Mata yang Multifungsi

(Berita Mingguan GITS 31 Oktober 2015, sumber: www.wayoflife.org)

Berikut ini disadur dari CreationMoments.com, 23 September 2015: “Para ilmuwan telah mendapatkan bahwa mata adalah organ tubuh yang multi-fungsi. Mereka telah sejak lama berusaha menemukan bagaimana caranya jam internal biologis kita diatur. Jam yang luar biasa ini terletak di otak dan mengikuti periode waktu yang hampir persis satu hari. Jam ini mengendalikan banyak ritme tubuh, sehingga penting bahwa jam ini diatur dengan baik. Para ilmuwan tahu bahwa jam biologis manusia diatur oleh cahaya. Mereka juga tahu bahwa cara jam ini di-setting bukanlah melalui sel-sel batang dan kerucut yang ada di mata kita yang dapat melihat warna dan objek. Mereka telah secara konklusif menunjukkan bahwa sel-sel batang dan kerucut di mata tidak ada hubungan dengan pengaturan jam tubuh kita. Beberapa tahun lalu, para ilmuwan mengembangkan tikus yang matanya sama sekali tidak memiliki sel batang dan kerucut. Sambil mereka memainkan periode-periode cahaya, para tikus masih dapat menyesuaikan jam biologis mereka dengan periode cahaya yang baru. Kini para ilmuwan merasa yakin bahwa mereka telah menemukan bagaimana mata dapat mengatur jam biologis kita, yaitu setelah mereka meneliti, bayangkan saja, kodok bertanduk Afrika. Sementara meneliti kodok ini, para ilmuwan menemukan suatu fotoreseptor, disebut melanopsin. Fotoreseptor ini ditemukan di kulit, mata, dan otak dari kodok-kodok ini. Mereka lalu memutuskan untuk mengecek melanopsin di mata manusia. Mereka menemukan bahwa sejenis fotoreseptor ini diproduksi di retina bagian dalam dari mata kita. Sel batang dan kerucut terletak di retina bagian luar .Mata manusia, dan mata mammalia, adalah organ yang multi-fungsi! Metode yang sedemikian rumit dan tepat yang dipakai untuk menciptakan manusia, membuat kita semakin memuliakan Pencipta kita sambil kita belajar tentang tubuh kita sendiri. Jelas memerlukan lebih banyak iman untuk percaya bahwa sistem yang sedemikian elegan seperti jam biologis tubuh kita bisa berevolusi berdasarkan kebetulan saja.”

This entry was posted in Science and Bible. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *