“Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain” (2 Petrus 3:15-16).
Memutarbalikkan Firman Tuhan adalah salah satu keahlian Iblis dan sekaligus senjata pamungkasnya. Ia telah memutarbalikkan Firman Tuhan sejak di taman Eden terhadap orang tua pertama kita, Adam dan Hawa. Terhadap Hawa, Iblis dengan licik memutarbalikkan dan menyangkal Firman Tuhan. Ia sukses membuat Hawa tertipu, sehingga senjata ini ia pergunakan terus sepanjang zaman. Bahkan, terhadap Adam kedua, yaitu Yesus Kristus, datang ke dunia ini, Iblis juga berusaha untuk memutarbalikkan Firman Tuhan terhadapNya. Ketika mencobai Tuhan Yesus, Iblis memakai Alkitab juga. Tetapi tentu Iblis tidak dapat menipu sang Firman itu sendiri! Tuhan kita menunjukkan bahwa cara paling ampuh untuk melawan pemutarbalikkan Firman Tuhan adalah dengan menerapkan dan mengerti Firman Tuhan itu secara benar.
Kalah melawan Tuhan Yesus tidak membuat Iblis berhenti. Petrus memperingatkan bahwa penyesat-penyesat senantiasa menggunakan Firman Tuhan untuk kepentingan mereka dan dengan penafsiran yang tidak benar. Hasil akhirnya adalah “kebinasaan,” baik bagi para penyesat itu maupun bagi orang-orang yang disesatkan oleh mereka.
Tidak ada topik lain yang mengilustrasikan hal ini dengan lebih jelas lagi daripada topik keilahian Yesus Kristus. Sejak Arian di abad keempat hingga bidat Unitarian dan Saksi Yehovah hari ini, orang-orang yang tidak mau mengakui keilahian Yesus telah mencari-cari ayat Firman Tuhan yang dapat mereka putarbalikkan untuk mendukung doktrin mereka. Artikel ini akan membahas dua ayat yang sering mereka pakai, yaitu Kolose 1:15 dan Wahyu 3:14. Untuk mendapatkan gambaran yang komplit, pembaca juga dianjurkan untuk membaca artikel lain (http://www.graphe-ministry.org/downloads/Saksi_Yehovah_Politeisme_Terselubung.pdf) yang membahas kesaksian Alkitab secara keseluruhan terhadap keilahian Yesus Kristus.
I. Kolose 1:15
“Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa. Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu” (Kolose 1:12-18).
Para penyesat sering mempergunakan Kolose 1:15 untuk berargumen bahwa Yesus bukanlah Allah, melainkan adalah salah satu ciptaan. Mereka memakai frase “yang sulung” untuk mengatakan bahwa Kristus adalah makhluk ciptaan yang pertama. Dalam KJV, ayat ini berbunyi: “Who is the image of the invisible God, the firstborn of every creature.” Tetapi itu adalah pemutarbalikkan arti sesungguhnya dari ayat ini.
A. Konteks Ayat Ini Tidak Mengajarkan Bahwa Yesus Adalah Ciptaan
Biasanya, ketika seorang Unitarian atau seorang Saksi Yehovah memakai ayat ini untuk mendukung doktrinnya bahwa Yesus adalah ciptaan, ia tidak akan mengajak untuk membaca ayat-ayat sesudah ayat 15. Padahal, salah satu hal yang paling penting dalam penafsiran Alkitab adalah memperhatikan konteks. Kalau seseorang tidak memperhatikan konteks, ia bisa menciptakan doktrin apa saja dari dalam Alkitab. Ia bisa mengatakan bahwa manusia tidak akan mati (Kej. 3:4), bahwa orang percaya harus membenci keluarganya (Lukas 14:26), atau bahwa orang Kristen tidak boleh menguburkan orang tuanya (Mat. 8:21-22). Konteks sangatlah penting! Tanpa melihat konteks, penafsir tidak dapat mengetahui apa poin inti yang dibicarakan oleh penulis Alkitab, dan dengan mencomot ayat justru akan menghasilkan penafsiran yang memutarbalikkan maksud sebenarnya.
Jadi, bagaimanakah dengan Kolose 1:15? Apakah yang dikatakan oleh konteks ayat ini? Apakah jika seseorang membaca ayat 17-18, ia mendapat pengajaran bahwa Yesus adalah ciptaan? Sama sekali tidak! Justru sebaliknya, ayat-ayat ini meninggikan Yesus sebagai Pencipta! Alkitab memakai tiga istilah yang sangat kuat: bahwa segala sesuatu diciptakan “di dalam Dia,” “oleh Dia,” dan “untuk Dia.” Terkandung di dalam “segala sesuatu” ini adalah segala yang di sorga dan di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan. Ayat Alkitab sengaja memberikan penekanan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang tidak diciptakan oleh Yesus, untuk Yesus, dan di dalam Yesus.
Saksi Yehovah mengatakan bahwa Bapa menciptakan Yesus, lalu Yesus menciptakan semua yang lain. Tetapi Kolose 1:15-18 sama sekali tidak mengajarkan hal tersebut. Tidak ada satu patah kata pun mengenai Yesus diciptakan. Yesus diumumkan sebagai “Pencipta segala sesuatu.” Kalau Yesus adalah ciptaan, maka pernyataan itu tidak benar dan Ia bukanlah Pencipta semua ciptaan, karena Ia jelas tidak menciptakan diriNya sendiri.
Saksi Yehovah mengatakan bahwa Bapa menciptakan Yesus, lalu menciptakan semua yang lain melalui Yesus Kristus. Tetapi ini bertentangan dengan pernyataan Yehovah sendiri: “Beginilah firman TUHAN, Penebusmu, yang membentuk engkau sejak dari kandungan; Akulah TUHAN, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi siapakah yang mendampingi Aku?” (Yes. 44:24). Yehovah berkata bahwa Ia seorang diri membentangkan langit. Kalau Yesus adalah ciptaan Bapa, dan Bapa menciptakan langit melalui Yesus, maka pernyataan dalam Yesaya ini menjadi salah, karena berarti Bapa ditemani Yesus (yang adalah ciptaan). Tetapi ayat ini cocok dengan pengajaran Alkitab bahwa Yehovah mengacu kepada Allah Tritunggal. Bapa, Putra, dan Roh Kudus, adalah tiga pribadi yang esa, yang menciptakan segala sesuatu. Jadi, jelas bahwa sekte “Saksi Yehovah” bukanlah saksi dari Yehovah yang sesungguhnya, karena melawan kata-kataYehovah sendiri.
B. Kata “Sulung” Tidak Mengajarkan Bahwa Yesus Adalah Ciptaan
Kesalahan yang mendasar dari penafsiran Arian terhadap Kolose 1:15, selain tidak memperhatikan konteks, adalah memaksakan arti yang sempit kepada kata “sulung.” Dalam bahasa aslinya, “sulung” berasal dari kata prototokos (Yunani). Arian dan keturunan rohaninya menafsirkan bahwa Yesus disebut “sulung” karena Ia adalah ciptaan yang pertama.
Memang kata prototokos bisa dipakai dalam pengertian “yang pertama” dalam arti “lahir pertama.” Tetapi seperti yang telah dibahas di atas, hal itu bertentangan sekali dengan konteks perikop ini. Yang sering diabaikan oleh para penyesat adalah bahwa kata prototokos dapat memiliki banyak pengertian yang lain.
Dalam Perjanjian Lama, konsep prototokos sama dengan konsep “hak kesulungan,” yaitu hak yang membuat seorang anak prominen dan utama dibandingkan saudara-saudaranya. Dan “hak kesulungan” ini tidak harus jatuh kepada anak pertama. Jika ada alasan yang tepat, seorang ayah dapat memberikan hak kesulungan kepada anak yang lain (misal Yakub memberikannya kepada Yusuf, bukan Ruben. Abraham memberikannya kepada Ishak, bukan Ismael). Mereka yang menerima “hak kesulungan,” mendapatkan warisan dua kali lebih banyak dibandingkan anak-anak yang lain. Jadi, konsep “sulung” dalam Perjanjian Lama lebih menekankan kepada keutamaan dan hak-hak khusus, dan tidak harus pada siapa yang lahir terlebih dahulu.
Demikian juga, dalam Perjanjian Baru, prototokos memiliki pengertian lebih dari sekedar “lahir pertama.” Oleh karena itulah Lembaga Alkitab Indonesia menerjemahkan frase itu menjadi “yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan.” Agar tidak ada keragu-raguan, Paulus memberitahu orang-orang Kolose, mengapa Yesus disebut sulung: “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu.” Paulus tidak berkata bahwa Yesus adalah sulung karena Ia yang pertama diciptakan. Sebaliknya, Yesus adalah prototokos karena Ia adalah pencipta segala sesuatu! Jelas bahwa kata prototokos dalam ayat ini tidak mengindikasikan bahwa Yesus adalah ciptaan pertama, melainkan adalah pribadi yang paling utama dalam alam semesta ini (Kol. 1:18).
Perikop ini secara keseluruhan sangat meninggikan Yesus, menyebutNya sebagai “gambar Allah yang tidak kelihatan,” “ada terlebih dahulu dari segala sesuatu,” dan menegaskan bahwa “ segala sesuatu ada di dalam Dia.” Tidak ada satu titik pun ide bahwa Yesus adalah ciptaan dalam ayat-ayat ini, dan mereka yang mengajarkan konsep demikian telah memutarbalikkan kebenaran.
C. Alkitab Secara Keseluruhan Tidak Mengajarkan Bahwa Yesus Adalah Ciptaan
Selain memperhatikan konteks perikop, salah satu prinsip penafsiran lainnya yang tidak kalah penting adalah memperhatikan konteks Alkitab secara keseluruhan. Walaupun ada banyak kitab dan penulis manusia, tetapi Alkitab pada akhirnya adalah satu kesatuan, yaitu Firman Tuhan. Oleh karena itu, tidak mungkin ada pertentangan yang riil antara semua bagian Alkitab.
Kesaksian Alkitab tentang keilahian Yesus Kristus sangatlah kuat. Ada artikel lain yang sudah membahas hal ini dengan lebih komplit, artikel ini tidak akan mengulang semuanya. Kalau Yesus Kristus memang adalah ciptaan Bapa, maka ada banyak kesempatan bagi para penulis Alkitab untuk menyatakannya dengan tegas. Tetapi hal yang sebaliknya terjadi: para penulis Alkitab dengan konsisten dan satu hati menyatakan Yesus sebagai Allah yang tidak diciptakan, yang satu essensi dengan Bapa.
Perhatikan, misalnya, Yohanes 1:1. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” Ayat ini mengajak pembaca untuk kembali ke “pada mulanya,” dalam format yang mirip dengan Kejadian 1:1, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” Dan apakah yang pembaca Alkitab dapati pada mulanya? Ternyata pada mulanya “adalah Firman.” Firman ini adalah Yesus Kristus, dan Ia sudah ada sejak awal. Ayat ini menegaskan bahwa Yesus tidak diciptakan, tetapi sudah ada sejak mulanya bersama dengan Bapa.
II. Wahyu 3:14
“Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah” (Wahyu 3:14).
Ayat lain yang sering diputarbalikkan oleh Arian dan para pengikutnya adalah Wahyu 3:14. Melalui frase “permulaan dari ciptaan Allah,” mereka memutarbalikkan kebenaran tentang pribadi Yesus Kristus, mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan pertama, dan dengan demikian menuai kebinasaan sebagaimana Petrus peringatkan. Artikel ini akan membahas pengertian yang sebenarnya dari ayat ini.
A. Konteks Kitab Wahyu Tidak Mengajarkan Bahwa Yesus Adalah Ciptaan
Sungguh ironis bahwa Saksi Yehovah atau orang-orang Unitarian memakai suatu ayat dalam kitab Wahyu untuk mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan. Sebab kitab Wahyu adalah salah satu kitab yang paling banyak berisikan bukti keilahian Yesus Kristus. Di dalam kitab Wahyu-lah Yesus menyingkapkan diri sebagai Tuhan yang mulia yang akan menghakimi semua manusia. Anak domba dalam Wahyu datang dalam kapasitas yang berbeda dengan Anak domba dalam Injil. Bahkan kata Yunani yang dipakai pun berbeda. Dalam Wahyu, Yesus disebut sebagai arnion (anak domba) sedangkan dalam Injil, Ia adalah amnos (anak domba). Dalam Injil, Ia telah datang untuk menjadi hamba dan mati bagi manusia. Dalam Wahyu, Ia akan datang untuk menghakimi dan menghukum.
Seperti sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, sungguh berbahaya untuk mencomot suatu ayat dan menarik kesimpulan tanpa memperhatikan konteks. Wahyu 3:14 adalah bagian dari pesan Yesus kepada ketujuh jemaat di Asia kecil. Kepada setiap jemaat, Yesus memiliki pesan khusus, dan pesan itu selalu disertai dengan penyingkapan diriNya. Jadi, pesan kepada setiap jemaat selalu disertai dengan suatu deskripsi tentang Yesus. Wahyu 3:14 adalah bagian dari pesan yang terakhir, yaitu kepada jemaat Laodikia. Di sana Yesus memperkenalkan diri sebagai “permulaan ciptaan Allah.” Apakah ini berarti Ia adalah ciptaan yang pertama? Coba kita lihat konteksnya, yaitu bagaimana Yesus menggambarkan diriNya kepada enam jemaat yang lain. Rupanya ada beberapa yang berkaitan dengan keilahianNya.
Kepada jemaat di Smirna, Yesus adalah “Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali” (Wah. 2:1). Istilah “yang awal dan yang akhir” sangat menarik, karena muncul banyak kali dalam Wahyu. Dalam Wahyu 1:8, Yesus adalah “Alfa dan Omega …. yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang…” Dalam Wahyu 1:11, Yesus sekali lagi disebut sebagai “Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir” (tidak muncul dalam Alkitab Indonesia, tetapi ada dalam bahasa asli). Dalam Wahyu 1:17, Yesus disebut “Yang Awal dan Yang Akhir.” Seolah-olah belum cukup untuk memulai kitab Wahyu dengan kata-kata itu (Tuhan Yesus tahu bahwa akan ada banyak yang meragukan keilahianNya), Tuhan kita menutup kitab Wahyu dengan deklarasi yang sama: “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir” (Wah. 22:13).
Perlu ditegaskan, bahwa tidak mungkin bagi seorang ciptaan untuk mengambil gelar “Yang Awal dan Yang Akhir,” atau “Yang Pertama dan Yang Terkemudian,” “Alfa dan Omega.” Itu adalah penghujatan, karena ciptaan tidak mungkin mendahului pencipta dan tidak mungkin bertahan lebih lama daripada Penciptanya. Bahwa Yesus adalah Pencipta, bukan ciptaan, semakin jelas lagi terlihat karena ternyata gelar yang sama dipakai oleh Yehovah sendiri! “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku” (Yes. 44:6).
Bagi Saksi Yehovah (nama yang sungguh salah) yang mengajarkan bahwa Bapa menciptakan Anak, harmonisasi kedua fakta ini menjadi sesuatu yang tidak mungkin. Apakah Bapa yang terdahulu? Ataukah Anak yang terdahulu? Dan kalau Bapa menciptakan Anak, bagaimana boleh ciptaan memiliki gelar yang sama dengan Pencipta, dan menyatakan diri sebagai “Yang Awal dan Yang Akhir”? Ketika pengajaran anda membuat Alkitab menjadi bertentangan, itu adalah tanda yang pasti bahwa penafsiran anda salah! Yang perlu dilakukan adalah dengan rendah hati mengaku salah, dan mengubah penafsiran agar cocok dengan semua fakta Alkitab, bukan bersikukuh pada doktrin yang salah. Konsep Tritunggal, yang melihat Anak, Bapa, dan Roh Kudus, sebagai tiga pribadi yang esa, tidak berkesulitan dengan ayat-ayat ini. Baik Bapa dan Anak, sama-sama eksis sejak kekekalan, dan sama-sama adalah “Yang Awal dan Yang Akhir.”
Lebih lanjut lagi, kepada jemaat di Tiatira, Yesus menyatakan diri sebagai “Anak Allah” (Wah. 2:18). Para pengikut Arian akan memberitahu semua orang bahwa “Anak Allah” tidaklah sama dengan “Allah.” Tetapi itu adalah perspektif Yunani dan politeis, yang menggambarkan allah seperti manusia yang bisa beranak cucu, dan yang bahkan kawin mengawin, berselingkuh, dan menghasilkan keturunan yang setengah dewa. Pembaca harus sadar bahwa mayoritas Perjanjian Baru ditulis oleh orang-orang Yahudi, yang sama sekali tidak memiliki rangka pikir politeisme seperti itu. Yesus Kristus sendiri berasal dari suku Yehuda, dan juga berbicara dalam konteks monoteisme. Sebagai seorang Yahudi, Yesus tahu persis apa yang Ia maksudkan ketika Ia memperkenalkan diri sebagai “Anak Allah.” Rasul Yohanes yang menulis kitab Wahyu, memberitahu kepada kita apa signifikansi dari istilah tersebut: “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah” (Yoh. 5:18). Jadi, jika Yesus memperkenalkan diriNya kepada Tiatira sebagai “Anak Allah,” yang adalah setara dengan Allah, tidak mungkin Ia adalah ciptaan.
Kepada jemaat Filadelfia, Yesus Kristus memperkenalkan diri sebagai “Yang Kudus, Yang Benar…” (Wah. 3:7). Dua gelar ini terlihat sederhana, tetapi berbicara banyak. Dalam Perjanjian Lama, gelar kekudusan adalah gelar khas dari Allah Yehovah sendiri. “Yang Mahakudus Allah Israel” adalah gelar Tuhan yang menjadi favorit Yesaya, nabi yang pernah mendapat penglihatan takhta Allah, dengan serafim yang berbalas-balasan “kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam” (Yes. 6:3). Kata “yang kudus” di Wahyu 3:7 berasal dari kata ho hagios dalam bahasa Yunani. Kata yang sama dipakaikan kepada Allah dalam 1 Yohanes 2:20 “Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus…” Bahkan, dalam Wahyu 15:4, dinyatakan bahwa hanya Allah yang berhak disebut “kudus.” Semua ini mengindikasikan bahwa Yesus adalah Allah. Jika tidak demikian, Ia tidak boleh mengambil gelar yang sama dengan Allah Yehovah. Hal yang sama dapat dikatakan mengenai gelar “yang benar.”
Masih banyak lagi kesaksian dalam kitab Wahyu itu sendiri yang menguatkan keilahian Kristus. Misalnya, Yesus disebut sebagai “Yang Mahakuasa” dalam Wahyu 1:8. Ayat ini berbicara mengenai Yesus Kristus, karena konteks ayat tujuh tidak diragukan lagi mengacu kepada Yesus. Tentu hanya Allah yang mahakuasa. Jadi, penafsiran bahwa Yesus adalah ciptaan, sama sekali tidak cocok dengan pengajaran kitab Wahyu secara keseluruhan.
