(Berita Mingguan GITS 19 Desember 2015, sumber: www.wayoflife.org)
Di awal tahun ini, Paus Fransiskus menjadi Paus pertama yang mengunjungi sebuah gereja Waldensis. Pada tanggal 22 Juni, dia mengunjungi Turin, Italia, dan berbicara di sebuah gereja di sana. Dia bahkan mencium Alkitab yang telah dilarang dan dibakar oleh para pendahulunya. Selama 600 tahun, Gereja Roma Katolik mengejar-ngejar dan membantai kaum Waldensis di daerah asal mereka di Cottian Alps di bagian barat laut Italia, di Perancis, dan di tempat-tempat lain. Ini adalah fakta sejarah yang didokumentasikan oleh gembala-gembala Waldensis yang menerima penganiayaan inkuisisi tersebut. Sudah bertahun-tahun lamanya saya mengoleksi sejarah-sejarah ini, dan akhirnya kami publikasikan di Fundamental Baptist Digital Library. Sampai dengan akhir 1690an, kaum Waldensis masih dibunuh karena iman mereka oleh pasukan Roma, dan mereka tidak mendapatkan kebebasan beragama penuh di Italia hingga tahun 1848. Sejak saat itu, mereka telah menjadi sesat. Pada tahun 1947, para Waldensis mendirikan pusat ekumene Agape, dan mulai dari awal 1980an, mereka menyelenggarakan “konferensi ekumene bagi kaum homoseksual” (You Are My Witnesses: The Waldenses across 800 Years, hal. 303). Pada tahun 1975, kaum Waldensis di Italia bergabung dengan kaum Metodis liberal, dan bergabund engan World Council of Churches, yang mempromosikan persatuan antara semua gereja dan agama. Pada tahun 2003, David Brown, Brian Snider, dan saya, mengunjungi Museum Waldensis di Torre Pellice, tidak jauh dari Turin, dan wanita yang mengelola tempat itu memberitahu kami bahwa dia tidak percaya ada sorga dan ada neraka. Dia berkata bahwa sorga hanyalah suatu metafora. Ketika ditanya bagaimana caranya seseorang bisa diselamatkan, dia menjawab bahwa “tugas utama kita adalah untuk menjalani kehidupan kita dan ketika kita mati, Allah yang memikirkan nasib kita. Berusahalah setia pada pekerjaan yang telah Allah panggil bagimu.”