Kekudusan Allah vs. Jungle Jazz

(Berita Mingguan GITS 14Desember 2013, sumber: www.wayoflife.org)

Pernyataan berikut ini oleh M.R.DeHaan, M.D., ditulis tahun 1955 ketika gerakan “injili” mulai korup oleh para “injili baru” dan pragmatis. Apa yang akan ia katakan kalau ia ada hari ini? Korupsi terhadap injili dan fundamentalis kekristenan di Amerika telah menyebabkan badai degradasi moral dan penghakiman Allah yang kita saksikan hari ini. Amerika tidak lagi takut akan Allah karena sebagian besar gereja-gerejanya tidak memberitakan takut akan Allah. Nah, sekarang kita lihat pernyataan M.R. DeHaan, suatu pernyataan yang menegur organisasi yang ia dirikan sendiri – Radio Bible Class. “Tidak seorang pun dapat memahami penebusan atau menjadi penerima keselamatannya sebelum ia mengetahui sesuatu mengenai kekudusan Allah yang mengerikan, dan kebencianNya yang mengerikan terhadap dosa. Allah, pertama-tama adalah bajik tak terhingga, adil dan kudus, bahkan sedemikian kudusnya sehingga walaupun ia juga baik dan kasih, dan murah hati, dan penuh karunia secara tak terhingga, Ia tidak dapat dan tidak akan membiarkan satu dosa pun lewat tanpa dihukum. Inilah dasar dari rencana keselamatan. Allah sedemikian kudus, Dia membenci dosa dengan kebencian sempurna, sehingga Ia tidak akan pernah membiarkan satu makhluk pun di hadiratNya tanpa suatu penebusan terhadap segala dosanya. Sungguh sesuatu yang amat disayangkan, bahwa pada hari-hari ini kita jarang sekali mendengar tentang KEKUDUSAN Allah. Kita sering mendengar tentang kasih dan kebaikanNya, tentang kemurahanNya, tetapi sedikit sekali tentang kekudusan dan kadailan dan kebenaranNya. Karena keheningan tentang kekudusan Allah ini, kita telah membentuk gambaran Allah yang rendah dan murahan, dan gagal untuk menghormati kekudusanNya …Betapa disayangkan bahwa di zaman ini ada sikap yang tidak hormat, asal-asalan, dan kotor terhadap hal-hal kudus Tuhan, membuat kebaktian-kebaktian kita menjadi suatu karnival dan entertainment, bukannya tempat menyembah Allah dengan kehormatan yang mendalam dan mempelajari FirmanNya. Bahkan dalam musik Kristen kita hari ini, kita telah terbenam terlalu dalam ke level jungle jazz … Saya katakan bahwa kita telah kehilangan banyak hormat terhadap hal-hal kudus, karena dimasukkannya entertainment yang dangkal ini” (DeHaan, The Tabernacle, 1955).

This entry was posted in musik, Separasi dari Dunia / Keduniawian. Bookmark the permalink.

7 Responses to Kekudusan Allah vs. Jungle Jazz

  1. Quote :
    “Ia tidak dapat dan tidak akan membiarkan satu dosa pun lewat tanpa dihukum. Inilah dasar dari rencana keselamatan.”

    Amin, pernyataan yang sangat tepat.
    Dan Kabar Baiknya….semua dosa sudah Dia hukum 2000 tahun yang lalu kepada Anak-Nya Yang Tunggal.

    Lets share :
    http://bandunggrace.wordpress.com/2012/06/18/kasih-karunia-14/

  2. david edison says:

    Syalom. Saya hanya sedikit berbagi dari segi kegunaan musik sebagai media untuk menyembah Allah Yang Kudus. Menurut saya banyak hal2 di bawah langit ini yg membingungkan anak manusia karena kreatifitasnya untuk memberikan perhatian lebih akan kekagumannya kepada Allah Pencipta, begitupun dengan artikel ini yg bisa memjadi pro-kontra bagi setiap orang. Jadi, pujilah Tuhan dengan segenap kekuatanmu (ekpresikan gelora cinta kita kepada Tuhan), akal budimu (kreatifitasmu memuji/menyembah karena Allah berikan otak yg kreatif) dan dengan segenap jiwamu ( komunikasi antara individu dengan Allah). Jangan meribetkan suatu hal yg bisa membuat iman goyah cuma karena sebuah genre musik melainkan ‘kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu’. Selama kita menyembah dengan roh dan kebenaran saya pikir kita tidak akan dibawa Roh Kudus menyimpang dari tujuanNya. Thx 🙂

  3. Dr. Steven says:

    Salam,

    Memang kita harus menyembah Tuhan dengan seganap hati dan jiwa. Tidak ada yang salah dengan itu.
    Tetapi, bisa saja seseorang menyembah Tuhan (walaupun dengan segenap hati) secara salah!
    Yang perlu ditanyakan, dalam hal musik, bukanlah apakah saya senang/suka/terhibur/nge-fans dengan musik ini, tetapi apakah Tuhan akan suka?

    Musik tidak netral!
    Gaya musik tertentu secara inheren membawa pesan tertentu. Rock & roll membawa pesan seks dan pemberontakan.
    Jazz adalah subset dari rock & roll, dan membawa pesan sesuatu yang tidak absolut (relatif), genit, dan menggoda.
    Kekudusan Tuhan tidak cocok dan tidak kompatibel dengan pesan dari rock maupun jazz.

  4. Alce Kobitang says:

    Selamat Malam

    Terima kasih banyak buat Informasi dan artikel-artikelnya.
    Pertanyaan saya
    1. Nyanyian yang seperti apa atau Musik yang bergenre apa yang harus kita nyanyikan dalam kebaktian2 di Gereja?

    Teriam kasih

  5. Dr. Steven says:

    Nyanyian yang dinyanyikan di gereja haruslah tidak terkontaminasi dengan pesan-pesan negatif dunia ini, jadi bukan irama pop, rock, jazz, blues, dll (apalagi dangdut, rap, dll).

    Untuk amannya, lagu-lagu Himne sangat bagus, dan memiliki nilai “klasik” yang berarti tidak lekang oleh zaman.

  6. omay says:

    dalam musik PL bapak bilang tidak ada drum, memang betul. lalu bagaimana dengan alat musik rebbana? kan sama dengan drum yaitu musik peramai? apakah salah menggunakan alat musik peramai ( drum dan rebbana) untuk musik jemaat kpd Tuhan???

  7. Dr. Steven says:

    Drum dengan sendirinya tidak salah, tetapi cara pemakaiannya. Drum (dan juga rebana), tidak membuat “melodi” tetapi menguatkan ritme, artinya mereka tidak menghasilkan not-not melainkan memberi penekanan pada ketukan.

    Jadi, drum bisa dipakai dengan baik, jika penekanan ritmenya normal, tidak back-beat seperti dalam rock-n-roll.

    Perlu diketahui, drum juga ada banyak jenis. Set drum yang biasa ada di konser rock (dan juga di banyak gereja kontemporer) didesain untuk sangat mudah menimbulkan back-beat.
    Untuk contoh pemakaian drum yang bagus tidak back-beat, lihat pemakaian drum dalam marching band militer. Cara memukul drum di sana juga beda dengan di rock-n-roll.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *