(Berita Mingguan GITS 11 Juni 2016, sumber: www.wayoflife.org)
Pemenang kontes Miss USA 2016, Deshauna Barber, menampilkan kedua aspek besar dari penyembahan dewi masa dulu. Partisipasinya dalam kontes Miss USA saja sudah menampilkan aspek seksualitas, dan filosofinya menampilkan aspek kuasa feminis. Dalam segmen pertanyaan dalam kontes itu, dia berkata, “Sebagai seorang wanita dalam Angkatan Darat USA, saya merasa bahwa pemerintah kita melakukan hal yang luar biasa dengan mengizinkan wanita untuk berintegrasi ke setiap cabang militer. Kami sama tangguhnya dengan laki-laki. Sebagai komandan unit saya, saya kuat. Saya berdedikasi. Dan penting untuk kita pahami bahwa jenis kelamin tidak membatasi kita di Angkatan Darat USA.” Sebelum kontes, Deshauna menulis tweet, “Kini waktunya untuk menunjukkan bahwa kita sebagai wanita cakap dalam berbagai hal, kuat, dan dapat melakukan apapun yang menjadi tujuan pikiran kita.” Pernyataan-pernyataan seperti ini terdengar bagus dalam kutipan media bagi generasi ini. Deshauna tidak diragukan adalah seorang wanita muda yang bertalenta yang melakukan pekerjaan yang hebat sebagai petugas analis Information Center, tetapi filosofi dia salah. Manusia tidak dapat melakukan apapun yang menjadi tujuan pikirannya. Lebih lanjut lagi, wanita tidak dapat melakukan semua yang dapat dilakukan laki-laki, dan laki-laki tidak dapat melakukan semua yang bisa dilakukan wanita. Keduanya diciptakan untuk tugas yang berbeda di dunia ini. “Jawab Yesus: Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?” (Mat. 19:4).