(Berita Mingguan GITS 8 Februari 2020, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini dari creationmoments.com, 16 Januari 2020: “Banyak orang berasumsi bahwa perhitungan Carbon dipakai untuk menentukan usia bebatuan dan fosil. Tidak demikian. Penanggalan menggunakan Carbon hanya secara khusus dipakai untuk memberikan usia materi-materi yang pernah menjadi bagian dari makhluk hidup, dan bahkan jika usia materi demikian bisa didapatkan, tidak akan memberikan usia lebih dari 100.000 tahun. Banyak geologis akan bergantung pada penanggalan menggunakan uranium-timah untuk menentukan usia suatu batu. Teknik ini mengukur jumlah isotop uranium U-238 dalam suatu sampel batu, dan juga isotop stabil timah Pb-206, yang adalah hasil peluruhan dari U-238. Sangatlah penting untuk menekankan bahwa teknik ini, dan juga teknik-teknik lain, sama sekali tidak mengukur langsung usia batu. Sebaliknya, usia dikalkulasikan dari jumlah uranium dan timah yang ditemukan, dengan menggunakan tiga asumsi: 1. Diasumsikan bahwa semua timah yang ada dalam batu tersebut berasal dari uranium. Tetapi mengapakah ini harus benar demikian? Tidakkah mungkin waktu batu itu terbentuk sudah ada timah di dalamnya? 2. Bahwa tidak ada dari timah yang terbentuk yang hilang. Tetapi karena senyawa-senyawa timah dapat larut sebagian dalam air, maka tidaklah masuk akal bahwa batu yang katanya jutaan tahun usianya sama sekali tidak mengalami erosi air. 3. Diasumsikan bahwa waktu paruh uranium-238 tidak pernah berubah selama masa hidup batu tersebut. Waktu paruh adalah seberapa cepat uranium berubah menjadi timah, tetapi kini kita tahu bahwa angka ini bisa berubah cukup drastis. Jadi ketiga asumsi yang mendasari penanggalan berdasarkan uranium-timah, semuanya meragukan. Lebih baik mempercayai catatan Alkitab mengenai asal usul dari bebatuan.