Perubahan Sikap terhadap Yesus di Sebagian Kalangan Yahudi

(Berita Mingguan GITS 20 Mei 2017, sumber: www.wayoflife.org)

Dalam edisi Mei 2017, Israel Today menayangkan suatu laporan (“Influential Israelis Speak about Jesus”) yang menggambarkan suatu perubahan sikap tentang Yesus di kalangan orang Yahudi yang memiliki pengaruh. Artikel tersebut dimulai dengan kata-kata berikut, “Selama hampir 2000 tahun, orang Yahudi telah dengan konsisten menolak Yesus, seringkali dengan sikap yang sangat benci. Tetapi selama 50 tahun terakhir, sejak Perang Enam Hari pada tahun 1967 dan pengembalian Yerusalem ke tangan Yahudi, sikap terhadap Yesus mengalami perubahan dramatis.” Dua contoh diberikan. Yang pertama adalah Yochi Brades, putri dari seorang Rabbi Hassidic yang terkenal, Yitzhak Rabinovitz. Yochi sendiri juga adalah seorang terpelajar yang terdidik dalam sekolah-sekolah ultra-Ortodoks, dan penulis dari berbagai buku tentang pemikiran Yahudi dan novel-novel yang banyak dibaca. Dia mengakui bahwa dia diajarkan untuk menyebut Yesus sebagai “Yeshu,” yang berarti, “Kiranya namanya dan ingatan tentang dia dihapuskan,” yang mana mencerminkan posisi historis Yudaisme rabinik yang sudah dimulai oleh orang-orang Farisi di zaman Yesus. Tetapi sekarang dia berkata, “Saya mengasihi Yeshua. Penelitian saya tentang asal usul Kekristenan di abad 1 memimpin saya untuk memahami bahwa dia tidak bertanggung jawab atas penganiayaan dan anti-Semitisme yang dilakukan orang-orang Kristen dalam namanya terhadap orang Yahudi. Yeshua hidup sebagai seorang Yahudi dan mati sebagai seorang Yahudi. Seorang Yahudi yang baik. Seorang Yahudi yang setia. Seorang Yahudi yang saleh yang mengikuti hukum-hukum Allah.” Kesaksian lainnya berasal dari Amnon Rubinstein, mantan Dekan Fakultas Hukum dari Universitas Tel Aviv, pendiri dari partai politik Shinui, mantan Menteri Pendidikan, dan penerima Israel Prize pada tahun 2006. Rubinstein mengatakan, “Yesus berkata, ‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi.’ Yeshua yang historis tidak menghilangkan satu halpun dari Yudaisme; dia hanya menambahkan kepada Yudaisme visi dia tentang Kerajaan Sorga. Jika dia dibangkitkan hari ini, Yeshua akan lebih senang berdoa di sebuah sinagog kecil, dan bukan di salah satu katedral megah yang dibangun atas namanya.”

Jelas sekali bahwa individu-individu yang disebut ini mendapatkan pandangan mereka tentang Yesus bukan dari Perjanjian Baru, melainkan dari para “ahli Yesus” modernistik yang telah membebani Perjanjian Baru dengan tradisi mereka seburuk para rabbi menambahi Perjanjian Lama dengan tradisi mereka. Adalah benar bahwa Yesus tidak mendirikan tipe-tipe kekristenan yang banyak terlihat hari ini, dan Yesus bukanlah pencetus dari anti-Semitisme. Bahkan, Dia telah memperingatkan bahwa guru-guru palsu akan muncul dan mengajarkan kebohongan dalam namaNya. Dia memperingatkan bahwa begitu banyak orang Kristen akan mengakui namaNya, tetapi terbukti palsu (Matius 7:21-23). Jemaat yang Yesus dirikan, yaitu yang digambarkan dalam halaman-halaman Kitab Suci, adalah perkumpulan sederhana orang-orang percaya tanpa ritual rumit atau katedral megah, dan tidak seperti kaum Katolik, Ortodoks, dan Protestan, jemaat-jemaat Kristus yang sejati tidak pernah menganiaya siapapun, termasuk orang Yahudi. Tetapi Yesus bukan hanyas ekedar seorang Yahudi yang hebat dan saleh. Dia mengklaim diri sebagai Mesias, Anak Allah, dan Dia membuktikan klaim itu dengan memenuhi nubuat-nubuat tentang Mesias dan bangkit dari antara orang mati. Yesus tidak disalibkan karena
Dia seorang Yahudi yang baik dan seorang yang mencintai Hukum Musa. Dia disalibkan karena mengklaim diri sebagai Anak Allah. Kita dengan kuat menasihatkan orang Yahudi untuk mempelajari Perjanjian Baru
sendiri tanpa pengaruh para modernis. Baca itu dengan teliti dan dengan doa, mencari kebenaran dari Allah. “Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: ‘Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?’ Jawab orang-orang Yahudi itu: ‘Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah’” (Yoh. 10:31-33).

This entry was posted in Israel, Liberalisme. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *