Oleh: Dr. David Cloud (www.wayoflife.org)
David Yonggi Cho, gembala sidang emeritus dari Yoido Full Gospel Church di Seoul, meninggal pada tanggal 14 September pada usia 85. Cho, yang berafiliasi dengan Sidang Jemaat Allah, memiliki pengaruh yang luas sebagai gembala dari gereja yang sebelumnya disebut sebagai yang terbesar di dunia. Dia mengklaim bahwa dia menerima panggilan untuk berkhotbah langsung dari Yesus, yang konon menampakkan diri kepadanya berpakaian seperti seorang pemadam kebakaran (“Paul Yonggi Cho,” Dictionary of Pentecostal and Charismatic Movements). Dia mengkhotbahkan kemakmuran sebagai bagian dari “injil lima rangkap”— injil kelahiran kembali, injil kepenuhan Roh Kudus, injil kesembuhan ilahi, injil berkat, dan injil kedatangan. Cho menciptakan “Hukum Inkubasi” yang sesat. Dalam bukunya The Fourth Dimension dia menggambarkan langkah-langkah dari “hukum” ini – pertama, buat tujuan yang jelas; kedua, ciptakan gambaran mental yang persis mengenai tujuan tersebut; ketiga, menginkubasinya menjadi kenyataan dengan merenungkannya; terakhir, ucapkan itu menjadi ada. Cho mengakui bahwa dia mendapatkan sebagian pengajarannya dari sekte-sekte Buddhis. Pada tahun 2011, Cho dituduh oleh 29 penatua gereja menggelapkan US$20 juta. Pada Februari 2014, Cho dijatuhi hukuman tiga tahun penjara (ditangguhkan karena usianya) karena pelanggaran kepercayaan dan korupsi dan diperintahkan untuk membayar denda sebesar US$4,7 juta (The Gospel Herald, 21 Februari 2014). Dr. Peter Masters, gembala senior dari Metropolitan Tabernacle di London, Inggris, memperingatkan: “Apa yang telah membangun gereja terbesar di dunia? Jawabannya adalah, campuran penuh berhala antara pengajaran alkitabiah dengan teknik-teknik pikiran kafir. Tuhan kehilangan kedaulatan-Nya dalam urusan orang percaya, dan otoritas Kitab Suci digantikan oleh otoritas pesan langsung dari Tuhan dan produk imajinasi. Ini adalah jenis gereja yang telah menggerakkan gerombolan guru-guru Kristen yang mudah dipengaruhi di seluruh dunia untuk ikut-ikutan dalam nubuat penyembuhan. Kita perlu sangat berhati-hati di hari-hari ini” (The Healing Epidemic, “Occult Healing Builds World’s Largest Church,” edisi pertama, 1988).
Berikut adalah laporan kunjungan Dr. David Cloud ke gereja Cho Yonggi
Pada hari Minggu pagi, 19 Oktober 2003, saya menghadiri dua kebaktian di Yoido Full Gospel Church di Seoul, Korea. Ini adalah gereja terbesar di dunia, mengklaim lebih dari 850.000 anggota, dan digembalakan oleh David Yonggi Cho. (Pada awal 1990-an, Cho mengubah namanya dari Paul menjadi David. Dia mengklaim bahwa Tuhan memerintahkannya untuk melakukan ini.)
Ada enam kebaktian Minggu pagi dan sore. Saya menghadiri yang pukul 7 pagi dan 9 pagi. Menurut salah satu pengantar tamu berbahasa Inggris yang melayani orang asing, auditorium gereja dapat menampung sekitar 14.000 orang, dan kira-kira 2/3 penuh pada kebaktian jam 7 pagi dan penuh pada jam 9 pagi. Dengan asumsi bahwa rata-rata ada 12.000 orang pada setiap kebaktian, itu masih hanya 60.000 yang menghadiri kebaktian Minggu reguler di auditorium utama. Saya diberitahu bahwa ada pelayanan yang berlangsung di lokasi lain, tetapi jumlahnya jauh lebih kecil. Bahkan dengan asumsi bahwa 100.000 atau bahkan 150.000 atau bahkan 200.000 menghadiri kebaktian hari Minggu, saya bertanya-tanya ke mana enam atau tujuh ratus ribu lainnya? Seratus atau dua ratus ribu orang adalah kerumunan besar, tetapi tidak sama dengan 850.000. Tampaknya gereja ini menghitung anggota seperti rata-rata Gereja Baptis Selatan, yang berarti mereka menghitung siapa saja yang pernah bergabung dan jarang atau tidak pernah menghapus siapa pun dari daftar karena tidak aktif! Hal yang sama berlaku, sayangnya, bagi banyak gereja Baptis Independen. Ini masih lebih baik, tentu saja, daripada Gereja Roma Katolik, yang menganggap setiap bayi yang dibaptis sebagai anggota. Sebenarnya bagi kebanyakan gereja, statistik keanggotaan itu tidak ada artinya.
Seperti gerakan karismatik pada umumnya, Yoido Full Gospel Church adalah campuran berbahaya antara kebenaran dan kesalahan. Ada beberapa hal yang baik. Saya terkejut menemukan bahwa sebagian besar musik terdiri dari himne-himne tua yang bagus yang dinyanyikan dengan iringan orkestra dan organ tanpa cita rasa kontemporer. Musik seperti itu tidak pernah gagal memberikan kekuatan dan berkat. Juga orang-orang yang hadir antusias, baik selama doa dan khotbah, sering mengucapkan “amin” dengan lantang untuk menunjukkan persetujuan mereka tentang apa yang dikatakan. Banyak jemaat Baptis yang loyo dan setengah tertidur dapat belajar sesuatu dari ini. Ada doa yang baik untuk bangsa, meminta Tuhan menjaga perdamaian di negeri mereka, berdoa agar ketidakadilan dilenyapkan sehingga tidak terjadi gejolak. Terlalu banyak gereja dan orang percaya yang lalai untuk berdoa bagi bangsa mereka dalam ketaatan kepada 1 Timotius 2. Pakaian jemaat juga konservatif. Mayoritas pria mengenakan jas dan dasi, dan sejumlah besar wanita mengenakan gaun yang sopan. (Masyarakat Korea pada umumnya cenderung konservatif dalam berpakaian.)
Sayang sekali kita tidak dapat mengakhiri dengan mendaftar hal-hal yang baik, tetapi kita diperintahkan untuk menguji segala sesuatu (1 Tes. 5:21). Kita tidak hanya harus berpegang teguh pada apa yang baik tetapi kita juga harus jijik terhadap apa yang jahat (Rom. 12:9). Mereka yang tidak suka “nada negatif,” berarti tidak menyukai Alkitab, karena Alkitab mengandung banyak hal dari sisi negatifnya.
Meskipun, seperti yang telah kami sebutkan, sebagian musik gereja ini konservatif dan tradisional dalam kebaktian utama, Yoido Full Gospel Church juga menggunakan musik kontemporer. Sebuah tim penyembahan yang beranggotakan 10 orang (empat pria dan enam wanita) memimpin beberapa lagu dengan dentuman set drum yang lengkap. Dalam setiap kebaktian, ditampilkan video Tokyo Jesus Festival 2003, yang disponsori oleh Yoido Full Gospel Church. Video tersebut menunjukkan lagu rock Kristen yang dibawakan dengan penari muda yang menari dengan gaya rock. Mereka menggunakan musik rock Kristen dalam persekutuan remaja mereka.
