(Berita Mingguan GITS 24November 2012, sumber: www.wayoflife.org)
Franklin Graham baru-baru ini memberitahu CNN bahwa dia terkejut ketika dia tahu bahwa ada sebuah artikel di website Billy Graham Evangelistic Association yang menyebut Mormonisme sebagai suatu bidat. Artikel tersebut dihilangkan segera setelah Billy dan Franklin bertemu dengan calon presiden Amerika yang Mormon, Mitt Romney. Franklin berkata, “Kami memiliki 10.000 halaman dan saya tidak menulis 10.000 halaman itu. Orang-orang lain menulisnya. Ada suatu diskusi mengenai apa itu bidat, dan mereka memberikan suatu definisi bidat, lalu mereka memberi beberapa contoh, dan ketika saya tahu bahwa ada contoh yang diberikan, saya menghilangkannya. Tetapi saya syok bahwa kami bahkan memiliki [artikel] seperti itu di luar sana” (“Franklin Graham Was Shocked,” Christian Post, 15 Nov. 2012). Mengklaim bahwa hal seperti ini adalah “mengejek,” Franklin berkata, “Jika saya ingin memenangkan seseorang kepada Kristus, bagaimana mungkin saya mengejek orang tersebut? Itulah yang membuat saya syok, bahwa kami sedang mengata-ngatai orang-orang. …Saya seorang penginjil dan saya mau menjangkau sebanyak mungkin orang. Jika saya mengata-ngatai mereka, itu tidak akan berhasil.” Tidak ada seorang pun yang telah berbuat lebih untuk membangun gereja esa sedunia yang sesat selain Billy Graham melalui pengejaran pragmatisme kemanusiaan, bukannya setia kepada Firman Allah, dan Franklin mengikuti jejak kakinya. Keduanya menyembunyikan kompromi mereka di bawah bayangan “menjadi seorang penginjil,” tetapi di manakah dalam Alkitab dikatakan bahwa seorang penginjil bebas dari panggilan untuk berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus, iman yang mencakup seluruh kebenaran Perjanjian Baru dan bukan hanya keselamatan melalui kasih karunia saja? Dan di manakah dalam Alkitab dikatakan bahwa seorang penginjil bebas dari tugas untuk menandai dan menghindari mereka yang mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan doktrin rasuli (Roma 16:17), atau menjauhi mereka yang memiliki ibadah lahiriah tetapi memungkiri kekuatannya (2 Timotius 3:5), atau menegur guru-guru palsu dan orang-orang berkompromi dengan jelas sebagaimana dilakukan Yesus dan para rasul (Matius 23:13-33; 2 Korintus 11:12-15; Galatia 1:6-9; Filipi 3:18-19; 1 Timotius 1:19-20; 2 Timotius 1:15; 2:16-18; 4:10, 14; 2 Petrus 2; 2 Yoh. 2:7-11; Yudas 4-19)?
Yesus adalah Penginjilnya penginjil, tetapi dia menegur guru-guru palsu secara umum sebagai orang-orang munafik, penuntun-penuntun buta, anak-anak neraka, orang-orang bodoh dan buta, dan ular-ular beludak. Paulus menyebut mereka sia-sia, bejana-bejana yang memalukan, musuh-musuh salib Kristus, terkutuk, rasul-rasul palsu. Petrus menyebut mereka angkuh, tidak segan-segan menghujat, sama dengan hewan yang tidak berakal, memikat orang-orang yang lemah hati, orang-orang yang terkutuk, mata air yang kering. Yohanes menyebut mereka penyesat. Yudas menyebut mereka orang-orang yang bermimpi-mimpian, awan yang tak berair, mati sama sekali, ombak laut yang ganas, membuihkan keaiban mereka sendiri, orang-orang yang menggerutu. Dengan tindakan mereka yang enggan untuk mengutuk para guru-guru palsu, keluarga Graham menjadi sangat terkenal, tetapi ketika diukur berdasarkan Firman Allah yang tiada salah dan tak berubah, mereka ternyata adalah musuh salib yang katanya mereka cintai, karena mustahil untuk memberitakan kebenaran sambil berpegangan tangan dengan musuh-musuh kebenaran tanpa menghancurkan kebenaran itu sendiri. “Yosafat, raja Yehuda, pulang dengan selamat ke istananya di Yerusalem. Ketika itu Yehu bin Hanani, pelihat itu, pergi menemuinya dan berkata kepada raja Yosafat: “Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal itu TUHAN murka terhadap engkau” (2 Taw. 19:1-2). Kompromi Yosafat bukanlah hal yang kecil. Hasilnya adalah kehancuran rohani Yehuda di tangan anak dan cucu Yosafat, Yoram dan Ahazia, yang membawa penyembahan berhala masuk ke Yehuda melalui hubungan mereka dengan keluarga Ahab, jembatan yang dibangun dengan bodohnya olehYosafat, sang pragmatis.