B. Kata “Permulaan” Tidak Mengajarkan Bahwa Yesus Adalah Ciptaan
Setelah melihat bahwa konteks Wahyu secara keseluruhan mengukuhkan Yesus sebagai Allah pencipta, bukan ciptaan, kini saatnya untuk melihat apa sebenarnya yang diajarkan oleh Wahyu 3:14. Kepada jemaat Laodikia, Yesus memperkenalkan diri sebagai “Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah.” Frase yang didiskusikan adalah “permulaan dari ciptaan Allah,” atau arkhe tes ktiseos tou theou dalam bahasa Yunani. Ada dua hal yang perlu diselidiki, yaitu arti dari kata “permulaan,” dan hubungan antara kata “permulaan” dengan “ciptaan Allah.”
Kata arkhe yang diterjemahkan “permulaan” memiliki rentang arti. Kamus Yunani klasik Liddell dan Scott memberikan beberapa definisi berikut: “beginning, origin, first cause…” Memang arkhe bisa berarti “permulaan,” tetapi bisa juga berarti “yang memulai.” Yesus adalah “permulaan” ciptaan Allah dalam pengertian Dialah yang memulai ciptaan Allah tersebut, Dialah yang menciptakan segalanya, yang konsisten dengan bagian-bagian Alkitab lain (Kolose 1:15-18). Dengan cara yang sama kita dapat mengatakan bahwa “lampu listrik bermula dari Tomas Alfa Edison” atau “Edison adalah permulaan dari lampu listrik.” Tentu tidak ada seorangpun yang akan menafsirkan bahwa Edison adalah lampu yang pertama. Dalam kalimat ini, konteks memberitahu kita bahwa Edison-lah yang menciptakan lampu pijar.
Demikian juga, hubungan antara kata arkhe dengan ktiseos (ciptaan) perlu diselidiki lebih lanjut. Dalam grammar Yunani, kata ktiseos berada dalam kasus genitif. Adalah tugas seorang ekseget untuk menentukan berdasarkan konteks, genitif jenis apa yang berlaku di sini. Para Arian melihat adanya genitif partitif di sini (permulaan yang sekaligus adalah bagian dari ciptaan). Tetapi grammar tidak mengharuskan pengertian yang demikian. Grammar Yunani memperbolehkan genitif produk (pemulaan yang menghasilkan ciptaan) atau genitif subordinasi (permulaan [yang berkuasa] atas ciptaan).1 Pembahasan poin yang satu ini memang agak teknis berhubungan dengan grammar Yunani, tetapi dapat dirangkum demikian: bahwa dalam grammar Yunani, frase “Yesus adalah permulaan dari ciptaan Allah” sebagaimana dalam Wahyu 3:14, tidak mengharuskan Yesus sebagai bagian dari ciptaan. Jika konteks Wahyu secara umum ikut dipertimbangkan, maka jelas bahwa ayat ini sama sekali tidak mengajarkan bahwa Yesus adalah ciptaan.
C. Alkitab Secara Keseluruhan Tidak Mengajarkan Bahwa Yesus Adalah Ciptaan
Poin ini sudah dibahas di bagian sebelumnya, dan tidak akan diulangi lagi. Hanya ada satu hal yang perlu diingatkan kepada pembaca sekalian. Ini bukanlah pembahasan akademis semata. Doktrin ini berkaitan dengan jiwa anda dan keselamatan anda. Alkitab mengajarkan bahwa “kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal” (1 Yoh. 5:13). Alkitab dengan tegas mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Pencipta langit dan bumi yang turun menjadi manusia. Anda tidak dapat “percaya Yesus” tanpa percaya siapa Dia sebenarnya.
1Bagi yang ingin tahu lebih lanjut mengenai lika-liku grammar Yunani ini, silakan melihat Greek Grammar Beyond the Basics oleh Daniel B. Wallace.
Pingback: pertanda apakah ini………?
Artikel yang sangat bagus dan sangat bermanfaat untuk pelayanan. Bila setiap minggu GITS menulis artikel seperti ini, saya yakin blog ini akan sangat diminati orang. Teruskan!
Penulis:” Edison adalah permulaan dari lampu listrik”
Jadi, bila penulis menerapkan di kolose 1:15 menjadi “Edison yg sulung dari lampu listrik”
Memang menjadi janggal, mengapa?