Khotbah dalam kebaktian jam 7 pagi dibawakan oleh Gembala Tae Bok Kim dengan topik “Kami Memiliki Harta Karun Ini dalam Bejana Tanah Liat.” Dia pengkhotbah yang dinamis dan sebagian besar pesannya alkitabiah. Namun, di penghujung ia mulai masuk ke dalam kesalahan kharismatik, dengan mengklaim bahwa orang percaya ditemani oleh dua malaikat dan bahwa apa pun yang anda yakini, itu pasti akan terjadi. Dia mendesak orang-orang untuk berdiri jika mereka ingin diselamatkan dan memimpin orang banyak dalam doa orang berdosa yang sederhana. Setelah itu dia berkata, “Kami menyambut kamu; kamu sekarang adalah seorang anak Allah.” David Yonggi Cho melakukan hal yang sama seusai khotbahnya di kebaktian jam 9 pagi. Ini adalah “easy believism” yang ekstrim, dan adalah sesuatu yang lancang. Cho tidak tahu apa-apa tentang orang-orang yang berdoa. Dia tidak tahu apakah mereka berdoa dengan pengertian atau tidak, apakah mereka berdoa dengan iman yang tulus atau apakah mereka benar-benar berbalik kepada Kristus saja dari allah-allah palsu mereka. Tidak mungkin dia bisa mengumumkan bahwa orang-orang ini diselamatkan, namun itulah yang dia lakukan.
Selama waktu undangan dan pelayanan, orang tidak dipanggil ke depan gereja, mungkin karena tidak ada ruang. Sebaliknya, mereka didesak untuk berdoa untuk diri mereka sendiri dan untuk satu sama lain di tempat mereka berdiri. Kebaktian diakhiri dengan gemuruh suara ketika semua orang berdoa sekaligus.
Khotbah David Yonggi Cho pada jam 9 pagi juga sebagian besar bersifat alkitabiah. Dia memberitakan Injil keselamatan hanya oleh kasih karunia melalui iman saja karena darah Kristus. Dia bahkan mengkhotbahkan pertobatan. Namun, sekali lagi, kebenaran bercampur dengan kesalahan. Cho mengutip Mahatma Gandhi bahwa ada tujuh dosa mematikan, dan dia mendaftarkan dosa-dosa itu, tanpa memberikan peringatan apa pun bahwa Gandhi adalah seorang pagan yang belum dilahirkan kembali dan oleh karena itu tidak dapat dipercaya dalam theologi. Juga, seperti yang akan kita lihat, Injil Cho tidak jelas, karena dia menambahkan penyembuhan dan hal-hal lain ke dalamnya.
Cho meminta mereka yang sakit untuk meletakkan tangan di bagian tubuh mereka yang sakit dan untuk mengklaim kesembuhan mereka.
Situs web gereja menyajikan “injil-lima-rangkap.” Inilah yang oleh beberapa gereja Pantekosta disebut sebagai “Injil penuh,” yang terdiri dari injil kelahiran kembali, injil kepenuhan Roh Kudus, injil kesembuhan ilahi, injil berkat, dan injil kedatangan. Situs web Gereja Yoido mengatakan, “Iman Injil-sepenuh tidak hanya menerima Injil keselamatan yang disempurnakan Kristus saat Dia dibangkitkan dari kematian, tetapi juga percaya pada pembebasan dari penyakit fisik dan keselamatan bagi kehidupan yang terkutuk.” Dengan menambahkan kepada satu-satunya Injil yang benar tentang kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus, gereja-gereja ini mengkhotbahkan Injil palsu. Dalam 1 Kor. 15:1-4, Paulus dengan jelas menyatakan Injil yang dia beritakan, dan itu adalah kematian, penguburan, dan kebangkitan Kristus untuk dosa-dosa kita. Paulus memperingatkan bahwa jika seseorang menambah atau mengubah Injil ini, mereka dikutuk oleh Allah (Galatia 1). Ini adalah kata-kata yang menakutkan.
David Yonggi Cho mengajarkan bahwa penyembuhan fisik dijanjikan dalam Injil. Dia berkata, “Alkitab memberi tahu kita bahwa alasan Dia dicambuk adalah agar Dia dapat mengambil ke atas diri-Nya penyakit kita juga. Saat Dia dicambuk, Dia menebus kita dari penyakit dan kelemahan kita (Yesaya 53:4; 1 Petrus 2:24)” (David Cho, http://english.fgtv.com/Gospel/fivefold2.asp).
