Sumber: www.wayoflife.org
Sejumlah besar orang Yahudi telah kembali ke tanah mereka pada abad ke-20 dan mendirikan negara Israel pada tahun 1948, tetapi Israel tidak mendapatkan kedamaian. Israel selalu dalam kondisi siaga berperang. Mengapa Israel tidak dapat memperoleh kedamaian? Jawabannya dinyatakan dengan jelas dalam Ulangan 28, yang ditujukan langsung kepada Israel dan menjanjikan berkat bagi mereka yang taat kepada Allah (Ul. 28:1-14) dan kutukan bagi mereka yang tidak taat (Ul. 28:15-68).
Israel tidak mendapatkan kedamaian karena Israel tidak benar di hadapan Allah. Israel mendapatkan kedamaian pada awal pemerintahan Salomo (1 Raj. 4:20-21, 24-25), tetapi kedamaian itu diambil ketika Salomo berdosa (1 Raj. 11:9-40). Setelah itu, Israel mengalami kedamaian untuk waktu yang singkat ketika raja-rajanya menghormati Tuhan (2 Taw. 14:5-6; 15:15; 20:30). Israel diusir dari tanah mereka karena dosa mereka terhadap Tuhan (Ulangan 28:63-67) dan bahkan pada saat mereka kembali (setelah Pembuangan Babel dan pada abad ke-20), mereka tidak mengalami kedamaian, dan mereka tidak akan mengalami kedamaian sampai mereka benar di hadapan Tuhan.
Israel diciptakan oleh Tuhan dan dimiliki oleh Tuhan dan tidak memiliki tujuan lain selain melayani Tuhan. “sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi” (Ulangan 14:2). Upaya Israel untuk hidup sebagai bangsa sekuler telah membawanya ke dalam rawa bahaya dan kebingungan. Tidak peduli seberapa kuat militernya, seberapa pintar ilmuwannya, dan seberapa sukses agen rahasianya, Israel tidak akan mendapatkan kedamaian sampai ia bertobat karena menolak Mesiasnya sendiri. Hari itu akan segera tiba, tetapi akan didahului oleh masa kesusahan global yang belum pernah terjadi sebelumnya dan munculnya Antikristus.