(Berita Mingguan GITS 6 Agustus 2016, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari “Circadian Clocks” oleh Jeffrey Tomkins, Ph.D., Institute for Creation Research, Acts & Facts 45: “ Kehidupan tidak dapat eksis tanpa kemampuan yang didesain bagi organisme itu untuk melacak waktu berdasarkan siklus siang-malam 24 jam, yaitu siklus yang disebut ritme sirkadian. Bahkan mesin-mesin yang kompleks seperti komputer atau mikro-kontroller memiliki jam sentral atau suatu oscillator. Fitur desain yang vital ini harus ada agar sistem-sistem yang kompleks dapat berfungsi sesuai jadwal, bertautan dengan komponen sistem lainnya, dan berinteraksi dengan lingkungan. Jam sirkadian di dalam tanaman dan binatang ternyata jauh lebih kompleks daripada yang ada dalam sistem buatan manusia. Jam-jam hidup ini mengatur banyak aspek genetika, metabolisme, fisiologi, pertumbuhan, dan perilaku dalam banyak jenis sel dan jaringan di seluruh organisme tersebut. Faktanya, binatang biasanya bukan hanya memiliki sebuah jam sirkadian yang tersentralisasi di otak mereka, tetapi juga memiliki jam-jam perifer di jaringan-jaringan dan organ-organ yang berbeda-beda. Jam-jam perifer ini mengatur organisasi dan fisiologi temporal (berkaitan dengan waktu) dan spasial (berkaitan dengan ruang) di sel, jaringan, atau organ mana pun mereka berada, dan mereka juga mempertahankan sistem agar tetap sinkron dengan jam sentral di otak. Jelas sekali, suatu jaringan komunikasi seluler yang kompleks menghubungkan jaringan-jaringan dengan bagian-bagian tubuh di dalam suatu konteks berbasis waktu – suatu fenomena yang belum sepenuhnya dipahami. … Level saling keterkaitan dan kompleksitas seperti ini secara essensi tidak dapat dipahami dan dan ditelaah oleh manusia, namun eksistensinya secara tidak ilmiah dikatakan berasal dari proses evolusi yang acak. Suatu sistem yang mempunyai inter-koneksi dan bersifat inter-dependen seperti ini adalah contoh yang baik akan suatu kompleksitas yang tidak dapat diireduksi, terutama banyaknya komponen yang harus ada dan berfungsi dengan baik secara sekaligus. Meminta evolusi untuk mengembangkan kompleksitas yang luas ini melalui mutasi acak dan tekanan seleksi adalah sangat konyol. Hanya seorang Insinyur yang hebat dan mahakuasa yang dapat menempatkan sistem yang fantastis dan tertata rapi ini secara baik – bukan hanya di satu dua, tetapi di ribuan jenis-jenis tanaman dan binatang yang diciptakan. Semakin kita memahami genetika makhluk hidup, semakin kita harus memuliakan Penciptanya.”