(Berita Mingguan GITS 12 November 2011, sumber: www.wayoflife.org)
Suatu kontroversi baru saja muncul berkaitan dengan pengajaran Michael Pearl tentang mendidik anak dalam bukunya “To Train Up a Child” yang ditemukan di rumah orang-orang tua yang sedang dituntut atas pembunuhan melalui penganiayaan (“Preaching Virtue of Spanking, New York Times, 6 Nov. 2011). Dalam kasus yang paling terakhir, Larry dan Carri Williams dari Sedro-Woolley, Washington, dituntut melakukan pembunuhan dalam kematian seorang anak putri yang mereka adopsi dari Etiopia. Anak itu ditemukan dalam keadaan telungkup, telanjang, tubuh kurus kering, di halaman belakang Williams dan kematiannya dinyatakan karena hipotermia (kedinginan) dan malnutrisi. Dia telah tidak mendapat makanan selama berhari-hari dan dipaksa tidur di gudang yang dingin atau di kloset. Keluarga Williams memuji bukunya Pearl dan memberikan salinan kepada teman-teman mereka. Dalam kasus lain, Lydia Schatz yang berusia 7 tahun, yang diadopsi sejak umur 4 tahun dari Liberia, mati tahun lalu karena kerusakan jaringan akibat pemukulan selama berjam-jam. Kevin Schatz mengaku bersalah atas pembunuhan tingkat dua dan penganiayaan dan istrinya mengaku melakukan pembunuhan dan hukuman badan yang tidak legal. Keluarga Schatz mendidik 9 anak-anak mereka di rumah (homeschool, tiga anaknya hasil adopsi) dan menggunakan bukunya Pearl. Dalam kasus ketiga, Sean Paddock berusia 4 tahun meninggal tahun 2006 karena tidak bisa bernafas setelah dia dibungkus rapat-rapat dalam selimut. Dia dipukuli setiap hari dengan pipa air yang direkomendasikan oleh Pearl sebagai alat pendisiplinan. Walaupun kami tidak setuju dengan Pearl dalam isu doktrin tertentu, pengajarannya tentang disiplin anak jelas tidak bersifat menganiaya (abusif). Dia menekankan bahwa disiplin harus dilakukan dalam kasih dan hikmat, dan kalau tidak maka akan gagal. Bahwa ada orang yang memiliki bukunya Pearl yang lalu menganiaya anak mereka bukanlah salahnya Pearl, sama seperti ada juga pembunuh yang membaca Alkitab, tetapi bukanlah salah Alkitab bahwa dia menjadi pembunuh. Charles Guiteau, yang membunuh Presiden Amerika James Garfield, adalah seorang yang membaca Alkitab, dan bahkan menulis sebuah buku berjudul “The Truth: A Companion to the Bible.” Tetapi dosa dan kegilaannya tidak dapat dipersalahkan kepada Alkitab. Suatu “tongkat disiplin” yang alkitabiah adalah pendidikan yang penuh kasih, tetapi tidak pernah suatu tongkat amarah atau kebencian, atau penganiayaan yang kejam. New York Times melaporkan, “Orang-orang tua di gerejanya Mr. Pearl mengatakan bahwa mereka secara umum mengikuti pendekatan Pearl dan bingung dengan semua kontroversi yang muncul. Anak-anak Pearl juga mengatakan bahwa serangan terhadap orang tua mereka sangat salah sasaran. ‘Saya memiliki masa kecil yang sangat bahagia,’ kata putri merek Shoshanna Easling, 28 tahun, yang sedang mendidik dua anaknya dengan cara yang sama. ‘Orang tua saya tidak pernah berbicara kepada saya dalam amarah, dan saya hanya ingat dipukul dua kali.’” Alkitab mengatakan, “Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya” (Amsal 13:24) dan juga “Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan” (Ef. 6:4)