Sebetulnya bukan penafsiran pihak lain yg menjadi salah tapi dari perumpamaan yg dipilih penulis sendiri memang kurang cocok krn Edison bukan permulaan dari lampu listrik, tapi sebuah BOLA LAMPU yg dirancang pertamanyalah(yg sulung) yg menjadi permulaan dari semua lampu listrik yg ada sekarang.(Cuma kebetulan si sulung yg ini benda mati tidak bisa diajak utk memproduksi lbh byk)
Kalau secara fakta sih, TA Edison lebih dikenal sebagai penemu, karena diapun bukan secara otomatis tetapi MENIRU dan BELAJAR rancangan asli dari Alam dan energi yg sudah disediakan penciptanya, yg memungkinkan dia sebagai penemu lampu listrik pertama.
Bagaimana dengan Yesus? (Yoh 5:19,20)
kalau dalam bahasa Indonesia, kata “sulung” memang memiliki arti yang sempit.
Tetapi, inti pembahasan adalah, kata prototokos dalam bahasa Yunani memiliki arti yang lebih luas, salah satunya sebagai “pemulai”
Jadi, contoh anda dalam bahasa Indonesia tidak mengena kepada realita bahasa Yunani-nya.
Bagaimana dengan Yesus? Pertanyaan bagus. Yesus adalah Alfa dan Omega, yang awal dan yang akhir, yang pertama dan terkemudian (Wah. 22:13), jadi Yesus tidak mungkin diciptakan.
Selaras dengan Yesaya 44:6 Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku. Yesus lah Oknum yang berbicara pada Yesaya 44:6
Penciptaan itu memiliki dua fase. Fase pertama atau cikal bakal adalah fase dimana Allah Abraham Ishak dan Yakub menciptakan segala sesuatu dalam kondisi roh. Termasuk Yesus yang Sulung dan Lusifer dan para tokoh besar lainnya yang bergelar bintang fajar. Sementara
Fase kedua adalah fase penciptaan realis. Nah, dalam fase kedua inilah Yesus atas wewenang atau kuasa dari Bapa Nya berperan menciptakan atau merealisasikan nya dibumi. Disinilah peristiwanya dicatatkan pada kej.1:1. Dengan kata lain pada fase kedua inilah Yesus adalah Allah pencipta.
Yesus adalah Yang Sulung dari ciptaan menjadi mudah dipahami. Tetapi juga Yesus adalah alpha dan omega tidak lah bertentangan sebab Yesus adalah Yang awal dari segala sesuatu. Yang akhir atau omega tidak menjadi absolut lagi sebab kita manusia juga akan kekal selamanya.
Tetapi omega untuk Yesus adalah Yang kekal berkuasa bersama Bapa atas segala sesuatu.
Kalau Yesus diciptakan, maka Dia bukanlah Allah.
Alkitab dengan tegas menyatakan Yesus sebagai Allah. Dia tidak diciptakan.
Ini doktrin yang salah, karena berarti ada yang tidak Yesus ciptakan, padahal Alkitab berkata Yesus menciptakan segala sesuatu.
Istilah “yang sulung atas ciptaan” menyatakan bahwa Yesus adalah yang berkuasa atas ciptaan, karena “sulung” adalah suatu gelar kekuasaan.
Masih banyak lagi aspek kesalahan dari pandangan Arian ini.
Sudah pastilah Sang Firman itu bukan ciptaan sebab kalau Sang Firman itu ciptaan, maka dengan Firman siapa Bapa menciptakan Sang FirmanNya? Firman itu harus kekal sebab kalau Firman tidak kekal seperti Allah maka ada waktu dimana Allah tidak bisa mencipta. Terakhir Firman itu haruslah Allah sebab Dia ada didalam diri Allah kalau Firman itu bukan Allah berarti sama saja mengatakan ada Makhluk lain dalam diri Allah yang bukan Allah. Salam…