(Berita Mingguan GITS 23 Januari 2016, sumber: www.wayoflife.org)
Kebanyakan bapa-bapa ilmu pengetahuan modern adalah orang yang mengaku Kristen, dan percaya pada Allah dalam Alkitab. Kebanyakan mereka percaya penciptaan terjadi dalam enam hari secara literal, tetapi perlu juga diperhatikan bahwa dalam kasus-kasus tertentu, benih-benih sudah mulai ditaburkan di abad 17 yang akhirnya menghasilkan kesesatan yang terjadi di abad 19 berupa liberalisme theologi dan evolusi Darwin. Ada orang-orang yang condong pada Alkitab dan memberikan sumbangsih besar dan baik bagi ilmu pengetahuan, ternyata juga memasukkan bibit-bibit skeptikisme yang akhirnya menghasilkan buah pahit. Ini mengingatkan kita akan kebenaran Galatia 5:9, “Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan” (Gal. 5:9). Perhatikan, sebagai contoh, Roger Bacon, yang dikenal sebagai bapa dari metode ilmiah. Seorang Katolik, ia membuat tulisan melawan atheisme, menolak filosofi Aristoteles yang dipromosikan oleh universitas-universitas Inggris pada waktu itu, percaya penciptaan dalam enam hari, dan mengatakan bahwa pengetahuan manusia seharusnya membawa kepada kemuliaan Allah. Namun dia juga menanam bibit yang memungkinkan pendekatan rasionalistik dalam ilmu pengetahuan dengan metode penyelidikannya, yaitu ketika dia mengajar bahwa manusia harus bergantung hanya pada penyelidikannya sendiri, bukan kepada otoritas lain, termasuk pewahyuan ilahi. Dia berkata bahwa “bodoh” untuk “membangun sistem filosofi alami di atas pasal pertama Kejadian, kitab Ayub, dan bagian-bagian Kitab Suci lainnya; dengan demikian mencari yang mati di antara yang hidup” (Bacon, Novum Organum). Bacon mendorong para ilmuwan untuk menghilangkan semua kepastian yang mereka miliki pada awalnya, termasuk Alkitab juga. ‘Jika seseorang mulai dengan kepastian, maka ia akan berakhir dengan keraguan; tetapi jika dia mau mulai dengan keraguan, ia akan berakhir dengan kepastian” (Ibid.). Ini adalah penyangkalan terhadap superioritas Firman Allah atas observasi manusia dan suatu penolakan mentah-mentah terhadap pentingnya iman (Ibrani 11:6). Bacon bahkan berpegang pada kesalahan besar memisah-misahkan antara agama dan ilmu pengetahuan. Dia mengatakan bahwa Alkitab harus dipercaya dalam hal-hal rohani, tetapi tidak dalam hal-hal dunia fisik. Pandangan ini mengabarkan fakta bahwa Alkitab banyak berbicara mengenai dunia fisik, seperti bagaimana terbentuknya (Kejadian 1:1) dan bagaimana dunia ini dipelihara (Kol. 1:17; Ibr. 1:3). Sebagaimana diobservasi oleh Carl Wieland dan Jonathan Sarfati, “Pendirian Bacon membuka jalan, pertama, bagi ahli geologi yang percaya bumi tua untuk menolak Air Bah dan kronologi Alkitab dalam Kejadian 11. Lalu, bagi Darwin untuk melemahkan Alkitab secara total, karena Darwin dengan jelas mengaplikasikan metode Bacon kepada bidang biologi” (Wieland and Sarfati, “Culture Wars: Bacon vs. Ham, Part 1,” creation.com).