar gereja yang besar dan jumlah yang banyak, dan penolakan para pemimpin dan pembicara untuk menyinggung isu-isu penting tertentu. Saya memiliki “mata yang kritis,” sejauh saya memiliki sikap yang tidak saleh dan kurang berbelas kasihan dan kurang “seimbang,” saya salah, tetapi sejauh saya mengidentifikasi hal-hal yang tidak Alkitabiah dan sesat, saya benar. Dengan kasih karunia Allah, saya telah bertumbuh dalam hidup rohani saya selama empat dekade ini dan saya percaya dan berharap bahwa saya kini jauh lebih berbelas kasihan dan berbesar hati dibandingkan waktu saya seorang Kristen baru, tetapi saya juga mengucap syukur kepada Tuhan bahwa saya tidak menghilangkan mata saya yang “kritis” dalam pengertian yang Alkitabiah. Saya masih menolak hal-hal yang saya tolak 35 tahun yang lalu, karena mereka masih tidak Alkitabiah. Jika ada waktu yang memerlukan mata yang kritis dalam pengertian yang benar, waktu itu adalah hari ini. Ia akan menjagamu secara rohani. Adalah Iblis yang mau semua orang untuk menghilangkan sikap kritis. Jika kita melakukan hal itu, kita tidak memiliki perisai. Saya khawatir bahwa banyak gereja dan sekolah yang menaruh cairan mata humanistik untuk menutupi mata kritis yang alkitabiah. Pada saat yang sama, saya selalu menekankan pentingnya tidak memiliki sikap suka mengritik yang kedagingan, dan selalu memiliki rasa percaya kepada para pemimipin gereja (yang alkitabiah), dll.

This entry was posted in Fundamentalisme, General (Umum). Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *