Presiden Southern Baptist Mengatakan Bahwa Doktrin-doktrin “Tersier” Seharusnya Dikesampingkan demi Penginjilan dan Persatuan

(Berita Mingguan GITS 28 Agustus 2010, diterjemahkan dari www.wayoflife.org)
Banyak pembicara di pertemuan tahunan Southern Baptist Convention 2007 mengatakan bahwa denominasi tersebut perlu mengesampingkan doktrin-doktrin “tersier” demi penginjilan dan persatuan. Tema tersebut ditentukan oleh presiden SBC, Frank Page, yang terpilih kembali tahun itu untuk menjabat periode keduanya. Dia menyerukan semangat unutk menjangkau yang terhilang daripada berperang internal dan menemukan kesalahan dengan orang-orang lain (“Southern Baptists Hear a Call for Unity,” AP, 12 Juni 2007). Ia mengatakan bahwa “demi Yesus, dan demi kerajaanNya di bumi, kita tidak boleh membuat semua isu doktrinal menjadi perang salib” dan “kita tidak memiliki hak untuk menghakimi orang lain yang tidak sama dengan kita dalam doktrin-doktrin sekunder dan tersier” (“Southern Baptists Urged to Overcome Factionalism to Win the Lost,” Christian Post, 13 Juni 2007). Doktrin-doktrin “sekunder” yang dimaksud ini antara lain adalah Kalvinisme dan non-Kalvinisme, bahwa karunia-karunia kerasulan sudah berhenti atau belum berhenti, pandangan tentang nubuat-nubuat Alkitab, dan pandangan-pandangan tentang wanita dalam pelayanan. Doktrin Perjanjian Baru tentang persatuan jauh lebih sempit daripada pendekatan Page yang Injili. Timotius disuruh untuk tidak “mengajarkan ajaran lain” (1 Timotius 1:3) dan diinstruksikan untuk “t
urutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya” (1 Tim. 6:14). Perintah yang harus dituruti oleh Timotius tanpa cacat adalah yang Paulus telah berikan dalam surat tersebut, yang bertemakan kebenaran-kebenaran jemaat (1 Tim. 3:15). Paulus telah memerintahkan Timotius hal-hal seperti peran wanita dalam pelayanan (1 Timotius 2), dan hal-hal yang dianggap “tersier” oleh Injili hari ini. Tetapi Timotius diinstruksikan untuk menaati semuanya tanpa cacat, dan untuk melakukan itu kita harus sangat mempersempit persekutuan kita di zaman yang sesat dan penuh kompromi ini. Tidak ada kontradiksi sama sekali jika seseorang memegang teguh posisi Alkitab dalam hal doktrin sekaligus memiliki semangat yang berkobar untuk penginjilan. Kegagalan denominasi Southern Baptist untuk memenangkan orang bagi Kristus, yang telah sering disayangkan, bukanlah karena perpecahan akibat doktrin-doktrin “sekunder.” Itu hanyalah alasan. Sebenarnya, kegagalan disebabkan karena keduniawian dan kondisi rohani yang suam-suam kuku yang merajalela di jemaat-jemaat Southern Baptist. Saya besar di gereja-gereja denominasi tersebut, dan situasinya kini sudah jauh lebih buruk dibandingkan dengan saat saya masih muda, padahal waktu itu saja sudah buruk.

This entry was posted in Ekumenisme, Fundamentalisme and tagged , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *