Saya baru saja membaca sebuah artikel yang ditulis oleh guardian.co.uk pada tanggal 24 Oktober 2010. Artikel ini berbicara mengenai kemampuan komputasi lebah.
“Lebah dapat menyelesaikan soal-soal matematika yang kompleks yang menyibukkan komputer selama berhari-hari, demikian ditemukan oleh riset. Serangga ini belajar untuk mencari jalur terbang yang paling pendek antara bunga-bunga yang mereka temukan secara acak, secara efektif menyelesaikan ‘masalah travelling salesman,’ ujar para ilmuwan di Royal Holloway, University of London. Teka-teki yang dimaksud adalah mencari rute yang paling pendek supaya seorang salesman dapat mengunjungi semua lokasi yang harus dia kunjungi. Komputer menyelesaikan masalah ini dengan cara membandingkan total panjang semua rute yang mungkin, lalu memilih yang paling pendek. Lebah mampu mendapatkan jawaban yang sama dengan menggunakan otak yang ukurannya sebesar biji rumput.
Dr. Nigel Raine, dari fakultas biologi Royal Holloway, mengatakan: ‘Lebah-lebah yang mencari makan menyelesaikan ‘masalah travelling salesman’ setiap hari. Mereka mengunjungi bunga-bunga di banyak lokasi, dan karena lebah menggunakan energi yang besar untuk terbang, mereka perlu menemukan rute memungkinkan mereka terbang seminimal mungkin.’
Menggunakan bunga-bunga palsu yang dikendalikan komputer, Dr. Nigel ingin tahu apakah lebah akan mengikuti rute sederhana berdasarkan urutan mereka menemukan bunga, atau mencari rute yang paling pendek. Setelah menjelajahi lokasi bunga-bunga tersebut, lebah-lebah dengan cepat belajar untuk terband melalui rute yang paling pendek untuk menghemat energi dan waktu.
Riset ini, yang akan muncul minggu ini dalam jurnal The American Naturalist, memiliki implikasi untuk dunia manusia. Kehidupan modern bergantung pada berbagai jaringan seperti aliran kendaraan di jalan, aliran infomasi internet dan rantai suplai untuk bisnis. ‘Walaupun ukuran otak mereka kecil, lebah mampu melakukan hal-hal yang luar biasa,’ kara Raine. ‘Kita perlu tahu bagaimana mereka menyelesaikan masalah travelling salesman tanpa bantuan komputer.’”
Memang benar, riset ini memiliki dampak kepada dunia manusia. Tetapi dampak yang sebenarnya justru tidak dibahas dalam artikel tersebut, yaitu: dari manakah asal kemampuan otak lebah tersebut? Kalau komputer saja, yang dirancang dan didesain dengan hati-hati dan penuh intelijensi, tidak mampu mengalahkan otak lebah yang kecil, mungkinkah otak itu muncul dengan sendirinya? Sungguh, “Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih” (Roma 1:19-20).