(Berita Mingguan GITS 23 April 2016, sumber: www.wayoflife.org)
Kekacauan dan kekonyolan yang tidak alkitabiah telah terjadi di Azusa sejak lahirnya “kebangkitan” Pantekosta di sana 110 tahun yang lalu. Letupan yang paling baru terjadi di konferensi Azusa Now pada tanggal 9 April 2016 yang lalu, yang diorganisir oleh Lou Engle. Sifat tidak alkitabiah dari konferensi ini terlihat jelas dalam ratusan cara, antara lain dari seruan untuk persatuan ekumenis lintas semua garis denominasi. Seorang imam Katolik meminta ampun atas “dosa” perpecahan dan mencium sepatu Engle, dan Engle melakukan hal yang sama kembali kepadanya. Ini ada dalam video Azusa Now yang tersedia online, pada tanda waktu 6:56. Namun ekumenisme dalam Azusa Now bahkan lebih dalam lagi dari ini, sampai mencapuk semua “kerohanian” agamawi. Dalam konferensi itu, sebuah kelompok bernama Broken Walls melakukan tarian penyembahan alam gaya suku asli Indian Amerika, dan pemimpin kelompok itu berkata bahwa ketika Allah memanggil orang-orang dari agama lain, “Dia tidak meminta mereka untuk berhenti menjadi diri mereka sendiri; Dia hanya berkata datang dan ikuti Aku” (“Azusa Now Pantheist Dance Earth Worship,” 11 Apr. 2016).
Azusa Now menampilkan serangkaian penuh guru-guru palsu, termasuk Paul Cain, si tukang ramal yang sudah terbukti salah, yang dulu sejak lama mendasarkan mistik nubuat-nubuatnya pada dusta bahwa dia tidak pernah merasakan keinginan seksual sejak Tuhan menyentuh dia saat muda (David Pytches, Some Said It Thundered, hal. 41). Ternyata pada tahun 2004, ketahuan dia adalah pecandu alkohol dan seorang homoseksual. Mike Bickle juga ada di konferensi ini, yaitu yang mengatakan bahwa nubuat tidak perlu tanpa salah (Growing in the Prophetic, hal. 41). Jack Hayford juga ada di sana, yang mengklaim bahwa Allah berbicara kepada dia dan memberitahu dia untuk tidak menghakimi Gereja Roma Katolik (“The Pentecostal Gold Standard,” Christianity Today, Juli 2005). Lou Engle sungguh sulit untuk ditonton, karena kepalanya berayun-ayun maju mundur seolah-olah dia sedang kesakitan secara fisik. Mantan Pantekosta, Hughie Seaborn mengobservasi, “Saya tidak pernah melihat yang seperti itu selama tahun-tahun saya dalam gerakan Pantekosta. Saya sudah melihat hampir semuanya, dan ada hal-hal yang mirip, tetapi belum pernah melihat ‘Anggukan Kepala Lou Engle,’ yang sepertinya mulai menyebar. Allah selalu melakukan hal yang baru, demikian mereka berkilah, jadi kita harus mempersiapkan diri untuk hal-hal yang belum pernah terlihat atau terdengar.” Kaum Pantekosta dan Kharismatik di mulut mengatakan bahwa mereka menjunjung Alkitab sebagai otoritas tunggal, tetapi dalam prakteknya mereka meninggikan pengalaman pribadi lebih dari Kitab Suci, dan ini pastinya akan memimpin kepada bencana rohani.
Menurut saya statement saudara terutama di baris terakhir sangat menghakimi… bagaimana saudara menggeneralisir kaum kharismatik dgn hanya membuat satu contoh.
Dan bapak lupa bahwa kaum kharismatil dan pentakosta juga telah membawabanyak jiwa kepada Kristus.
Sdr. Edward, pernyataan itu tidak dibuat hanya dari pengamatan singkat, tetapi dari banyak contoh, yang tentunya tidak semua disebut dalam sebuah artikel singkat. Kalau ingin tahu kebenaran lebih lanjut, silakan lihat di berbagai artikel lain di situs ini, atau di Pedang Roh yang juga tersedia gratis di website ini. Lebih banyak lagi materi dalam bahasa Inggris tersedia, misal di http://www.wayoflife.org.
Sedikit saja bukti bahwa kaum kharismatik tidak secara benar-benar menjunjung Alkitab sebagai otoritas tunggal: Kaum kharismatik percaya bahwa nubuat berjalan terus hingga hari ini. Nubuat adalah Firman Tuhan, jadi kalau ada nubuat lagi dari berbagai “nabi” masa modern (Benny Hinn, Pariadji, dll, ect.), maka otomatis kaum kharismatik harus tunduk pada nubuat-nubuat itu. Jadi, itu sudah membuat Alkitab bukan lagi otoritas TUNGGAL bagi mereka.
Kita memang harus menghakimi (Yoh. 7:24) dan menguji segala sesuatu (1 Tes. 5:21), kalau tidak kita tidak bisa tahu apa yang benar dan apa yang salah. Hanya saja, kita harus pastikan dasar penghakiman/pengujian kita itu benar atau tidak. Dasarnya adalah Alkitab. Sesuatu itu benar jika cocok dengan Firman Tuhan, bukan apakah dia ramai, apakah dia “membawa jiwa” (karena kita tidak tahu hati orang), ataupun kriteria lainnya, selain apakah pengajaran itu sesuai Alkitab atau tidak.