(Berita Mingguan GITS 16 Januari 2016, sumber: www.wayoflife.org)
Berbicara dari sebuah jendela di Istana Kepausan yang menaungi St. Peter’s Square pada tanggal 10 Januari, Paus Fransiskus mendorong pada pendengarnya untuk merayakan hari baptisan mereka. Khotbah ini adalah untuk merayakan Angelus, yaitu perayaan baptisan Kristus. Sang Paus mengatakan bahwa baptisan adalah “hari kelahiran kembali kita sebagai anak-anak Allah” dan saat ketika Roh Kudus “menghancurkan dosa awal” dan “membebaskan kita dari kekuasaan kegelapan, yaitu dosa, dan membawa kita ke dalam kerajaan terang” (“‘Do you celebrate the day of your baptism?’ Pope Francis asks,” EWTN News, 10 Jan. 2016). Paus mengakhiri dengan doa kepada Maria agar dia membantu orang-orang yang telah dibaptis untuk menghidupi baptisan mereka “dengan sukacita dan semangat.”
Mayoritas “Injili” akan melihat semua ini sebagai kesesatan. Namun Paus Fransiskus tetap secara luas dianggap seorang hamba Tuhan yang hebat di kalangan Injili, termasuk oleh kebanyakan musisi penyembahan kontemporer. Bagaimana mungkin seorang hamba Tuhan berpegang pada injil yang palsu? Kompromi yang dilakukan oleh Injili Baru pada akhir 1940an telah menciptakan kebingungan dan kebutaan rohani. Kompromi yang sama juga mulai terjadi di kalangan Baptis hari ini, oleh karena itu kita perlu berhati-hati.
Pak Steven, saya ingin bertanya apakah Alkitabiah ketika seseorang telah menerima Yesus dan di-baptis, maka orang tersebut juga akan menerima “nama baptis”? atau mungkin “nama baptis” ini hanyalah budaya Katolik yang masih melekat dalam ke-kristenan (?) Terima kasih Pak. Mohon Penjelasannya.
Memakai atau mendapatkan nama baru setelah dibaptis bukanlah keharusan dalam Alkitab, dan juga tidak dilarang. Jadi, praktek ini sah saja, asal tidak disalahgunakan, atau dibuat menjadi konsep yang mistik.
Sebenarnya yang lebih penting adalah perubahan internal. Perubahan nama sebenarnya kan hanya untuk mencerminkan bahwa ini manusia baru dalam hal karakter, dll.
Percuma kalau nama baru, tetapi kelakuan lama.