Konsep ini adalah kebingungan tentang dispensasi. Keselamatan tidak menjamin kesembuhan fisik dan kemakmuran yang lengkap, tetapi itu adalah untuk masa depan ketika kerajaan surga akan didirikan pada kedatangan Kristus kembali. Dalam kehidupan saat ini, orang percaya sedang menunggu dan merindukan janji itu untuk digenapi (Roma 8:18-25). Kesembuhan yang dapat kita nikmati saat ini dijelaskan dalam 1 Petrus 2:24, yaitu pengampunan dosa. Tuhan memang ada menyembuhkan sebagai jawaban atas doa, tetapi tidak ada jaminan kesembuhan. Pada akhirnya, setiap orang percaya akan jatuh sakit dan mati.
Buku Cho THE FOURTH DIMENSION mengungkapkan betapa dalamnya kepalsuan teologinya.
Berikut ini adalah ulasan The Fourth Dimension oleh Dr. Peter Masters:
Gembala Cho memberi tahu kita bagaimana dia belajar berdoa. Ketika dia mulai menggembalakan gerejanya di Seoul, dia sangat miskin dan tinggal di satu ruangan. Kemudian dia bertanya-tanya apa yang dia lakukan mencoba bekerja tanpa tempat tidur, meja dan kursi, atau alat transportasi apa pun, dan dia mulai berdoa kepada Tuhan agar hal-hal ini disediakan. Dia sangat banyak berdoa untuk meja, kursi dan sepeda, tetapi setelah enam bulan dia masih kekurangan ketiganya dan menjadi sangat putus asa. Dia memberitahu kita — ‘Kemudian saya duduk dan mulai menangis. Tiba-tiba aku merasakan sebuah ketenangan, perasaan tentram datang ke dalam jiwaku. Setiap kali saya memiliki perasaan seperti itu, suatu rasa kehadiran Tuhan, Dia selalu berbicara: jadi saya menunggu. Kemudian suara kecil yang tenang itu menggenang dalam jiwaku, dan Roh berkata, “Anakku, aku mendengar doamu sejak lama.”
“Segera saya berseru: Lalu, di mana meja, kursi, dan sepeda saya?”
“’Roh kemudian berkata: Ya, itulah masalahmu dan semua anak-anakKu. Mereka memohon kepada-Ku, menuntut setiap jenis permintaan, tetapi mereka meminta dengan istilah yang tidak jelas sehingga Aku tidak dapat menjawabnya. Tahukah kamu bahwa ada puluhan meja, kursi, dan sepeda? Tetapi kamu hanya asal meminta meja, kursi, dan sepeda kepada-Ku. Kamu tidak pernah memesan meja, kursi, dan sepeda yang spesifik.” [Cho mengklaim,] “Itulah titik balik dalam hidup saya.”
Yonggi Cho memberi tahu kita bagaimana dia kemudian mulai menspesifikasikan ukuran meja (yang akan dibuat dari kayu mahoni Filipina), dan jenis kursi (yang dibuat dengan rangka besi, dengan rol di ujungnya, sehingga ketika dia duduk di atasnya dia bisa mendorong dirinya sendiri ‘seperti bos besar’). Dia berpikir panjang dan keras tentang jenis sepeda yang dia inginkan sebelum memutuskan untuk tipe ideal dan berdoa, “Bapa, saya ingin memiliki sepeda buatan AS, dengan roda gigi di samping … ”
Dia kemudian memberi tahu kita cara dia berdoa untuk kebutuhannya: Saya memerintahkan hal-hal ini dalam istilah yang begitu jelas sehingga Tuhan tidak dapat membuat kesalahan dalam memberikannya. Kemudian saya merasakan iman mengalir … malam itu saya tidur seperti bayi.
Paul Cho berkata bahwa Tuhan tidak pernah menerima doa yang tidak jelas. … Sekilas, gagasan tentang doa yang sangat spesifik ini mungkin bukanlah seperti kesalahan terbesar di dunia, tetapi Paul Cho melanjutkan dengan mengajarkan bahwa orang percaya mendapatkan permintaan khusus ini dengan memvisualisasikannya dan kemudian mewujudkannya dengan iman!
Sangat penting untuk melihat ini karena inilah titiknya di mana perkembangan kharismatik meninggalkan kekristenan dan masuk ke wilayah paganisme. Ide-ide seperti ini adalah inspirasi dari gereja terbesar di dunia, dan ditiru oleh begitu banyak kharismatik di Barat.
Dia mengajarkan perlunya gambaran mental yang jelas ditambah dengan hasrat yang membara dan keyakinan yang kuat bahwa tujuannya sudah tercapai. Dr. Cho menyebut proses ini: memvisualisasikan tujuan, kemudian menginkubasinya menjadi kenyataan dengan kekuatan iman—atau apakah itu akan menjadi kekuatan kemauan? Dia mengajarkan bahwa orang percaya dapat memerintahkan kekayaan dan kesuksesan; apapun yang mereka inginkan selama itu bermoral. Kunci untuk mendapatkan hal-hal ini adalah seni mengkhayalkannya, karena Tuhan tidak dapat mewujudkannya kecuali individu tersebut menginkubasi gambar tersebut. Tentu saja, Dr. Cho ‘merapikan’ ajarannya dengan mengatakan bahwa orang pertama-tama harus berdoa kepada Tuhan untuk apa yang Dia ingin mereka miliki sebelum berfantasi dan menginkubasi hal-hal ini menjadi kenyataan. Tetapi di sebagian besar dari banyak contoh … dia mengabaikan perlunya merujuk kepada Tuhan untuk bimbingan tentang detil-detil doa itu.Meskipun ia mencoba untuk memberikan beberapa pembenaran alkitabiah untuk ide-idenya, ia mengatakan kepada kita bahwa ia memperoleh mereka pertama-tama karena Allah menyampaikannya langsung kepadanya.
Ini adalah penjelasannya sendiri tentang bagaimana dia sampai pada ajarannya tentang inkubasi jawaban doa dan penyembuhan penyakit. … Cho sangat iri dengan keberhasilan agama-agama lain dalam menarik pengikut. Dia menulis: “Sementara agama Kristen telah ada di Jepang selama lebih dari seratus tahun dan hanya setengah persen dari populasi yang mengaku sebagai orang Kristen, Soka Gakki memiliki jutaan pengikut. … Tanpa melihat mukjizat, orang tidak dapat merasa puas bahwa Tuhan itu berkuasa. Kalian [orang Kristen] yang bertanggung jawab untuk menyediakan mujizat bagi orang-orang ini.”
Dr. Cho mengatakan bahwa gerejanya yang besar tumbuh hingga ukurannya sekarang dan terus berkembang karena dia mengikuti prinsip visualisasi ini. Dia pertama-tama membayangkan gerejanya tumbuh menjadi sosok tertentu, dan dia kemudian memvisualisasikan semua wajah dan menginkubasi visi itu menjadi kenyataan. Demikian pula, ketika dia mencoba memperluas pelayanan televisinya, dia membayangkan itu ditayangkan di seluruh Korea, Jepang, Amerika Serikat, dan Kanada. Dia menempelkan peta negara-negara ini di kantornya dan dia membayangkan visi mental transmiter-transmiter yang memancarkan program.
