(Berita Mingguan GITS 11 Agustus 2018, sumber: www.wayoflife.org)
Pada Sidang Internasional ke-100-nya, Gereja Sidang Jemaat Allah Nubuat (Church of God of Prophecy, atau COGOP), merayakan pengkhotbah-pengkhotbah wanita. Sidang itu dibuka dengan sebuah pesan khotbah oleh Cathy Payne dan setelah itu sidang menunjuk Kathryn Creasy sebagai direktur eksekutif dari Leadership Development. Sam Clements, Penilik Umum, berkata, “Izinkan saya berkata kepada para wanita, saya menghargai pelayanan kalian, apakah pelayanan berbicara atau pelayanan melayani.” Dia mengatakan bahwa “Yesus menentang tradisi Yahudi dengan cara membiarkan para wanita menjadi bagian dari pelayananNya” (“Pentecostal Denomination Celebrates, Reaffirms Women in Ministry,” Charisma, 29 Juli 2018). Yesus memang jelas menghargai dan mengangkat wanita jauh di atas tradisi Yahudi, tetapi Dia tidak mengangkat pemimpin wanita mana pun. Tidak ada rasul wanita. Perjanjian Baru dengan jelas dan tegas men-diskualifikasi wanita dari jabatan mengajar laki-laki atau jabatan kepemimpinan lainnya [dalam gereja]. Paulus berkata, “Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri” (1 Tim. 2:12). Syarat seorang penatua/penilik adalah “suami dari satu isteri.” Hal ini diulang lagi sebagai penekanan (1 Tim. 3:2; Tit. 1:6). Sejak permulaannya di awal abad 20, kebanyakan denominasi Pantekosta, termasuk Church of God of Prophecy, telah melanggar pengajaran yang jelas ini dengan cara menunjuk pengkhotbah-pengkhotbah wanita. COGOP juga berpegang kepada kesesatan-kesesatan berikut: bahwa berbicara dalam bahasa lidah adalah “tanda awal baptisan dalam Roh Kudus”; bahwa pengudusan adalah suatu “pekerjaan yang sekejap” setelah kelahiran kembali yang “menyalibkan dan membersihkan sifat lama”; bahwa karunia-karunia tanda kerasulan masih beroperasi hari ini; bahwa kesembuhan jasmani dijamin dalam penebusan Kristus “tanpa bantuan obat-obatan.”