Oleh: Gbl. Kent Brandenburg
Diterjemahkan oleh: Gbl. Steven Liauw
Salah satu peristiwa paling awal dalam seluruh Alkitab adalah Allah memberikan pakaian yang sopan kepada laki-laki dan perempuan, untuk menggantikan ketelanjangan mereka dan juga pakaian dari daun ara yang mereka buat. “Dan TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.” (Kej. 3:21). Pakaian yang Allah buat untuk mereka berasal dari kata Ibrani kuttonet, mengacu kepada semacam jubah yang memanjang hingga ke tanah dengan lengan yang panjang. Ini adalah kata yang sama yang dipakai untuk menggambarkan pakaian imam. Dalam Kej. 3:21 dikatakan bahwa Allah “mengenakannya kepada mereka.” Tuhan ingin manusia berpakaian.
Mengapakah perempuan-perempuan muda, khususnya, mau menggeser kehendak Allah tentang berpakaian ke arah yang berbeda? Tuhan ingin mereka berpakaian, tetapi mereka ingin menanggalkan pakaian mereka di depan banyak orang. Bahkan ketika mereka berpakaian, pakaian itu ketat. Saya sering berjalan di belakang begitu banyak laki-laki dan perempuan di bulan-bulan musim dingin ini, dan keduanya memakai celana panjang. Hari ini di bank, ada dua orang di depan saya, dan secara konsisten saya observasi, perempuan-perempuan muda memakai leggings, suatu jenis pakaian yang bisa dikira sekedar cat pada kulit saja, yang memperlihatkan bentuk tubuh tanpa perlu ada imajinasi tambahan. Yang laki-laki biasanya memakai celana panjang yang cukup longgar, sedangkan perempuan memakai celana yang sangat ketat, dan hal ini yang biasanya membedakan celana yang dipakai perempuan dengan yang dipakai laki-laki.
Perempuan-perempuan muda sekarang bahkan memakai celana yang tidak lebih dari celana dalam di tempat-tempat umum, yang hampir tidak menutupi apa-apa. Ini adalah ketelanjangan di dalam Alkitab. Mereka dengan sengaja membiarkan banyak sekali kulit dan bagian-bagian tubuh mereka terbuka. Mereka ingin orang-orang melihat kaki mereka, payudara mereka, pusar mereka, perut mereka, dan banyak lagi yang lain. Ketika mereka memilih rok, mereka sengaja memilih yang jauh di atas lutut. Mereka juga berdiri dengan cara tertentu, satu kaki di depan yang lainnya, untuk meng-ekspos lebih banyak lagi. Sepatu yang dipilih, apapun jenisnya, adalah untuk menarik perhatian kepada kaki yang terbuka.
Semua yang saya gambarkan di atas, yang dilakukan oleh perempuan-perempuan muda, adalah salah. Itulah sebabnya saya menulis ini sekarang. Ada banyak argumen Alkitab yang menentang cara perempuan-perempuan muda berpakaian hari ini, dan juga cara perempuan-perempuan yang mengaku Kristen berpakaian, atau tidak berpakaian. Hal ini penting dibahas, karena gereja-gereja tidak lagi mengajarkannya. Mereka tidak mau mengkhotbahkan standar pakaian yang alkitabiah atau menegakkan aturan itu, atau bahkan mereka membela dan membenarkan pakaian yang tidak alkitabiah bagi perempuan-perempuan muda. Saya menulis ini untuk menjelaskan tragedi perempuan muda yang menelanjangi dirinya.
Tragedi yang pertama adalah bahwa Allah tidak senang akan hal ini. Dia tidak dimuliakan oleh perempuan-perempuan muda yang seperti ini dalam cara berpakaian mereka. Bahkan malaikat-malaikat pun menutupi diri di hadapan Allah. Salah satu argumen untuk kesopanan adalah bahwa seorang wanita merasa malu, yang ada hubungan dengan hadirat Allah. Orang yang suci hatinya akan melihat Allah. Perempuan yang berpakaian tidak sopan tidak suci hatinya. Mereka tidak ada rasa malu. Mereka justru bermegah, bangga, dalam kemaluan mereka itu. Mereka berkata tidak kepada kekudusan Allah.
Juga ketika saya berdiri di bank hari ini, seorang wanita dengan suara keras memakai dua kata sumpah serapah, yang artinya semacam kotoran. Dia mengatakan kata-kata itu kepada seorang perempuan yang lebih muda, sambil mereka memperhatikan sesuatu. Kata-kata itu menggambarkan apa yang sedang perempuan-perempuan muda ini lakukan dengan penelanjangan diri tersebut. Mereka diciptakan dalam gambar Allah, dan mereka menajiskan gambar itu dengan ketidaksopanan mereka. Bila dia tembok, mereka akan mendirikan atap perak padanya, jika dia pintu, mereka akan memalangi dia dengan kayu aras (Kid. 8:9). Bukannya memalangi dia, ada ayah-ayah dan saudara-saudara yang mempertontonkan seorang perempuan muda dalam ketelanjangannya hari ini.
Hari ini, seorang perempuan muda bisa berkata bahwa saudaranya atau ayahnya, yang seringkali tidak hadir dalam hidupnya, tidak punya hak untuk memalangi dia dengan kayu aras. Itu adalah keputusan dia sendiri. Kitab Suci berkata bahwa jika dia adalah pintu, dan dia memberikan akses keintiman kepada dirinya sendiri di luar pernikahan, maka ia sedang merugikan ayahnya. Ayahnya yang seharusnya menyerahkan dia dalam pernikahan, bukan dirinya sendiri. 1 Korintus 7:36-38 mengatakan bahwa dia di bawah otoritas ayahnya. Hal ini dianggap lelucon dalam budaya hari ini, .