Paul Yonggi Cho mengajarkan bahwa semua orang Kristen harus bertujuan untuk makmur dalam tubuh, jiwa dan roh, dan keberhasilan dan kegagalan mereka dalam hal ini sepenuhnya disebabkan oleh keberhasilan atau kegagalan mereka dalam visualisasi. Dia menulis bahwa anggota gerejanya telah membuktikan prinsip-prinsip keberhasilan ini sehingga tidak ada kebangkrutan di gerejanya, dan keanggotaannya telah menjalankan program pembangunan gereja terbesar dan termahal sepanjang sejarah. Namun, seseorang tidak dapat selalu menganggap klaim Pendeta Cho dengan sangat serius, karena di tempat lain dia menulis tentang bagaimana kebangkrutannya sendiri tidak dapat dihindari, dan bagaimana dia berdiri di ambang bunuh diri melalui proyek pembangunan gerejanya yang hampir gagal. Pada akhirnya dia hanya diselamatkan oleh anggota gereja yang mengambil tindakan simpatik sehingga banyak yang menjual rumah dan harta paling berharga mereka untuk menyelamatkan dia.
Tak perlu dikatakan lagi, ketika kita memeriksa Alkitab kita tidak dapat menemukan instruksi atau ide ini sama sekali. Dengan sia-sia kita mencari nasihat tentang visualisasi, inkubasi, imajinasi, atau teknik sihir atau kekuatan kehendak lainnya yang dirancang untuk mendominasi Tuhan dan untuk merebut kedaulatan-Nya atas kehidupan umat-Nya. Dalam Alkitab kita menemukan bahwa bahkan seorang rasul seperti Paulus pun berkewajiban untuk meminta kepada Tuhan dengan rendah hati, dengan cara yang bergantung apakah dia dapat diizinkan untuk mengunjungi orang-orang dari gereja tertentu – tunduk pada kehendak Tuhan.
Rasul Paulus, jika dinilai berdasarkan buku-buku Paul Cho, adalah kegagalan yang menyedihkan karena dia tahu bagaimana rasanya direndahkan, menanggung kesukaran, dan menghadapi banyak, banyak kesulitan. Begitu sering terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan atau usahanya sebagai hamba Kristus. Paulus jelas membuat kesalahan dengan berpikir negatif– menerima pencobaan dan kesengsaraan. Secara keseluruhan dia gagal total dalam menggunakan kekuatan dimensi keempatnya, tidak pernah terbukti berhasil dalam berfantasi atau menginginkan sesuatu menjadi ada.
Apa yang telah membangun gereja terbesar di dunia? Jawabannya adalah, campuran penuh berhala antara pengajaran alkitabiah dengan teknik-teknik pikiran kafir. Tuhan kehilangan kedaulatan-Nya dalam urusan orang percaya, dan otoritas Kitab Suci digantikan oleh otoritas pesan langsung dari Tuhan dan produk imajinasi. Ini adalah jenis gereja yang telah menggerakkan gerombolan guru-guru Kristen yang mudah dipengaruhi di seluruh dunia untuk ikut-ikutan dalam nubuat penyembuhan. Kita perlu sangat berhati-hati di hari-hari ini.
Lihatlah buku-buku yang ditulis oleh para kharismatik dan neo-evangelikal hari ini. Mereka memuji hal-hal ini. … Ini adalah ajaran yang telah menangkap pikiran mereka! Ini adalah merek Kekristenan Dunia Ketiga yang sangat ingin mereka tiru. Apa yang harus kita katakan untuk hal-hal ini?
Ingat kaum Yudais! (“Occult Healing Membangun Gereja Terbesar di Dunia: Pengaruh Paul Yonggi Cho,” oleh Dr. Peter Masters, Pastor, Metropolitan Tabernacle, London, Inggris; dari bukunya, The Healing Epidemic).
Situs web Yoido Full Gospel Church mengatakan bahwa 279 dari 527 gembala mereka adalah wanita. Pada tahun 1991, Cho mengatakan bahwa dari 50.000 pemimpin kelompok sel, semua kecuali 3.000 adalah wanita dan beberapa wanita memimpin sel yang terdiri dari 50 hingga 300 keluarga (Calvary Contender, 1 November 1991). Ini adalah ketidaktaatan langsung terhadap 1 Timotius 2.