(Berita Mingguan GITS 2 Februari 2020, sumber: www.wayoflife.org)
Berikut ini disadur dari “Transgender Latin makes history,” NBC News, 13 Des. 2019: “Sebelum menyatakan diri sebagai seorang transgender, Nicole Garcia berdoa setiap hari agar Allah mau membetulkan dirinya. Ketika doa-doanya tidak dijawab dan perasaan dalam hatinya tidak kunjung hilang, dia meninggalkan agama. Sekarang, hampir empat dekade kemudian, Garcia berdiri di belakang mimbar di Westview Lutheran Church di Boulder, Colorado, dan menyampaikan khotbah mingguan kepada lebih dari 100 orang jemaat, sebagai gembala mereka yang sudah ditahbiskan. ‘Tidak seorangpun bisa mempertanyakan imanku, ketulusanku kepada Kristus, ketulusanku kepada gereja. Itulah mengapa saya gembala di sini,’ kata Garcia, yang baru saja berusia 60 tahun hari Kamis lalu, kepada NBC News. ‘Menjadi seorang trans itu hal sekunder.’ Garcia, yang menyampaikan khotbah pertamanya di Westview pada awal bulan ini, adalah Latina transgender pertama yang diketahui menjabat sebagai seorang gembala dalam Gereja Evangelical Lutheran yang memiliki 4 juta jemaat di Amerika – suatu posisi yang tidak disangka-sangka bagi seseorang yang tumbuh besar di Gereja Roma Katolik dan meninggalkan agama sama sekali selama hampir 20 tahun.” KOMENTAR DR. CLOUD: Yang tidak ditemukan dalam kesaksian Garcia adalah keselamatan yang alkitabiah. Sebagai seorang Roma Katolik, Garcia dibaptis, disakramen-kan, dan didoakan, tetapi dia tidak pernah sampai datang kepada Allah dari sudut tuntutan Allah mengenai pertobatan dan iman yang menyelamatkan. Ketika dia menjadi seorang Lutheran, terjadi hal yang sama: sakramentalisme. Sepanjang hidupnya, menurut kesaksiannya sendiri, Garcia telah mempercayai suatu injil perbuatan, dan itu adalah injil yang palsu yang tidak memiliki kuasa untuk mengubah hidup. Agama tidak bisa ‘membetulkan’ masalah dosa manusia. Sifat Adamik yang lama penuh dengan dosa, segala jenis dosa. Tuhan Yesus berkata, “sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan” (Mar. 7:21-22). Hanya keselamatan yang alkitabiah yang dapat ‘membetulkan’ manusia melalui kelahiran kembali dan pengudusan. Paulus menggambarkan bagaimana beberapa anggota di kota Korintus ‘dibetulkan.’ “Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita” (1 Kor. 6:9-11).