Seorang perempuan muda, yang menelanjangi dirinya sendiri di tempat umum, sedang menyerahkan dirinya sendiri kepada semua orang. Dia menjadi intim dengan semua orang. Dia merugikan ayahnya yang seharusnya memiliki kehormatan untuk menyerahkannya kepada suaminya nanti. Tetapi dia juga merugikan suaminya kelak, menista dirinya, menurunkan dirinya sendiri. Dia tidak lagi spesial. Dia tidak lagi unik. Dia adalah taman yang sudah dimasuki, dalam bahasa umpama apa yang dilindungi oleh saudara-saudaranya tadi. Mereka mempertahankan suatu taman yang indah untuk seorang suami di masa depan. Dia menjaga dirinya sendiri dengan demikian. Jadi, tragedi nomor tiga, dia merugikan suaminya kelak.
Keempat, perempuan muda yang menelanjangi dirinya sendiri di tempat umum, merusak keintiman di masa depan, dan ini ada hubungan dengan apa yang saya katakan di paragraf sebelumnya. Dia bukan lagi hadiah mahal yang tersimpan, oleh karena pilihannya sendiri, jadi tragedi kelima adalah bahwa dia memberikan dirinya secara gampangan bagi orang lain, yang tidak perlu menunjukkan kualitas laki-laki. Orang yang mengambil keuntungan ini tidak perlu datang kepada ayah perempuan ini, karena perempuan ini telah memberikan dirinya kepada bukan saja dia, tetapi kepada semua orang yang melihatnya. Dia melakukan ini karena dia mau. Dias kehilangan. Dia bisa mendapatkan sebagiannya kembali, tetapi sekali dia mempertontonkan diri di luar sana, dia tidak bisa mengumpulkan kembali semuanya. Dia telah kehilangan sesuatu. Ini penting, karena nantinya tidak akan sespesial itu lagi. Dia tidak akan pernah tahu kespesialan itu.
Berhubungan dengan paragraf sebelummya, dia memilih untuk menarik pribadi yang kurang jantan atau tidak jantan sama sekali. Seorang lelaki sejati tidak akan takut untuk mencapai kepada dia melalui ayahnya. Seorang lelaki sejati akan punya cukup kepercayaan diri untuk melakukan itu. Perempuan ini mempersempit lingkup pengejar-pengejarnya kepada orang-orang yang mau gampangnya saja. Dia sendiri membuatnya gampang. Para lelaki yang hanya mau jalan gampang akan mendapatkan perempuan yang gampang. Dia sendiri membuatnya demikian.
Ketujuh, adalah perbandingan dengan kertas penangkap lalat, yang dibubuhi lem. Kertas lalat ini menarik segala sesuatu. Segala sesuatu menempel padanya. Perempuan muda yang berpakaian tidak sopan bisa jadi memiliki dalam benaknya siapa yang dia inginkan untuk melihat kulitnya, yang mengobjek-kan dia, yang membuat dia semata-mata objek hawa nafsu, sesuai pilihan dia sendiri. Namun, dia akan menemukan bahwa semua orang lain juga akan menempel di kertas lalat itu. Semua orang yang berpikiran cabul juga akan menikmati pertunjukannya.
Mungkin ada yang berkata bahwa perempuan muda yang tidak berpakaian dengan benar di atas hanya kekurangan rasa percaya diri untuk menunggu, tidak puas dengan Allah, dengan Yesus Kristus, dengan karakteristik dari seorang Kristen sejati, untuk berpakaian tertutup dan menunggu orang yang tepat. Ya, memang benar demikian, tetapi dengan membuka bagian-bagian tubuhnya, dia mendapatkan tatapan hawa nafsu dari setiap orang yang berhawa nafsu di tempat publik. Mungkin dia berpikir bahwa hal itu adalah pujian dan kehebatan dirinya, bahwa para lelaki suka melihat kulitnya dan bagian-bagian tubuhnya. Tetapi itu tidak memerlukan hal yang hebat, itu hanya hawa nafsu dan dosa.
Kedelapan, perempuan muda yang menanggalkan pakaian yang sopan di tempat umum, sedang mendorong agar yang lain juga mengikuti dirinya. Dia menyandung yang lemah. Bisa jadi dia sendiri tidak akan dirugikan sebanyak orang lain, tetapi dia ada tanggung jawab di dalamnya. Dia sedang menurunkan standar budaya. Dia membantu membuat masyarakat menjadi seperti Sodom dan Gomora, suatu tempat di mana jiwa-jiwa yang benar tersiksa, dan orang-orang tidak percaya menjadi dua kali lipat orang-orang yang menuju neraka. Dia ikut melakukan itu.
Saya sudah memberikan delapan alasan yang menjelaskan tragedi ketika perempuan-perempuan muda berpakaian tidak sopan di tempat umum, secara efektif menelanjangi diri mereka. Masih ada lebih dari kedelapan ini, dan semuanya buruk. Tidak ada yang baik. Tidak ada alasan baik bagi perempuan muda untuk berpakaian tidak sopan di tempat umum. Silahkan merenungkan yang delapan ini. Sudah cukup untuk menghentikan praktek ini.